Sorry, we couldn't find any article matching ''
7 Cara Membangun Rasa Percaya Diri yang Sehat pada Anak
Mengajarkan rasa percaya diri pada anak tapi jangan sampai membuatnya menjadi sombong, tricky ya :D.
Bagaimana kepercayaan diri yang sehat itu? Menurut Niesa Handayani, S.Psi, PGD (Praktisi Pendidikan Anak), percaya diri yang sehat adalah tumbuhnya sikap optimisme sekaligus cara berpikir positif baik terhadap dirinya sendiri, maupun terhadap lingkungannya. Anak bersyukur & menerima diri seutuhnya beserta kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, serta merasa mampu melakukan sesuatu, tanpa bersikap tinggi hati/merendahkan orang lain.
Rasa percaya diri yang sehat tentunya bentuk penghormatan kepada diri sendiri karena dapat mencintai, menghargai dan menerima diri seutuhnya. Self love Ini penting untuk mencegah anak berbuat hal negatif yang merugikan dirinya dan juga orang lain, termasuk perundungan/bullying. Anak juga lebih memahami kapasitas diri sepenuhnya, tanpa memberi tekanan yang berlebihan kepada diri sendiri, yang dapat menyebabkan stress/gangguan mental.
Manfaat lain mengasah percaya diri anak yaitu modal untuk menemukan jati diri , menumbuhkan fighting spirit agar tidak mudah menyerah, bersemangat serta berani mencoba hal baru, juga lebih fokus dalam menjalani sesuatu. Nah, bagaimana sih tips untuk membangun rasa percaya diri pada anak? Mommies bisa mencoba beberapa cara di bawah ini ya,
Hadirkan Suasana Aman & Nyaman Bagi Anak
Hal ini penting agar anak tidak merasa takut, terancam/mengalami perundungan. Misalnya saat anak pertama kali bermain dengan teman sebaya, belum tentu langsung merasa nyaman. Berikan dukungan dan ciptakan suasana nyaman untuk anak dan selipkan konsep saling berbagi dengan teman, jika suasana sudah “cair”. Usahakan juga untuk percaya pada anak, selama tidak berbahaya untuk dirinya dan orang lain. Misalnya anak batita yang senang eksplorasi naik turun tangga, dapat diawasi tanpa dilarang/dimarahi berlebihan.
Tanamkan Empati & Beri Pengertian Bahwa Setiap Orang Berbeda
Berikan pengertian bahwa setiap orang berbeda misalnya ada yang rambutnya keriting atau lurus dan itu bukan masalah asalkan saling menghargai serta menyayangi. Menanamkan empati juga bisa dilakukan melalui kegiatan rutin memilih baju/mainan untuk diberikan ke yang memerlukan.
Baca juga: Cara Mengajarkan Anak Agar Bisa Berempati
Apresiasi Anak Untuk Usahanya & Tanpa Membandingkan-bandingkan
Berikan apresiasi ketika anak berusaha melakukan sesuatu dengan baik, bukan hanya fokus kepada hasilnya, juga tanpa membandingkan ke orang lain. Misalnya dengan mengatakan “Mama bangga deh, kamu sudah berusaha mengerjakan tugas ini sampai selesai walaupun nggak mudah”. Atau ketika nilainya baik, “Mama senang lihat kamu rajin dan semangat, itu terlihat di nilai kamu” dibanding mengatakan “Kamu itu emang paling pintar dibanding teman-teman kamu”.
Dengan memberikan apresiasi untuk usahanya tanpa membandingkan-bandingkan, mereka memahami bahwa perlu untuk memiliki sikap dan perilaku yang positif seperti berusaha, bersemangat, tidak mudah menyerah atau sikap positif lainnya, tanpa bersikap negatif/merendahkan orang lain.
Biarkan Anak Menentukan Pilihannya & Biasakan Diskusi Keluarga
Biarkan anak menentukan pilihannya sendiri lalu dengarkan pilihannya. Hal ini dapat dimulai dari hal kecil misalnya memilih baju. Kebiasaan berdiskusi bersama juga dapat ditumbuhkan sedari dini. Hal ini baik untuk memupuk kepercayaan diri anak, karena merasa didengarkan dan dihargai pendapatnya. Diharapkan, anak juga akan terbiasa mendengarkan serta menghargai orang lain, tidak bersikap bossy atau memerintah orang lain seenaknya tanpa berdiskusi/bertanya terlebih dahulu.
Berikan Tanggung jawab Sesuai dengan Perkembangan Usia & Puji dengan Tulus
Memberikan tanggungjawab bisa dimulai dengan hal sederhana, misalnya membereskan mainan, mandi sendiri, atau kegiatan lainnya sesuai dengan usia anak. Jangan lupa untuk mengucapkan terimakasih, atau berikan pelukan kepada anak. Pujilah anak dengan tulus dan tidak berlebihan ketika sukses menyelesaikan tanggung jawabnya. Dengan begitu, anak pun merasa dipercaya.
Berikan Kesempatan Anak Menyelesaikan Tugas/Masalahnya & Belajar dari Kesalahannya
Memang terkadang gemas ya membiarkan anak belajar melakukan atau mengerjakan tugas/masalahnya sendiri. Rasanya ingin mengambil alih agar cepat selesai. Tapi ternyata kebiasaan ini kurang baik karena anak jadi tidak bisa mengembangkan kemampuan dan kepercayaan dirinya dalam menyelesaikan masalah/tugas. Jika dia berbuat kesalahan, jadikan kesalahan tersebut sebagai pembelajaran yang berharga dan bantu dia memperbaiki. Melalui proses ini, anak akan belajar sekaligus memupuk kepercayaan dirinya.
Baca juga: Cara Melatih Anak Usia 3-12 Tahun Memecahkan Masalah Sendiri
Dukung & Berikan Semangat, termasuk Ketika Anak Mengalami Kegagalan
Tanpa sadar, mungkin kita pernah bilang ke anak “aduh, kok gitu aja gak bisa sih?” atau “masa’ nilai kamu cuma segini?” yang bisa “mengikis” kepercayaan diri anak. Bahayanya juga, anak bisa meng-copy kebiasaan menggunakan kata-kata negatif/ merendahkan ke orang lain.
Jadi walaupun tidak mudah, usahakan untuk beri dukungan, termasuk ketika anak mengalami kegagalan. Dengan begitu, dia akan belajar untuk “bangkit” kembali, memahami bahwa wajar untuk mengalami kegagalan dalam hidup. It’s not the end of everything, asalkan kita tidak menyerah. Ini juga penting untuk menjaga kesehatan mental dan me-manage stress.
Baca juga: Anak Belajar 10 Hal Ini dari Kegagalan
Selain cara-cara di atas, Niesa juga mengingatkan agar orangtua selalu ada secara emosional untuk anak, agar dia merasa nyaman untuk bercerita dan mendapatkan perlindungan yang cukup. Ini penting agar anak tidak menjadi penakut & sebaliknya tidak tumbuh menjadi pemberontak/pembully. Juga usahakan menjadi contoh yang baik misalnya berteman tanpa membeda-bedakan, karena orangtua adalah role model terbesar bagi anak.
Share Article
COMMENTS