Sorry, we couldn't find any article matching ''
6 Long Distance Marriage Problems
Menjalani Long Distance Marriage selama dua tahun lebih membuat saya jadi paham apa saja hal yang bisa menjadi masalah di dalam hubungan kami.
Sudah lebih dari dua tahun ini saya menjalani LDM (Long Distance Marriage) dengan suami yang harus bolak balik ke Inggris karena tugas dan tanggung jawabnya.
Awalnya sih berat banget ya rasanya, jujur sampai saat ini juga masih berat dan penuh tantangan serta emosi hehe... Tidak gampang untuk mengatur semua urusan sendirian di saat pasangan jauh, plus ngurus anak dan juga memanage perasaan pastinya, tapi harus pinter-pinter disiasati agar semua urusan lebih lancar dan kondisi mental juga lebih tenang dan terjaga.
Kalau saya sendiri sih punya beberapa tips yang coba saya terapkan untuk diri sendiri yang Mommies bisa coba juga, terutama untuk yang sedang menjalani Long Distance Marriage seperti saya. Memahami problem apa saja yang rentan terjadi sehingga membuat kita lebih hati-hati.
Baca juga: 10 Tanda Pernikahan Sehat
1. Tidak Bersyukur dan Sibuk Membandingkan Keadaan dengan Orang Lain
Mungkin klise ya tapi mampu bersyukur dan nggak sibuk membanding-bandingkan, ini kunci menurut saya. Selalu bersyukur bikin lebih legowo dan ikhlas dalam menjalani semuanya. Stop berpikir 'Enak banget ya si A suaminya selalu ada di rumah' karena mungkin si A punya masalah lain yang malah lebih berat, yang kita nggak tahu. Iya kan? Apa yang terlihat sempurna di sosmed atau berdasarkan cerita seseorang, belum tentu juga seindah itu pada kenyataannya. Percayalah bahwa tiap orang mempunyai porsi masalah, tantangan dan kebahagiaan masing-masing, cuma bagian dan waktunya aja yang berbeda-beda.
2. Melupakan Passion dan Hobi Kita
Kadang-kadang karena sibuk kerja atau kesibukan ngurus keluarga, hobi atau passion kita jadi terlupakan. Tapi sebenarnya penting banget untuk punya hobi atau passion yang bikin kita lebih bersemangat. Usahakan untuk tetap melakukan hobi, temukan kesibukan dan passion yang bikin kita merasa 'hidup' dan happy. Entah berkebun, olahraga atau menulis, apapun itu, doing it for the sake of your own happiness. Ketika kita merasa happy, fulfilled dan juga hidup lebih meaningful, maka biasanya emosi juga akan lebih stabil.
3. Tidak Mau Menikmati Waktu Sendiri Saat Long Distance Marriage
Mungkin kalau kita dulunya tak terbiasa melakukan kegiatan sendirian, inilah saat yang tepat untuk enjoy the time with ourselves. Nonton, makan, ngopi atau olahraga sendirian asyik juga untuk dilakukan kok, mungkin akan terasa ‘aneh’ kalau belum terbiasa tapi lama kelamaan kita akan beradaptasi dengan keadaan, dan bisa menikmatinya.
4. Komunikasi Tidak Rutin dan Tidak Hadir Secara Emosional untuk Pasangan
Usahakan untuk berkomunikasi rutin dan cerita keseharian serta kesibukan termasuk perasaan kita dan masalah kita dengan pasangan. Jarak jauh bukan harus kehilangan kehadiran secara emosional untuk satu sama lain. Kadang-kadang kita malas cerita karena mikir 'Ah dia gak bakal ngerti' tapi ya sebenarnya kalo kita nggak nyoba untuk share perasaan atau masalah kita, ya kita nggak akan pernah tahu juga. Usahakan untuk selalu jujur dan terbuka, termasuk rasa sedih, atau kesal dan kalau kita mengalami masalah apapun. Being vulnerable & honest of our feelings doesn’t mean that we are weak. Ini membuat perasaan kita lebih lega, tenang dan juga bagus buat menjaga kestabilan emosi karena merasa pasangan tetap ada buat kita, walaupun jaraknya jauh. Jangan lupa juga untuk mendengarkan perasaan atau keluh kesah pasangan, walaupun kadangkala bosan atau capek, tapi ini penting.
Baca juga: Tanda-tanda Suami Istri Saling Menjauh
5. Tidak Meluangkan Quality Time dengan Pasangan
Ketika pasangan pulang, usahakan untuk meluangkan waktu quality time berdua. Entah itu makan atau hangout, treking atau olahraga bareng, sekadar nonton netflix atau dengerin musik sambil ngopi dirumah. Kenapa? biar nggak lupa kalo punya pasangan dan tak terbiasa cuek-cuekan aja sih. Lewat seru-seruan, ketawa bareng, atau do simple activity together juga bisa memelihara hubungan. Jangan merasa bersalah ke anak kalau sekali-sekali pergi berdua. Ingatlah kalau ada hubungan kita dengan pasangan yang perlu dijaga.
6. Tidak Percaya Sama Pasangan dan Bersikap Posesif Saat Long Distance Marriage
Walapun susah untuk tidak curiga atau posesif berlebihan, tapi hal itu malah bisa bikin kita unhappy dan tambah stress. Percaya sama pasangan juga bukan berarti cuek. Memantau, peduli dan bersikap waspada tetap harus dong hehe..tapi bukan berarti harus menelpon atau video call terus-terusan, atau langsung ‘ngamuk’ kalo sekali nelpon nggak diangkat. Tetap percaya sama pasangan, kalo dia juga kerja dan bukan bersenang-senang. Kalau bawaannya curiga terus, lama-lama hubungan bisa terganggu, bukan karena hal lain, tapi justru karena kekhawatiran dan sikap kita sendiri.
Baca juga: Tips Pernikahan Langgeng Saat Long Distance Marriage
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS