Sorry, we couldn't find any article matching ''
Kondisi Kehamilan Langka Superfetasi: Hamil di Tengah Kehamilan
Peristiwa langka seorang ibu yang hamil saat dirinya tengah menjalani kehamilan. Nah, lho, kok bisa? Berikut penjelasan hamil di tengah kehamilan.
Sseorang ibu bernama Kate Hill dari Australia melahirkan dua anak perempuan yang sehat dengan jeda persalinan 10 hari pada akhir 2015 lalu. Iya, dia dinyatakan dokter hamil dua kali dalam rentang waktu sekitar seminggu. Kondisi ini disebut kehamilan ganda (double pregnancy), atau bahasa medisnya superfetasi.
Bagaimana Superfetasi Terjadi?
Pada kondisi kehamilan kembar, pembuahan terjadi dari satu sel telur dan sel sperma yang kemudian membelah dan menjadi dua janin terpisah. Atau dua sel telur yang berbeda akan dibuahi oleh dua sel sperma di saat yang bersamaan. Sehingga, bisa dipastikan usia kedua bayi kembar sama karena berasal dari siklus menstruasi yang sama.
Sementara, menurut paparan Dr. Nisa Fathoni, Sp.OG, “Superfetasi terjadi ketika seorang wanita sedang berovulasi lalu hamil, dan beberapa minggu kemudian ia berovulasi kembali, melepaskan sel telur yang kedua dan dibuahi kembali dan terjadilah kehamilan dengan dua bayi secara bersamaan.” Janin yang dikandung berasal dari dua proses ovulasi yang berbeda, biasanya berselang 7-10 hari.
Meski secara teoritis, superfetasi adalah hal yang mungkin terjadi, namun secara biologis, sebetulnya hal ini sangat tidak lazim. “Pada umumnya, saat sedang hamil, hormon kehamilan secara otomatis membuat perempuan berhenti berovulasi. Rahim akan tertutup, indung telur berhenti memproduksi folikel, dan akan terbentuk “sumbat mukus” di dalam serviks setelah pembuahan, sehingga mencegah sperma memasuki rahim yang bisa membuahi telur kedua,” lanjut dokter Nisa. Ini yang membuat wanita hamil lagi di tengah kehamilan menjadi fenomena fantastis sekaligus misterius dalam dunia kedokteran.
Dalam kasus Kate Hill, setelah ditelusuri, ternyata menjalani terapi hormon lantaran didiagnosis mengidap Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) dan divonis dokter tidak bisa memiliki keturunan. Menurut Dokter Sherry A. Ross, ginekolog dan penulis buku She-ology, bisa jadi terapi kesuburan yang dijalaninya membuat rahim Kate menjadi hiperstimulasi, yang menyebabkan terjadinya superfetasi. Uniknya, bagian yang juga mengejutkan para dokter, yaitu fakta bahwa mereka hanya sekali berhubungan intim pada masa itu. Artinya, sperma sang suami bertahan di dalam rahimnya setidaknya selama 10 hari. Dokter Ross menyebutnya “sperma super”, mengingat umumnya sperma hanya dapat bertahan di dalam rahim wanita selama lima hari saja.
Baca juga: Rencanaku Menjadi Ibu Sempat Terhalang PCOS
Selain superfetasi, perempuan juga bisa mengalami superfekundasi
Mirip dengan superfetasi, superfekundasi juga dua pembuahan yang terjadi dalam waktu hampir bersamaan di dalam satu rahim perempuan. Bedanya, superfekundasi terjadi ketika dua sel telur bertemu dua sel sperma dari dua laki-laki berbeda dan membentuk dua embrio. Fenomena langka ini disebut heteropaternal superfecundation. Sedangkan ketika satu laki-laki membuahi dua sel telur berbeda, dinamakan homeopaternal superfecundation.
Apakah berbahaya?
Dokter Nisa memaparkan, “Baik superfetasi maupun superfekundasi, keduanya tidak berbahaya. Kedua janin dapat tumbuh dan dilahirkan dengan sehat,” seperti bayi Kate Hill yang saat ini. Sang ibu juga umumnya sehat, sebab superfetasi tidak menyebabkan komplikasi kehamilan.
Hamil dengan satu bayi aja bersyukur banget, apalagi dengan dua bayi sekaligus, ya, mommies?
Baca juga:
Merasa Hanya Hamil 1 Jam Lalu Melahirkan? Aneh, Tapi Itulah Kehamilan Kriptik!
Share Article
COMMENTS