Berkegiatan serba online dari rumah membuat aktivitas fisik anak jadi sangat minim. Kurang gerak, merasa kurang lelah dan kurang butuh minum. Apa dampaknya pada kesehatan anak?
Perkembangan fisik anak usia 6-12 tahun dapat dikatakan sedang melaju pesat; hal ini membuat mereka lebih aktif bergerak. Masa pandemi yang datang secara tiba-tiba membuat seluruh kegiatan fisik anak nyaris terpangkas habis sehingga hampir tidak ada kegiatan yang dapat dilakukan anak di luar. Tak ada lagi berenang, berayun-ayun di monkey bar, lari, bermain basket dan sepakbola. Tak ada lagi bolak-balik dari gerbang menuju kelas, kantin, lapangan, dan seterusnya. Bagaimana dampaknya pada kesehatan fisik dan mental anak?
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada webinar nasional bertajuk Meningkatkan Kualitas Kesehatan Anak pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi Covid-19, memaparkan bahwa pandemi memengaruhi kesehatan mental anak seperti munculnya depresi, kehilangan mood, mudah tersinggung, insomnia, kemarahan dan kelelahan secara emosi.
Sementara efek buruk pada kesehatan anak ketika mereka kurang gerak yaitu berisiko terkena obesitas dan diabetes. Dampak lainnya yaitu anak rentan mengalami kurang koordinasi motorik. Studi yang dilakukan The American Journal of Human Biology menunjukkan, anak-anak usia 9-10 tahun yang kurang gerak dalam aktivitas sehari-harinya memiliki risiko sembilan kali lebih besar mengalami kurang koordinasi motorik dibanding anak-anak sebaya yang melakukan aktivitas fisik cukup. Padahal, masa anak-anak merupakan masa krusial perkembangan kemampuan koordinasi motorik yang sangat penting bagi tumbuh kembang anak. Akibatnya, tingkat kebugaran anak menurun, rasa percaya diri anak berkurang, prestasi belajar anak juga menurun.
Kurang gerak juga bisa menyebabkan anak jadi merasa kurang lelah dan enggan untuk minum. Lain hal sebelum pandemi, saat anak jauh lebih aktif, konsumsi airnya juga jauh lebih banyak.
Padahal, anak wajib minum air putih dalam jumlah cukup setiap harinya. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), cairan merupakan komponen yang penting, karena status hidrasi yang cukup bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Kebutuhan cairan berbeda berdasarkan usia, jenis kelamin, massa otot, dan lemak tubuh.
Berikut perkiraan kebutuhan cairan anak usia sekolah sesuai rekomendasi IDAI:
● Usia 4-8 tahun: 1.700 ml/hari
● Usia 9-13 tahun: 2.400 ml/hari untuk anak laki-laki dan 2.100
ml/hari untuk anak perempuan
● Usia 14-18 tahun: 3.300 ml/hari untuk anak laki-laki dan 2.300
ml/hari untuk anak perempuan.
Cairan ini dapat berasal dari makanan maupun minuman seperti air mineral, susu, atau jus buah.
Jika kekurangan cairan, anak bisa mengalami sejumlah gangguan kesehatan. Apalagi mereka lebih rentan mengalami dehidrasi dibanding orang dewasa, salah satunya akibat metabolisme mereka yang lebih tinggi.
Setidaknya ada tujuh gangguan kesehatan yang bisa dialami anak akibat kurang cairan:
● Performa fisik menurun akibat daya tahan otot berkurang, cepat lelah, suhu tubuh meningkat, motivasi menurun.
● Performa kognitif juga bisa menurun yang dapat menurunkan mood, konsentrasi terganggu, kurang waspada, dan memengaruhi memori jangka pendek. Fokus belajar jadi ikut terganggu.
● Mengalami gangguan pencernaan. Saluran cerna tidak berfungsi baik. Kotoran yang keluar cenderung keras, akibatnya terjadi sembelit.
● Sakit kepala.
● Masalah sistem perkemihan hingga gangguan fungsi ginjal, misalnya infeksi saluran kemih, terbentuknya batu ginjal, hingga kerusakan organ ginjal akibat ginjal tidak dapat menyaring racun yang ada di dalam tubuh dengan baik.
● Gangguan fungsi jantung. Jumlah air di dalam tubuh berpengaruh terhadap volume darah yang dipompa oleh jantung. Jika kekurangan cairan, anak bisa kekurangan volume cairan di otak, lalu pingsan.
● Masalah kulit, dari kulit kering hingga terkena dermatitis.
Photo by Johnny McClung on Unsplash
Buat saya pribadi, memenuhi asupan cairan memang paling aman dan sederhana dari minum air mineral setiap hari. Supaya anak doyan minum air putih, mommies bisa terapkan tips berikut:
● Beli cangkir atau botol minum dengan karakter kesukaan anak. Sediakan beberapa buah dan nggak boleh dipakai oleh anggota keluarga lain, supaya ia merasa spesial.
● Bawa selalu botol minumnya saat bepergian.
● Buat jadwal minum. Di luar kebutuhan minum sehabis makan, buat jadwal minum satu jam sekali. Ini menyiasati anak agar tak lupa minum. Biar seru, pasang alarm, hingga kebiasaan minum terbentuk dengan baik.
● Ceritakan kepada anak mengapa minum air penting untuk kesehatan, disertai dengan buku bacaan agar lebih menarik.
● Ajarkan si kecil mengecek warna urinenya. Jika warnanya kuning hingga keruh, artinya ia harus minum lebih banyak.
Air mineral tidak hanya bermanfaat untuk menghilangkan dahaga atau memenuhi kebutuhan cairan. Minum air mineral juga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan mineral seperti magnesium, kalsium, natrium dan selenium yang dibutuhkan anak untuk mendukung tumbuh kembangnya. Mineral-mineral tersebut berfungsi untuk meningkatkan kesehatan tulang, kesehatan jantung dan pembuluh darah, menyehatkan sistem saluran cerna dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
Jadi, telitilah memilih air mineral yang hanya bersumber dari mata air pegunungan dengan kandungan mineral alami seperti yang disebutkan tadi. Kesehatan air mineral juga nggak lepas dari kehigienisannya. Dari mulai kemasan hingga isi air, itu wajib diperhatikan. Kalau ngelihat kemasan luar dekil aja kita jadi nggak mau minum, kan? Oleh karena itu, pilih air mineral yang kemasannya bersih dan selalu baru seperti Le Minerale. Tutupnya juga rapat dan kedap udara sehingga bebas dari kontaminasi bakteri dan virus dari luar. Jika sudah memilih air mineral yang sehat dan tepat untuk keluarga, mommies juga jadi lebih tenang, kan?
Yuk, ajak anak rajin minum air putih!