Sorry, we couldn't find any article matching ''
Kenali 7 Tipe Ransel Emosi yang Kita Bawa Selama Ini
Kita semua membawa ransel emosi yang berat di pundak. Jangan biarkan beban itu menyabotase masa depan kita. Ini beberapa jenis ransel emosi yang kita miliki.
Apa itu ransel emosi?
Emotional baggage, atau diistilahkan ransel emosi, mengacu pada kondisi psikologis seseorang yang membawa berbagai penghayatan emosi pada ragam kejadian yang terjadi di masa lalu.
Menurut Karol Ward, penulis “Worried Sick: Break Free From Chronic Worry to Achieve Mental & Physical Health, “Ransel emosi ini dapat mengganduli kita untuk bertumbuh, menghalangi ambisi atau tujuan profesional, hubungan yang sehat, kepuasan pribadi, dan kenikmatan hidup,” kata Karol, ia menambahkan, “Sampai Anda menyadari mengapa hidup Anda tidak berjalan seperti yang Anda inginkan; Anda bisa merasa seperti korban, selalu diombang-ambingkan oleh kehidupan.”
Dari mana sebetulnya sumber ransel emosi itu?
Kata seorang Coach bisnis, Mandie Holgate, seperti yang dirilis dari Lifehack, jika dirunut, ada tujuh hal yang menjadi akar dari ransel emosi. Antara lain:
1. Rasa Takut
Ketakutan dari masa lalu masih menghantui. Ada sisi inner child yang selalu membisiki Anda, “Aku nggak bisa!” Dasarnya selalu ditarik pada kegagalan yang pernah dialami dan tidak teratasi. Bayangkan, saat dulu Anda balita belajar naik sepeda roda dua. Mungkin Anda terjatuh berkali-kali, kulit berdarah, yang melekat dalam benak Anda adalah kegagalannya, kesakitannya. Padahal mungkin kenyataannya, setelah itu terlewati, Anda berhasil mengendarai sepeda. Setiap kali mau melangkah, belum apa-apa, rasa takut berlebihan mendominasi keputusan Anda.
2. Tidak Diapresiasi
Di masa lalu, Anda sering dikritik dan jarang mendapat pujian. Satu contoh, Anda mendapat juara 2 saat mengikuti perlombaan, lalu orangtua bukannya bangga, malah mengatakan, “Padahal kalau kamu mau berusaha lebih keras, kamu bisa lho juara 1.” Barangkali orangtua tidak bermaksud buruk. Mereka berniat memotivasi dan menyemangati, tapi Anda merasa tidak mendapat apresiasi seperti yang diharapkan. Kekecewaan itu berefek panjang hingga dewasa. Munculnya perasaan tidak berharga, tidak kompeten, rendah kepercayaan diri, menjadi stigma bagi Anda.
3. Efek Bully
Pernah mengalami bully di masa sekolah dulu? Ejekan atau ledekan teman yang pernah kita alami di waktu kecil sulit sekali dilepaskan sebab pengalaman itu adalah pengalaman negatif. Setiap orang punya respons berbeda atas satu peristiwa. Bisa jadi, penghayatan Anda pada peristiwa itu jauh lebih buruk daripada kejadian yang sesungguhnya.
4. Kebencian
Benci bisa pada orang lain atau pada diri sendiri. Benci karena orang lain mengecewakan kita, benci karena pengkhianatan, benci karena orang lain tidak melakukan seperti apa yang kita harapkan. Sampai dengan detik ini, adakah orang yang masih Anda benci? Jika ada, kenapa? Memaafkan orang yang kita benci bukanlah untuk orang tersebut, melainkan untuk diri kita sendiri, agar bisa move on. Akan tetapi, ada lagi hal yang lebih berat, yakni memaafkan diri sendiri.
BACA JUGA: PSYCHOTIC BREAK, TAK HANYA DIALAMI LADY GAGA, NAMUN OLEH BANYAK PEREMPUAN
5. Kemarahan
Marah memang lebih mudah untuk dipelihara daripada dilepaskan. Marah membuat kita merasa memegang kendali. Marah karena mengipasi ego. Kita merasa benar, dan orang lain salah. Marah karena terpancing situasi yang menyinggung kita. Marah pada seluruh dunia, apa untungnya buat kita?
6. Perasaan ditolak
Pernah merasa serba salah karena terus menerus dikritik buruk oleh orang lain? Jika yang kita jadikan ukuran adalah ‘apa yang dikatakan orang’, ‘apa yang dipikirkan orang’, dan kita baru akan tenang kalau orang lain ‘menerima’ kita, maka penilaian itu tidak akan ada ujungnya.
7. Merasa tidak beruntung
Jika sering merasa tidak beruntung, karier segitu-gitu aja, peluang rezeki selalu meleset, bertemu orang yang salah, dan hidup di bawah bayang-bayang kutukan “selalu apes”, ini bisa dibilang sebagai ransel emosi. Apa pun yang terjadi pada hidup, Anda selalu melihat segala peristiwa dari sisi negatif.
Bagaimana keluar dari ketujuh ransel atau beban emosi itu?
Menyadari keberadaan ketujuh emosi itu ada dalam diri kita, adalah langkah pertama. Langkah berikutnya, menurut Mandie, berhenti merasa menjadi korban. Hidup Anda ada dalam kendali Anda sendiri, pelajari tipe ransel emosi apa yang paling memengaruhi Anda dan mulailah bertanya pada diri sendiri:
Apa yang ingin saya rasakan mulai sekarang? Perubahan apa yang ingin saya raih dalam hidup, demi kebahagiaan saya?
Photo by Ezequiel Garrido on Unsplash
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS