Yuk, kenali hipospadia dan 3 kelainan genital pada anak laki-laki sejak dini, karena kelainan yang tidak dikoreksi dapat menyebabkan infertilitas hingga keganasan.
Di awal tahun 2013, Djati, anak saya yang bungsu harus menjalani bedah sunat karena setiap kali buang air kecil (BAK), saat itu usianya 5 tahun, dia selalu menangis kesakitan dan penisnya menggembung. Awalnya, saya dan suami serta dokter anaknya hanya tahu kalau dia sulit BAK. Ternyata, di tengah-tengah proses operasi, saya diajak masuk ke dalam ruangan operasi dan dijelaskan oleh dokter bedahnya kalau lubang penis anak saya letaknya tidak normal, yaitu di bawah batang penis. Istilah keren di dunia kedokteran adalah Hipospadia.
Saat itu terjadi, saya hanya bisa mengangguk-angguk mendengarkan penjelasan dari si dokter bedah. Begitu mendengar kalimat “Ini nggak perlu dikoreksi dan nggak akan bermasalah ke depannya ya, bu,” dari dokter bedah, ya saat itu saya merasa lega. Dan, operasi pun berlanjut.
Untung saat itu anak saya operasi sunat, jadi kelainannya segera diketahui. Karena seringkali, orangtua tidak ngeh kalau penis si anak bermasalah. Padahal, saat saya menghadiri Seminar Media “Kenali & Pahami Kelainan Genital Pada Anak Laki-Laki Sejak Dini!” menurut Dr. dr. Irfan Wahyudi, SpU(K) – Ahli Urologi RS Siloam ASRI, kelainan genital pada anak laki-laki sebenarnya sudah bisa diketahui sejak anak baru lahir.
Coba deh ingat-ingat, saat proses persalinan berjalan lancar, dan bayi dibawa ke kita sebagai orangtua, umumnya pertanyaan yang kita ajukan ke dokter adalah: Apakah anak saya sehat? Apakah anggota tubuhnya lengkap? Apa jenis kelaminnya? Pernah nggak kita bertanya, apakah bagian genital si anak normal? (Well, saya juga nggak berpikir ke sana sih, hehehe). Ternyata, hal bisa kita tanyakan. Dan, jika memang ada ‘masalah’ untuk bentuk, ukuran ataupun posisi lubang, itu sudah bisa terdeteksi. Catatan nih buat kita para orangtua.
Sebenarnya, kelainan bawaan genital pada anak laki-laki merupakan kelainan yang relatif sering dijumpai. Tapi, kurang diperhatikan karena dianggap: bukan kelainan yang mematikan, jarang menimbulkan keluhan, organ yang ‘tertutup’ dan minimnya informasi di masyarakat.
Apa saja kelainan bawaan genital yang sering diderita oleh anak laki-laki?
Penyebab dari Mikropenis adalah kelainan kerja hormon yang berperan dalam pembentukan alat kelamin laki-laki. Jika penyebabnya adalah gangguan hormonal maka akan menghambat kerja androgen, khususnya testosteron dan dihidrotestosteron. Kedepannya, hal ini akan menganggu perkembangan karakteristik sekunder laki-laki.
Baca lebih lengkap tentang Mikropenis pada Anak
Pada kasus ini ada beberapa penyebab yang membuat penis terlihat kecil, yaitu: Penis yang terbenam (Buried/ Concealed penis), kulit kantung zakar bersatu dengan kulit yang menutupi bagian bawah penis (Webbed penis), penis yang tidak muncul pasca tindakan (Trapped penis). Penyebab dari kasus ini, yaitu kegemukan/ obesitas, kelainan pada jaringan ikat di bawah kulit penis dan defisiensi kulit penis.
Pada kasus ini, lubang kencing tidak berada pada ujung kepala penis, melainkan di bagian bawah dengan posisi yang sangat bervariasi. Penis menjadi tampak melengkung atau bengkok. Hipospadia terjadi bisa karena kelainan hormon, genetik atau faktor lingkungan (misalnya karena paparan pestisida saat kehamilan).
Pada kasus Hipospadia, tidak semua kelainan perlu dikoreksi. Jika posisi lubang kencing tidak terlalu bermasalah, maka tidak perlu dilakukan operasi. Namun jika letak lubang kencing sudah di pangkal penis (dekat testis) maka operasi harus dilakukan. Operasi pun bisa satu tahap ataupun beberapa tahap.
Usia ideal untuk pembedahan adalah 6 bulan – 24 bulan, karena risiko pembiusan setelah usia 6 bulan relatif kecil. Penis juga sudah cukup berkembang dan pasca bedah lebih mudah ditangani.
Untuk problem ini, masalah bukan di penis tapi di testis. Testis berhenti pada salah satu lokasi penurunan testis, bisa di dalam perut, di lipat paha atau di atas kantung zakar. Kelainan ini umum terjadi pada anak yang lahir prematur, berat badan bayi rendah saat lahir, posisi sungsang saat di dalam perut, ibu mengalami diabetes saat kehamilan atau riwayat keluarga.
Mengapa kelainan ini perlu diperhatikan?
*Gambar dari sini
Meskipun kelainan ini ada di organ yang ‘tertutup’, namun anak yang menderita bisa saja mengalami hal-hal berikut ini:
1. Problem berkemih karena posisi berkemih yang tidak ‘normal’ sehingga anak sulit BAK di toilet umum dan juga dapat membuat celana selalu terkena air kencing.
2. Problem sosial. Anak bisa saja merasa malu ketika dia menyadari dia kesulitan menemukan posisi BAK yang nyaman.
3. Problem kesuburan. Bentuk penis dan lokasi lubang kencing yang tidak normal dapat menganggu hubungan suami isteri kelak. Juga bisa berdampak pada jumlah sel-sel penghasil sperma.
4. Penyakit ganas. Pasien Kriptorkismus alias kelainan bawaan pada testis memiliki risiko keganasan sebesar 3,5 kali dibanding mereka yang tidak memiliki kelainan.
Kapan waktu yang tepat untuk orangtua memerhatikan hal ini?
Seperti yang tadi sudah saya bahas di awal, saat lahir, orangtua bisa bertanya tentang identifikasi genital. Misalnya, panjang penis, lokasi lubang kecing, bentuk penis dan ada atau tidaknya testis pada kantung zakar. Saat memandikan anak, orangtua juga bisa mengecek kondisi penis si kecil. Serta saat sunat. Maka, sebelum tindakan sunat dilaksanakan, harus dilakukan pemeriksaan menyeluruh sebab dalam beberapa kasus, khususnya buried penis dan Hipospadia sebaiknya tidak dilakukan sunat biasa melainkan perlu tindakan rekonstruksi tersendiri.
Demikian sedikit sharing dari saya :).