banner-detik
KIDS

Apa yang Dikenang Anak dari Lebaran?

author

Ficky Yusrini13 May 2021

Apa yang Dikenang Anak dari Lebaran?

Tradisi yang kita buat sekarang, akan menjadi kenangan yang membekas buat anak. Maka, kenangan seperti apa yang ingin kita berikan ke anak?

“Bulan puasa ini kok rasanya capek, ya? Kayak ada yang hilang,” keluh suami saya dengan wajah lesu, saat makan sahur. Ia bercerita, dulu waktu kecil, ia tak merasakan beratnya menahan lapar dan haus kala puasa, sebab banyak sekali kesibukan yang membuatnya lupa waktu. Lalu, mengalirlah cerita-cerita zaman kecilnya dulu, yang sangat kontras dengan sekarang. Tak berbeda dengan suami, saya pun punya segudang kenangan tentang puasa dan lebaran.

Saya jadi terpikir, bagaimana dengan anak? Kalau saya bandingkan dengan zaman saya kecil dulu, tak ada satu pun kenangan manis dan meriahnya tradisi puasa dan lebaran yang saya rasakan dulu, dialami oleh anak. Terlebih, lebaran jauh dari keluarga besar, seusai salat id, menyantap hidangan lebaran, video call dengan keluarga, lalu hidup kembali seperti biasa. Dia, kami, dengan gadget masing-masing.

Tradisi yang hilang

Menjelang awal puasa, di banyak tempat, ada tradisi mandi-mandian di kolam dengan pancuran, bermakna pembersihan diri. Tradisi yang dikenal dengan padusan ini juga masih dialami suami. Kenangan lainnya, cerita suami, tidur di masjid pada 10 malam terakhir ramadhan, main bedug keliling kampung untuk membangunkan sahur, mengikuti pengajian. “Pengajian saja berkali-kali, ada ngaji sore pukul 16.00, ngaji tajwid, tadarus bersama, kuliah subuh,” katanya.

Masih ingat, zaman sekolah kita dulu, ada buku ibadah ramadhan yang harus ditandatangani oleh imam masjid. Mulai dari salat tarawih, sampai pengajian-pengajian yang diikuti. Kewajiban yang buat saya dulu sangat menjengkelkan, sekarang bisa bikin senyum-senyum mengenangnya.

Relasi Pertemanan

Selama ramadhan, saya banyak menghabiskan waktu dengan teman. Selain waktu ibadah, main, ngobrol, juga menghidupkan kegiatan masjid untuk anak-anak dan remaja. Takjil dan buka bersama selalu ada setiap hari di masjid, membuat anak-anak betah ngumpul. Pada malam lebaran, selain takbiran, anak-anak mendapat tugas membagikan zakat fitrah ke rumah-rumah, dengan dikoordinir oleh para remaja.

Kenangan lainnya adalah tentang perbedaan zaman yang menyolok. Dulu, sebelum ‘ditemukannya’ gadget, bahkan mal pun belum ada, di kampung halaman suami, anak-anak muda di kotanya tumplek menghabiskan waktu ngabuburit dengan duduk-duduk di pinggiran rel kereta sampai jadwal kereta sore menjelang buka lewat. Setelah kereta lewat, kerumunan pun bubar. “Anehnya, tidak ada penjaja makanan. Semua berbuka di rumah masing-masing,” cerita suami.

Ikatan Keluarga

Di hari lebaran, tidak hanya menjadi momen bagi keluarga inti, tapi juga waktunya terhubung dengan keluarga extended. Silsilah keluarga masih terjaga dan semua saling berusaha mendekatkan. “Serunya, dua atau tiga hari setelah lebaran. Tamu dari jauh terus menerus datang. Sebondoroyot, dari kakek sampai cucu dibawa, semua dikenalkan ke keluarga. Satu keluarga pulang, datang lagi keluarga lain. Begitu terus, sampai berhari-hari,” itu tradisi di keluarga suami.

Di keluarga saya, tidak jauh berbeda. Kalau keluarga suami didatangi, keluarga saya mendatangi, dari pintu ke pintu, kerabat dekat maupun jauh. Belum lagi, selalu ada pertemuan besar se-bani. Bani ini skalanya neneknya nenek saya. Setiap tahun rutin menyelenggarakan pertemuan, dengan tuan rumah bergiliran. Saya ingat, pernah membaca buku pohon keluarga yang pernah dibuat, ibu saya masih mengenal sebagian besar orangnya. Dari keluarga ayah juga sama, keluarga di tingkat kakek buyut selalu berkumpul. Mungkin karena mayoritas tumplek di satu kota, jadi lebih mudah nge-tracknya. Sedangkan kalau perantau seperti anak saya, dengan sepupu saja belum tentu bisa ketemu setahun sekali.

Tradisi yang kita buat di masa sekarang, akan menjadi kenangan yang membekas buat anak, lima atau 10 tahun dari sekarang. Sedih, sih, sebagai orangtua tidak banyak yang bisa saya lakukan. Terlebih lagi situasi pandemi, mungkin ini akan menjadi cerita tersendiri.

BACA JUGA: BUKAN KASIH HIBURAN, TAPI LAKUKAN 5 HAL INI SAAT ANAK BOSAN

Photo by Mohd Danish Hussain on Unsplash

Share Article

author

Ficky Yusrini

-


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan