Nestlé DANCOW bersama Detikcom menggelar DANCOW ParentFest Vol. 2 dengan tema "Persembahan dari Hati, untuk Bunda yang Selalu Ada" pada Sabtu, 19 Desember lalu. Ada berbagai pelajaran penting yang bisa kita ambil dari event tersebut. Apa saja?
Menghadapi toddler itu memang butuh kesabaran luar biasa. Rasanya ini anak kok lompat ke sana kemari terus dan tidak mau diam. Wajar ya moms, karena usia 1-3 tahun adalah momen yang tidak akan tergantikan jadi memang harus ditemani dan dijaga.
“Jadi masa pandemi ini ada sisi positifnya, kita sebagai orangtua jadi lebih dekat ke anak, nutrisi jadi bisa lebih diperhatikan. Karena pada masa awal kehidupan, 1000 hari pertama kehidupan, tapi sebetulnya sampai 3 tahun pun masih berlangsung. Terjadi perubahan paling pesat, pertumbuhan, perkembangan otak, dan perkembangan diri. Dari hanya tidur diam sampai jumpalitan, tapi justru itu menunjukkan keahliannya itu bertambah, kemampuannya juga,” ujar dr. Bernie Endyarni Medise, Sp.A(K), M.P.H. (DSA, Pediatri SosialAhli Tumbuh Kembang) di sesi pertama DANCOW ParentFest Vol. 2, “Optimalkan 5 Dimensi Tumbuh Kembang Si Buah Hati di Usia Toddler”
Jadi memang mindset yang harus diubah. Anak tidak mau diam bukan berarti hal yang buruk, tapi tanda perkembangan otaknya baik sehingga ia mau bereksplorasi.
Memasuki usia prasekolah atau 3-5 tahun, tantangannya tentu berbeda lagi. Menurut Psikolog Anak Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi, Psikolog. banyak orangtua datang ke psikolog saat anak usia ini karena mulai merasa kewalahan mendampingi anak. Apalagi di situasi new normal seperti ini, banyak yang harus diubah di sana-sini untuk memastikan tumbuh kembang anak tetap maksimal.
Hal itu diamini oleh Meisya Siregar bersama putra bungsunya Muhammad Bambang Arr Ray Bach (3 tahun). Ia mengaku banyak sekali beradaptasi di masa new normal ini. “Bundanya juga belajar, ayahnya juga belajar, anaknya juga belajar beradaptasi dengan situasi,” ujar Meisya di sesi kedua DANCOW ParentFest Vol. 2 “Lindungi Perkembangan Sosialisasi & Emosi Buah Hati di Usia Prasekolah”.
Menurut mbak Vera, yang harus diperhatikan adalah batasan. Di usia 3-5 tahun ini anak sudah harus dikenalkan pada batasan dan peraturan.
“Anak sudah lebih mengenali dirinya sendiri, anak sudah tau mau ini mau itu, di teori perkembangannya ada, anak usia 3-5 tahun itu punya inisiatif yang tinggi jadi ingin mencoba segala sesuatu sesuai kemauannya sendiri. Nah di masa prasekolah ini ada hubungannya dengan fondasi pembentukan karakter juga jadi anak ingin mulai bebas mengekspresikan diri sehingga di sisi lain harus mulai dikenalkan dengan batasan. Ada saatnya boleh, ada saatnya nggak boleh, jadi batasan itu di usia prasekolah harus diperkenalkan. Termasuk sosialisasi, harus gantian main sama teman, nggak boleh kasar, bagaimana cara sopan meminjam mainan, bagaimana kalau ketemu orang yang lebih tua, nah ini semua terjadi di masa prasekolah,” papar mbak Vera.
Masih dari sesi kedua DANCOW ParentFest Vol. 2, mbak Vera juga mengingatkan kita sebagai orangtua untuk tidak mematikan rasa ingin tahu anak. Stimulasi dan kepercayaan diri harus sudah dipupuk di usia 3-5 tahun ini agar ia bisa mandiri saat dewasa. Contoh, anak ingin mengambil piring sendiri, kita ada perasaan takut pecah jadi langsung dimarahi. Nah, tarik napas dulu, bicara dengan anak dengan bahasa yang baik.
“Bilang dengan baik, jangan terus mematikan. Ada risiko ketika kita tidak memberi stimulasi yang tepat. Ketika anak ingin mandiri lalu dilarang karena misal piring takut pecah, atau dibilang ‘udah deh kamu belum bisa’, muncul di dalam diri anak aku nggak bisa apa-apa,” jelas mbak Vera.
