Karena insomnia pada anak bisa terjadi akibat berkurangnya aktivitas fisik dan lebih banyak berdiam di rumah.Insomnia pada anak tentu sangat bisa terjadi! Bayangkan, sebelum pandemi, anak sudah punya jadwal sendiri, di mana dapat dipastikan bahwa dalam satu hari, otaknya akan bekerja dan fisiknya pun bergerak secara optimal, sehingga malamnya ia akan merasa lelah dan mengantuk dengan sendirinya.
Kini, kegiatannya terbatas hanya itu-itu saja selama di rumah, anak jadi kurang optimal menghabiskan energinya dalam sehari. Akibatnya, anak mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur dan terjaga di malam hari.
Insomnia tidak dapat dibiarkan karena efeknya berkepanjangan. Melek sepanjang malam akan membuat anak kekurangan waktu tidur yang cukup. Akibatnya, kegiatan belajarnya terganggu karena rasa kantuk yang datang saat seharusnya melek. Padahal, umumnya anak usia 2-6 tahun membutuhkan waktu tidur selama 11-13 jam dan anak usia 6-10 tahun membutuhkan 10-11 jam tidur dalam sehari.
Beberapa hal yang menyebabkan anak mengalami insomnia:
Layaknya orang dewasa, ketika anak mengalami stres, ia bisa kesulitan saat tidur. Memejamkan mata bukan artinya langsung bisa menuju deep sleep. Keresahan yang anak rasakan membuatnya tidak bisa terlelap. Perubahan pada rutinitas yang terjadi akibat adanya tekanan, seperti pandemi ini, juga bisa menyebabkan anak mengalami stres.
Tidak hanya kegiatan fisik yang kurang optimal, sebaliknya, terlalu lelah juga bisa menyebabkan anak mengalami sulit tidur.
Menonton film horor, mengalami mimpi buruk, atau baru saja mengalami hal yang tidak menyenangkan di hari itu bisa membuat anak resah sehingga ia sulit untuk menenangkan dirinya sendiri, meski sudah berusaha memejamkan matanya. Bahkan pada beberapa anak, menutup mata saja sulit saking traumanya dengan kegelapan.
Sekali lagi, kafein tidak hanya terdapat pada kopi, melainkan cokelat dan teh. Bila dalam sehari anak mengonsumi makanan maupun minuman dengan kandungan kafein yang berlebihan, ia bisa mengalami sulit tidur.
Penggunaan gadget maupun kebiasaan menonton TV sepanjang hari tidak hanya membuat mata lebih mudah lelah, namun sebaliknya, justru bisa menghilangkan rasa kantuk, terutama pada anak. Tidak seperti orang dewasa, anak masih belum mampu membatasi dirinya sendiri saat menonton, akibatnya ia terus memaksakan matanya untuk terbuka dan ketika tontonan tersebut membuatnya gelisah, ia cenderung tidak akan berhenti menonton dan jadi tidak mau tidur.
Baca juga: Saat Jam Tidur Anak Jadi Tak Tentu Selama Pandemi
Menurut hasil survey yang dilakukan oleh psikiater anak dari Providence, Rhode Island, seperti yang dilansir Detik Health, insomnia secara signifikan telah memengaruhi 29% dari anak-anak secara keseluruhan. “Sekitar seperempat pasien anak dengan insomnia dengan gejala yang berat bahkan menggunakan obat tidur, meski tidak ada persetujuan dari US FDA untuk penggunaan obat tidur pada anak-anak,” ujar Dr Judith A. Owens dari Rhode Island Hospital dan Brown University. Dokter Owens pun tidak menyarankan penggunaan obat tidur untuk pasien anak, karena sangat berbahaya. Efek jangka panjang penggunaan obat tidur pada anak justru dapat berisiko lebih besar.
Maka, yang bisa kita lakukan adalah mengubah pola hidup anak! Meski kegiatan anak selama pandemi ini masih serba terbatas, namun kini para dokter menyarankan untuk anak tetap berkegiatan di luar rumah, taman atau lapangan terbuka untuk berolahraga, bersepeda, main bola, dan sebagainya, dengan tetap menjalani protokol kesehatan, seperti menggunakan masker, menjaga jarak dan mandi setelahnya.
Batasi screen time, apalagi kegiatan belajar secara online sudah secara otomatis menuntut anak untuk berhadapan dengan layar laptop dari pagi sampai siang hari. Isi kegiatan setelahnya dengan baca buku, menggambar, atau ajak anak melakukan kegiatan bersama anggota keluarga lainnya, seperti masak, bikin kue, main lego, dan sebagainya.
Baca juga: Screen Time Selama Social Distancing: Sesuai Aturan atau Bubar Jalan?
Ciptakan ruangan yang nyaman jelang tidur. Cahaya yang redup, suhu yang tidak terlalu dingin, lagu yang menenangkan, dan essential oil dengan aroma lavender dapat membantu anak mendapatkan suasana yang nyaman di kamarnya, sehingga membuat ia merasa lebih tenang saat beristirahat.
Sesuaikan waktu tidur. Pada sebagian anak, mungkin tidak lagi memerlukan tidur siang, agar malamnya bisa tidur lebih cepat sehingga ia bisa bangun lebih pagi untuk sekolah. Pastikan waktu tidur siang anak cukup dan tidak berlebihan sehingga ia kembali membutuhkan istirahat di malam hari, di jam yang seharusnya.