Aapakah asupan vitamin anak sudah terpenuhi? Kenali gejala anak kekurangan vitamin, agar terhindar dari gangguan tumbuh kembang dan penyakit serius.
Kekurangan zat gizi mikronutrien seperti vitamin nggak bisa dianggap sepele. Jika asupannya nggak sesuai kebutuhan anak, pasti akan berdampak pada kesehatan anak. Dampaknya pun bermacam-macam, dari ringan hingga berat. Dari kulit kering hingga gangguan tumbuh kembang dan penyakit autoimun. Yuk, kita cek lagi apakah asupan vitamin anak-anak sudah sesuai dengan kebutuhannya? Kenali beberapa tanda dan gejala anak kekurangan vitamin berikut ini.
Kekurangan Vitamin A
Secara nasional, bulan Februari dan Agustus ditetapkan sebagai bulan pemberian vitamin A bagi balita. Program ini sudah berjalan sejak 1991 hingga sekarang. Ini adalah salah satu langkah pemerintah agar anak-anak Indonesia tidak kekurangan vitamin A. Di kedua bulan ini anak bisa mendapatkan suplementasi vitamin A Kapsul Biru (dosis 100.000 IU) untuk bayi umur 6-11 bulan dan Kapsul Merah (dosis 200.000 IU) untuk anak umur 12-59 bulan.
Beberapa dampak kesehatan yang terjadi pada anak bila kekurangan vitamin A yaitu:
Kekurangan Vitamin B Kompleks
Vitamin B Kompleks yaitu (B1, B2, B3, B5, B6, B7, B9, dan B12) sifatnya larut air. Masing-masing dari vitamin B tersebut memiliki fungsi tersendiri, sehingga kekurangan vitamin B tertentu akan menimbulkan gejala yang berbeda, seperti berikut ini.
Kekurangan Vitamin C
Serupa dengan vitamin B, vitamin C juga sifatnya larut dalam air. Anak-anak dan remaja membutuhkan asupan 25-75 mg vitamin C setiap hari, disesuaikan dengan usia mereka. Vitamin C dikenal dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Asupan vitamin C juga dapat membantu mempercepat pemulihan bila anak sakit. Penuhi kebutuhan vitamin C harian anak, agar nggak gampang sakit, ya, mommies.
Beberapa gejala yang bisa timbul saat anak kekurangan vitamin C yaitu:
Kekurangan Vitamin D
Vitamin D juga berfungsi dalam penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan di dalam usus, serta mencegah berbagai penyakit. Sayangnya, hasil penelitian yang dilakukan pada anak usia 2-13 tahun di 48 kabupaten di Indonesia menunjukkan bahwa penurunan kadar vitamin D mulai terlihat pada anak usia 6 tahun ke atas, dan sebanyak 45,1% mengalami insufisiensi vitamin D. Kekurangan vitamin D pada kasus yang parah bisa meningkatkan risiko terhadap infeksi, meningkatkan risiko penyakit kanker dan autoimun.
Anak-anak yang kekurangan vitamin D biasanya akan mengalami gejala berikut:
Agar terhindar dari defisiensi vitamin D, anak-anak perlu beraktivitas di luar rumah dan mendapat pajanan sinar matahari setidaknya tiga kali seminggu selama 5-15 menit, antara pukul 10.00-14.00. Tapi ingat, jangan sampai terlalu lama juga, ya, karena bisa berdampak buruk pada kulit.
Sebetulnya, asupan vitamin-vitamin di atas bisa didapat dari makanan yang dikonsumsi anak sehari-hari. Oleh karena itu, penting banget buat orang tua mengupayakan agar anak mengonsumsi makanan yang bervariasi. Kalau anak mommies tipe sulit makan, cobalah mempertimbangkan untuk memberikan multivitamin pada anak. Namun sebaiknya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter anak, ya.
Baca juga:
Pahami Kebutuhan Nutrisi Anak yang Harus Dipenuhi di Masa New Normal
Lepas Usia Balita, Anak Rentan Kekurangan Nutrisi?