Sorry, we couldn't find any article matching ''
Update Covid-19: Seputar Vaksin Sampai Alat Tes Covid-19
Mulai dari ibu hamil yang mendapatkan vaksin Covid-19, bayi yang lahir dengan antibodi Covid-19, hingga pro kontra vaksin mengandung babi. Ini dia update-nya.
Berdasarkan update harian Covid-19 di Indonesia, per 21 Maret 2021, terdapat 4,396 kasus baru dan kasus rata-rata per minggu berada di angka 5,818. Belum bisa dibilang sedikit namun grafiknya sudah mulai menurun. Tentu kita semua berharap Covid-19 segera musnah dari dunia. Namun, berdasarkan fakta yang terjadi di dunia, ini yang patut kita ketahui.
Cerita ibu hamil yang mendapatkan vaksin Covid-19
Seorang wanita bernama Melissa Mills dari New Jersey tengah hamil 7 bulan dan sibuk mendaftarkan kerabat dekatnya yang tergolong berisiko tinggi terkena Covid-19 untuk segera mendapatkan vaksin. Singkat cerita, dirinya mendapatkan email dari Departemen Kesehatan dan diperbolehkan untuk ikut mendapatkan vaksin. Tentu, ia melewati proses ini dengan tidak singkat dan Mills juga mengaku diberikan lampu hijau oleh obgyn-nya.
Teman Mills yang juga merupakan seorang obgyn menerima vaksin saat menyusui. Ia menceritakan pengalamannya mengenai jumlah pasien hamil yang sakit selama pandemi, termasuk salah satu yang menolak untuk divaksinasi, yang kemudian menghabiskan seminggu di ICU.
Berikut beberapa data seputar vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan menyusui:
Seorang bayi lahir di Florida dengan antibodi Covid-19
Ibu si bayi ternyata adalah petugas kesehatan yang telah mendapatkan vaksin Covid-19, Moderna, dosis pertama, pada Januari lalu, tepatnya tiga minggu sebelum melahirkan. Peneliti Drs Paul Gilbert dan Chad Rudnick menyatakan bahwa mereka telah menganalisis darah dari tali pusat bayi dan antibodi terdeteksi pada saat persalinan. “Jadi, ada potensi perlindungan dan pengurangan risiko infeksi dari Sars-CoV-2 dengan vaksinasi ibu, “ jelas mereka, mengakui bahwa ini fakta yang pertama kali terjadi di dunia.
Vaksin Covid-19 untuk anak: Sudah sampai di mana?
Hingga saat ini proses uji coba vaksin pada anak memang masih berlangsung, kemungkinan akan memakan waktu berbulan-bulan bahkan setahun sebelum vaksin untuk anak diizinkan. Dr. Yvonne Maldonado, ketua American Academy of Pediatrics 'Committee on Infectious Diseases, yang terlibat dalam beberapa percobaan Pfizer pada anak-anak menjelaskan pada NPR.org, bahwa anak bukanlah orang dewasa kecil, tidak bisa begitu saja kita mengurangi sesuatu sesuai berat atau usia mereka. Meski mekanisme biologisnya sangat mirip, keduanya sangat berbeda.
Vaksin Aztrazeneca yang dianggap haram karena mengandung babi
Dilansir Detikhealth, MUI sudah memberikan fatwa bahwa vaksin Astrazeneca diperbolehkan, meski disebut haram karena mengandung enzim tripsin babi. Terlebih ketersediaan vaksin tersebut sangat terbatas, sehingga dapat digunakan dalam keadaan darurat. “Ketentuan hukum vaksin Astrazeneca ini haram karena dalam proses tahap produksinya memanfaatkan enzim babi. Namun, pada saaat ini penggunaan vaksin tersebut hukumnya dibolehkan,” jelas Ketua Bidang Fatwa MUI Asrorun Niam Sholeh.
Sementara, pihak Astrazeneca membantah bahwa vaksin ini mengandung babi, karena vaksin ini juga telah disetujui lebih dari 70 negara, termasuk Arab Saudi, UEA, hingga Kuwait, dan banyak Dewan Islam di seluruh dunia telah menyatakan bahwa vaksin ini diperbolehkan untuk para muslim.
Pihak BPOM pun telah menerbitkan izin penggunaan darurat vaksin Astrazeneca karena vaksin ini dapat merangsang 32 kali pembentukan antibodi pada orang dewasa dan 21 kali pada lansia, bila diberikan dalam dua dosis.
Alat tes Covid-19 keluaran Kalbe
Pada 19 Maret yang lalu, PT Kalbe Farma Tbk (Kalbe) meluncurkan tes Covid-19 pertama karya anak bangsa dengan sampel saliva. Tes diagnostik Covid-19 ini berteknologi mutakhir dengan menggunakan metode RT LAMP (Reverse Transcription Loop Mediated Isothermal Amplification) yang dapat mendeteksi secara spesifik asam nukleat yang merupakan material genetik dari virus SAS CoV-2. Tes molekular ini termasuk dalam kategori NAAT (Nucleic Acid Amplification Test, sesuai keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia dan dianggap jauh lebih baik dibandingkan rapid tes antigen yang mendeteksi protein virus.
Baca update seputar Covid-19 lainnya di sini, ya!
Share Article
COMMENTS