Jangan ingin menikah karena alasan yang salah, karena konsekuensinya bisa seumur hidup. Jika 5 dari alasan-alasan ini beresonansi dengan Anda, tampaknya Anda perlu memikirkan ulang sebelum menikah.
Dua bulan menjelang pernikahan, teman saya, Alda curhat, ibunya tidak kunjung memberikan restu, bahkan sebaliknya menentang habis-habisan rencana pernikahannya dengan Martin. Ibundanya kekeuh bahwa Alda membuat pilihan yang salah. Martin bukan pria yang tepat. Alasannya, Martin belum punya pekerjaan tetap, duda, punya anak dari pernikahan sebelumnya, kurang daya juangnya, gampang putus asa, terlalu pendiam dan kurang bisa unggah-ungguh dengan keluarga besar Alda. Ibunda Alda juga berusaha dengan segala cara menghalangi rencana pernikahan Alda, termasuk membujuk beberapa teman dekat dan kerabat Alda untuk memengaruhi keputusan Alda dan membuat ALda menyadari bahwa ia telah melakukan sebuah kesalahan besar dengan melanjutkan rencana pernikahan.
Pernikahan memang bukan keputusan yang gampang, sebab mengandaikan konsekuensinya sepanjang hidup. Dalam mengambil keputusan, terkadang orang lain melihat keputusan kita salah. Bisa jadi orang lain benar karena objektif dalam menilai sementara Anda dikuasai oleh sisi emosional, bisa juga salah karena toh, Anda berdua yang menjalani.
Secara garis besar, beberapa alasan berikut ini bisa menjadi pertimbangan apakah keputusan Anda termasuk alasan yang salah untuk menikah.
# 1. Solusi Jalan Keluar dari Masalah Hubungan Anda
Menikah memang memperkuat semua aspek hubungan Anda, akan tetapi jangan pernah berpikir bahwa menikah bisa menyelesaikan masalah pada hubungan Anda. Apa pun itu. Pada dasarnya, ketika menikah, segalanya bisa menjadi lebih baik jika memang hubungan Anda berdua sudah baik, tetapi menikah hanya akan menjadi mimpi buruk jika hubungan Anda dari awal sudah buruk.
Jika komunikasi Anda dengan pasangan buruk, setelah menikah akan semakin buruk. Jika Anda tidak memiliki rasa hormat satu sama lain, Anda tidak akan mendapatkannya dengan menikah. Jika Anda atau pasangan tidak mementingkan kesetiaan, begitupun setelah menikah. Bukan tidak mungkin kita akan jatuh cinta lagi pada orang lain setelah menikah.
# 2. Takut Kesepian
Tidak enak dibilang kelamaan jomblo, lelah sendirian. Kesepian itu memang tidak enak, kemana-mana sendiri. Apalagi setelah menginjak usia tertentu, seseorang menghadapi tekanan sosial untuk buru-buru punya gandengan. Menikah, Anda pikir bisa menjadi alasan untuk bahagia. Ini juga alasan yang salah, sebab tidak ada yang akan bahagia bersama Anda jika Anda tidak bisa bahagia sendirian.
Pertama-tama, Anda perlu menumbuhkan diri menjadi pribadi yang bahagia, independen, serius dengan karier dan finansial, baru kemudian temukan orang yang sejalan dan nyaman bersama Anda.
Baca juga: Kenali 3 Ciri Hubungan yang Sehat
# 3. Untuk Membuktikan Sesuatu
Masa lalu Anda memengaruhi hidup Anda saat ini. Bisa jadi Anda tidak menyadari alasan yang satu ini, akan tetapi alam bawah sadar bisa mengambil alih saraf impuls yang memengaruhi keputusan Anda. Bisa jadi, dulu orang tua Anda bercerai dan Anda bertekad untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Anda lebih baik dari mereka, atau dulu Anda sering diremehkan oleh teman, sehingga Anda ingin membuktikan sesuatu pada mereka. Banyak orang menganggap menikah adalah sebuah simbol status dan pencapaian tertentu. Terlebih lagi, jika bisa memenangkan hati pasangan yang berasal dari kelas sosial atau ekonomi yang lebih tinggi.
# 4. Pragmatis
Pernikahan menawarkan beberapa privilege, seperti akses sosial, lebih mudah untuk hidup bersama, menerima tunjangan jaminan sosial pasangan Anda, mendapatkan visa pasangan, kemudahan finansial (double income, misalnya), membesarkan anak, dan berbagai motif pragmatis lainnya. Tentunya sah-sah saja terdorong oleh alasan pragmatis yang bisa membuat hidup lebih mudah dan nyaman, akan tetapi yang perlu diingat adalah bahwa seluruh hidup Anda dan kebahagiaan Anda dipertaruhkan. Di balik semua ‘fasilitas dan kemudahan’ itu, yang perlu dijawab, bersediakah Anda dan pasangan untuk sama-sama mau berjuang bersama meniti jalan yang panjang.
#5. Terbuai cinta sejati
Anda meyakini bahwa pasangan adalah soulmate dan cinta Anda berdua adalah cinta sejati sehingga Anda sangat yakin bahwa pernikahan Anda bakal terus bahagia, langgeng selamanya. Padahal, jatuh cinta adalah sensasi hormonal yang datang dan pergi tanpa direncanakan. Cinta yang sesungguhnya baru dimulai ketika jatuh cinta berakhir.
Baca juga: 7 Kesalahaan Saat Bertengkar dengan Pasangan yang Membuat Rumah Tangga Berantakan
Image: Photo by Kelly Sikkema on Unsplash