Cara Memenuhi Gizi Anak Selama Puasa

Kids

dewdew・20 Apr 2021

detail-thumb

Memenuhi gizi anak selama puasa secara teori memang gampang, tapi praktiknya itu yang sulit. Berikut tips dari Hersanti Sulistyaningrum, S. Gz,M.Gz supaya kita bisa lebih tepat mencukupi gizi mereka.

Bahkan nggak bulan puasa saja, memenuhi kebutuhan gizi anak susahnya minta ampun. Lha, bagaimana di bulan puasa? Buat sebagian anak, bahkan para picky eater, memasuki bulan puasa serasa masuk momen indah karena nggak disuruh-suruh makan. Apa tunda saja dulu latihan puasanya? Menurut Hersanti Sulistyaningrum, S. Gz,M.Gz, berlatih puasa bahkan untuk anak picky eater sekali pun bisa tetap dijalankan, kok. Bahkan konsep puasa dapat membantu anak mengenali rasa lapar. Jadi silakan diteruskan, ya, mommies. Yang paling penting adalah kita harus memenuhi kebutuhan gizinya saat berbuka dan sahur. Lalu bagaimana cara memenuhi gizi anak selama puasa?

Perhatikan angka kecukupan zat gizi anak per hari

Kalau kata Hersanti, secara umum kebutuhan gizi anak usia 6-9  tahun adalah sekitar 1400-1600 kkal. Nah, ketika sahur dan berbuka, kita harus membantu mereka untuk memenuhi asupan zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, lemak, serta zat gizi mikro, yaitu vitamin A, D, E, K, B, C, mineral seperti kalsium, kalium, zat besi, iodium, seng, natrium, fosfor, dan yang terakhir serat. Mudahnya dalam hitungan gram begini:

Karbohidrat:220-250 gram

Protein: 25-40 gram

Lemak: 50-55 gram

Serat: 20-23 gram

Yang artinya mommies bisa menghitung kecukupan zat gizi anak dari hitungan di atas. Untuk anak dengan berat badan kurang atau berlebih, sebaiknya konsultasi dulu dengan dokter anak atau dokter gizi, ya. Sementara itu untuk kebutuhan harian anak akan asupan air adalah sekitar 1450-1650 ml. Sebenarnya sama saja dengan saat tidak berpuasa. Pembagian jadwal minum diperlukan agar asupan cairannya tidak kurang. Misalnya saja 2 gelas air saat buka puasa, 2 gelas lagi setelah salat tarawih, dan 2 gelas saat sahur.

Memenuhi gizi anak yang susah makan

Tidak bisa tidak, menurut Hersanti, orang tua tetap harus berusaha memenuhi kebutuhan asupan makanan anak dengan cara menyediakan makanan yang disukai anak,  tentunya tetap menawarkan pilihan makanan sehat. Makanan yang diberikan bisa dalam porsi sedikit tapi sering,  berupa makanan utama dan camilan-camilan sehat kesukaan anak. Berikan makanan-makanan tersebut saat berbuka, sesudah shalat Tarawih, dan sahur. Saat sesudah salat tarawih bisa ditawarkan snack sehat.

Perlukan suplemen jika anak tidak suka makan sayur, atau buah?

Pada dasarnya begini, kebutuhan serat anak terutama dari sayuran sebetulnya tidak terlalu banyak, yaitu 20-30 gram sehari. Sehingga sebaiknya usahakan bisa membujuk anak mengkonsumsi sayur atau mengolah sayuran bersama makanan kesukaan seperti nugget sayur, misalnya. Menurut Hersanti, suplemen bisa diberikan apabila anak sudah betul-betul tidak mau makan. Jadi, nggak bisa dengan serta merta kita memutuskan, anak nggak suka sayur atau buah, lalu kasih suplemen saja. Bagaimanapun, sayur dan buah alami adalah pilihan terbaik. Memang challenging banget, sih, meminta anak makan sayur. Kalaupun sampai terpaksa harus mengkonsumsi suplemen,  pilih sesuai kebutuhan, ya, misalnya ketika anak kekurangan zat besi, beri suplemen yang mengandung zat besi. Sekali lagi ini juga harus dikonsultasikan ke dokter dulu, ya. 

Menu ta’jil juga harus bergizi

Bagaimana kalau anak malah suka menu ta’jil seperti bubur biji salak, nata de coco, hingga bubur sumsum? Jangan salah mommies, menu-menu tersebut sebenarnya juga bergizi, lho. Menu ta’jil yang mengandung santan tetap boleh dikonsumsi anak, karena mengandung lemak yang ia butuhkan. Mommies hanya perlu memastikan kalau lemak yang tersaji adalah lemak sehat. Hindari menu ta’jil yang digoreng. Kalau mau menyajikan sajian seperti nata de coco, atau es blewah boleh-boleh saja. Usahakan jangan terlalu manis, agar asupan gula anak tidak melebihi angka kecukupan hariannya, yaitu kurang dari 25 gram (6 sendok teh). 

Tetap jadwalkan menu snack

Anak tetap bisa dijadwalkan snack seperti di hari-hari tidak berpuasa. Snack diberikan sesudah shalat Tarawih atau diberikan satu hingga dua jam setelah makan utama. Usahakan untuk  memberikan snack sehat, ya, mommies, seperti makanan yang diolah dengan cara dikukus atau dipanggang dalam oven. Hindari snack yang diolah dengan cara digoreng. Sebab lemak dalam gorengan merupakan lemak jenuh yang tidak baik untuk kesehatan.

Baca juga: Ibu Menyusui Boleh Diet. Tapi Ada Syaratnya.

Susu sebagai pelengkap

Namanya saja sebagai pelengkap, jadi kalau kata Hersanti, tetap berikan makanan sebagai sumber gizi utama. Dengan kata lain susu nggak bisa digunakan sebagai pengganti makan, kecuali anak dalam kondisi tertentu yang menyebabkan anak tidak dapat mengunyah makanannya sehingga butuh asupan berupa cairan.  Untuk waktu terbaik minum susu, sih, belum ada penelitiannya, sehingga pemberiannya bisa disesuaikan dengan kondisi aktivitas si anak. Boleh diberikan saat akan tidur dan pada saat sahur, tepatnya sesudah makan makanan utama.

Memenuhi gizi anak selama puasa: si picky eater

Ya, ya, ya, menawarkan pilihan makanan sehat yang si picky eater suka mungkin terdengar membosankan. Ah teori, prakteknya sulit. Ya mau bagaimana lagi? Kuncinya,  jangan pernah merasa bosan menawarkan makanan yang bervariasi, sebab salah satu penyebab anak menjadi picky eater adalah takut atau enggan makan makanan jenis baru. Hal ini disebabkan karena ia suka menduga rasa makanan tersebut tidak enak. Salah satu tips bagi si picky eater dari Hersanti adalah menawarkan makanan menggunakan age rules. Buatlah sebuah challenge, bahwa ia harus mencoba makanan baru dengan suapan sebanyak usianya. Misal ketika saat ini ia berusia 7 tahun, ia mesti mencoba makanan baru tersebut sebanyak 7 suap. Dengan begini, ia terlatih untuk mencoba makanan baru tanpa harus mencicipinya banyak-banyak.