Pro dan Kontra Donor ASI

Breastfeeding

RachelKaloh・17 Nov 2020

detail-thumb

Bagi yang ingin mendonor maupun menerima donor ASI, ketahui dulu 4 hal penting berikut ini mengenai pro dan kontra donor ASI. 

Donor ASI bukan lagi hal tabu bagi sebagian besar ibu, karena kita semua juga tahu, bahwa dalam beberapa kasus, ibu tidak dapat menyusui anaknya secara langsung. Namun, semua tentu kembali kepada pilihan sang ibu. Mommies yang berpikiran ingin mendonorkan ASI-nya, atau sebaliknya, merasa perlu menerima donor ASI, simak dulu hal penting berikut ini, ya.

Dari sisi penerima donor ASI

Pro: Anak tetap mendapatkan nutrisi

Ada kondisi khusus, di mana seorang ibu tidak dapat memberikan ASI bagi anaknya, terutama ketika ibu mengidap penyakit tertentu. Beberapa penyakit yang paling dikhawatirkan dapat ditularkan melalui ASI antara lain HIV/AIDS, Hepatitis B dan C, CMV (Cytomegalovirus), dan HTLV (Human T Lymphotropic Virus). Belum lagi keadaan ibu yang pernah mengalami mastektomi. Sehingga, donor ASI kemudian dibutuhkan supaya anak tetap bisa mendapatkan nutrisi dari ASI. Namun, pada kondisi bayi yang mengalami galaktosemia, ia sama sekali tidak disarankan untuk diberikan ASI, melainkan harus mengonsumsi susu formula khusus dan diet bebas galaktosa. Bila masalah utama yang terjadi hanya pada ASI yang dirasa kurang cukup, konsultasikan terlebih dahulu pada dokter atau konsultan laktasi karena keadaan ini masih bisa diusahakan, tanpa perlu menerima donor ASI. Jadi, pastikan Mommies sudah paham betul akan kondisi yang dialami, yang menuntut Mommies harus menerima donor ASI.

Baca juga:

Kenali Risiko Donor ASI, Jangan Sembarangan

Kontra: Kesehatan pendonor tidak bisa terjamin

Seberapa kenal dan percayanya kita terhadap si pendonor ASI, perlu diketahui bahwa sampai saat ini, di Indonesia belum tersedia bank ASI yang memadai, layaknya yang sudah banyak dimiliki di negara-negara maju. Jadi, ASI yang didonor masih bisa dibilang tetap berisiko pada kesehatan bayi yang menerimanya. Apalagi, selama ini prosedur donor ASI biasanya terjadi via chat group sesama ibu, Instagram dan media virtual lainnya. Meski saat mengumumkan kebutuhan akan donor ASI, ibu tetap memberlakukan syarat dan ketentuan yang disesuaikan dengan kebutuhan anak, perlu digarisbawahi bahwa ASI yang diterima tetap memiliki kemungkinan membawa penyakit. Selain dari si pendonor, penyakit dapat terjadi akibat tidak higienisnya penyiapan dan penyimpanannya. Untuk meminimalkan risiko tersebut, lakukan metode pemanasan ASIP dengan cara berikut ini.

Dari sisi pendonor ASI

Pro: Suppy ASI tetap lancar karena tingginya demand

Tentu sangat menyiksa buat sebagian ibu yang aliran ASI-nya deras, bahkan terlalu deras sehingga stok ASIP-nya pun menjadi berlebihan, payudara rasanya lebih sering nyeri karena bengkak saat tidak langsung diperah. Mengetahui bahwa banyak bayi yang membutuhkan ASI di luar sana, tentu akan melegakan, setidaknya ASIP tidak perlu dibuang-buang begitu saja, namun tetap berguna untuk kesehatan bayi lain. Mendonorkan ASI-nya akan menjadi sebuah pilihan yang bisa dilakukan, namun kembali lagi, sifatnya tidak wajib, ya, karena masih banyak pertimbangan yang perlu dipikirkan seketika Anda memutuskan untuk menjadi pendonor ASI.

Baca juga: 10 Hal yang Harus dipertimbangkan Sebelum Mulai Menyapih Anak

Kontra: Punya tanggung jawab lebih

Menjadi pendonor ASI bukan lalu artinya sesimpel, “Kebanyakan, kayaknya, nih, ASInya, ya sudah, bagi-bagiin aja ke orang lain yang membutuhkan.” Namun, bila kita berniat untuk menjadi pendonor, kita harus memerhatikan kesehatan diri sendiri secara ekstra. Kalau buat menyusui anak sendiri, kita merasa aman-aman aja mengonsumsi alkohol dalam jumlah sedikit, makan semaunya yang kita doyan, tidak peduli akan asupan makanan dengan nutrisi yang seimbang, sebaiknya pikir beberapa kali saat hendak mendonorkan ASIP kita yang berlebihan tersebut. Keadaan bayi lain mungkin berbeda dengan anak kita sendiri, oleh karena itu ingatlah bahwa menjadi pendonor ASI, artinya kita punya tanggung jawab lebih terhadap kesehatan bayi lain.