Mbak Vera juga mengingatkan untuk tidak selalu membantu anak. Selama anak tidak melakukan sesuatu yang berbahaya, biarkan saja dan beri ia kepercayaan.
“Usia 3 tahun dibantu masih lucu. Tapi kalau terbiasa dibantu nanti efeknya sampai usia belasan masih dibantu kan sudah tidakk lucu lagi. Jadi melatih kemandirian memang dimulai dari usia prasekolah. Anak prasekolah juga banyak nanya, ini adalah satu bentuk bereksplorasinya juga. Dia akan nanya, pertanyaan yang aneh-aneh akan keluar, stimulasinya bisa kita menyediakan diri untuk menjawab, ajak dia baca buku dan cari sumber pengetahuan yang valid,” pungkasnyanya.
Masa new normal ini memang sulit bagi semua orang, bukan hanya anak tapi juga orangtua. Hal ini diakui oleh bunda inspiratif Bunga Zainal di sesi ketiga DANCOW ParentFest Vol. 2 dengan topik Tips Atasi Stress Anak di Masa Pembelajaran Jarak Jauh”.
“Saya sebagai bunda sempat shock juga karena setiap pagi biasanya mengantar anak sekolah, punya kegiatan sendiri di luar jam anak sekolah, setelah kondisi belajar jarak jauh seperti ini, pasti peran saya sebagai bunda sangat diuji sekali. Meluangkan waktu, mendukung anak-anak untuk bisa belajar dan mendampingi mereka belajar dari jarak jauh saat ini. Jadi dukungan bunda sangat diuji,” curhatnya.
Namun menurut Pemerhati Pendidikan Anak & Montessori Practitioner Damar Wijayanti, SIP., Dipl. Edu. Montessori, kita sebetulnya tidak perlu terlalu khawatir pada anak karena anak itu sangat mudah beradaptasi selama mendapat support atau dukungan dari ayah bundanya.
Menurut mbak Damar, yang harus diperhatikan untuk menemani anak 5-12 tahun adalah:
• Kecepatan belajar mereka sudah melambat dibandingkan usia 1-5 tahun
• Belajar sudah bisa duduk lebih tenang, jadi sepakati aturan saat belajar online.
• Kebutuhan mereka mengulang sesuatu sudah berkurang, tapi kebutuhan variasi tinggi sehingga mudah bosan pada pelajaran. Jadi variasikan pelajaran.
• Mereka suka hal baru dan suka mengkritisi apa yang sedang dipelajari, jadi tanggapi dengan baik.
Jika itu semua bisa terpenuhi, maka anak tidak akan mudah stres dan bisa beradaptasi dengan baik.
Di sesi terakhir DANCOW ParentFest Vol. 2 “Persiapan Kembali ke Sekolah dengan Nutrisi Tepat”, Psikiater Anak dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ (K), M.I.M.H., Ph.D mengingatkan kita untuk tidak memaksa anak belajar. Karena jika dipaksa, anak tidak akan bisa belajar dengan baik.
“Belajar sudah susah, lingkungan menekan, makin sulit belajar, jadi otak tidak bisa bekerja dengan baik ketika situasi penuh tekanan,” ujar dr. Tjhin.
Jadi fokusnya justru pada kenyamanan anak dulu, apakah ia siap belajar? Lalu juga yang harus diperhatikan adalah nutrisi. Selama nutrisi yang masuk ke dalam tubuh anak tidak maksimal, ia juga tidak akan bisa menyerap pelajaran dengan baik.
“Di situasi sulit seperti ini tantangannya memang besar ya bukan hanya pada anak atau bundanya saja, tapi kalau fokus pada anak agar mereka bisa belajar dengan baik pada masa pandemi ini, ada dua hal yang menurut saya penting banget. Yang pertama, kesiapan diri si anak. Anaknya sendiri mau nggak? Kalau anaknya nggak mau aktif terlibat atau belum siap, maka susah. Maka yang penting pertama kali adalah membantu anak dengan metode pembelajaran yang baru. Yang kedua, kita harus bisa membantu anak agar perkembangan otaknya baik seperti nutrisi seimbang, stimulasi maksimal, supervisi orangtua agar anak merasa didampingi,” tutup dr. Tjhin.
Baca juga:
Tertarik pada SD Montessori? Ini Tips Memilih dan Informasi Biayanya
Kisah dari Sisi Pahit PJJ, Dukungan Apa yang Bisa Kita Berikan?