Akibat Social Media Anak Konsumtif dan Suka Pamer, Benarkah?

Preteen & Teenager

dewdew・16 Nov 2020

detail-thumb

Paparan social media dan pergaulan, tak jarang menjadikan anak konsumtif, benarkah demikian? Bagaimana cara membuat anak tidak konsumtif?

Banyak orangtua yang mengeluhkan akibat social media menjadikan anak konsumtif dan suka pamer. Apalagi ketika anak memasuki usia preteen dan teen,  terlihat jadi anak konsumtif, suka pamer, pengen beli ina inu. “Soalnya si A punya, aku juga ingin kayak A, kan, keren,” begitu alasan mereka. Gawat buat dompet mamak, ya, kan? 

Yakin, nih, sikap konsumtif dan pamernya gara-gara Instagram atau Tiktok? Karena ternyata menurut mbak Firesta Farizal, M.Psi., Psikolog pola perilaku konsumtif tidak muncul seketika hanya karena dapat gambaran dari sosial media. Nah, lho! Yuklah kita membahas soal pengaruh media sosial ini. Apakah benar bisa bikin anak konsumtif? Bagaimana caranya supaya anak nggak lantas jadi konsumtif hanya karena mau ikut keren-kerenan? Bagaimana memberikan pengertian agar anak paham antara kebutuhan dan keinginan?

Baca juga: Tips Mendidik Anak di Era Digital

Anak konsumtif nggak serta merta muncul begitu saja

“Kunci utamanya ada di pola asuh. Anak-anak, kan, sebetulnya belum bisa beli sesuatu pakai uangnya sendiri, ya. Pasti pakai uang orangtua. Jadi bagaimana orangtua menanggapi keinginan anak memang jadi sangat menentukan,” jelas mbak Firesta.

Berikut ini beberapa poin penting yang mesti mommies pahami:

  • Orangtua sebaiknya tidak selalu mengikuti keinginan anak untuk membeli sesuatu. Butuh dipikirkan apakah barang yang ingin dia beli benar dibutuhkan atau tidak. Lihat dulu apa, sih, kepentingannya untuk membeli sebuah barang, apa dampaknya saat dibeli, dan lain sebagainya.
  • Orangtua adalah role model bagi anak. Berarti orangtua sendiri butuh hati-hati dalam bersikap dan berperilaku. Kalau tidak ingin anak menjadi konsumtif, maka orangtua butuh untuk tidak konsumtif terlebih dahulu. Ehm...
  • Orangtua sebaiknya menjalin hubungan dan komunikasi yang positif. Sehingga anak nyaman berdiskusi terbuka dan mampu mengungkapkan pendapatnya. Tidak hanya itu, dia juga bisa mendengarkan apa pendapat kita sebagai ayah ibunya tentang kenapa, sih, di saat ini nggak bisa beli Playstation 5, misalnya. Atau nggak apa-apa beli merek Diadora buat sepatu olahraga daripada Nike Cortez untuk contoh lainnya.
  • BACA JUGA: Agar Anak Laki-Laki Bisa Speak Up Saat Dilecehkan

    Cari tahu kenapa sikap pamer muncul

    “Orangtua butuh cari tahu, sebetulnya apa yang dibutuhkan oleh anak. Kenapa sikap pamer tersebut muncul. Apa yang dicari oleh anak?” demikian mbak Firesta menambahkan. Ajak  anak bicara untuk membahas tentang sikap pamer tersebut dan apa dampaknya. Pada dasarnya, sikap pamer pada anak sangat bisa dicegah dengan mengasah empati pada anak sejak dini. Salah satu caranya, dengan memberikan gambaran bahwa masih ada orang-orang yang memiliki banyak kesulitan dalam menjalani hidup. Sehingga jika kita memiliki sesuatu berlebih akan lebih baik jika kita berbagi.

    Menurut Anda social media juga berpengaruh? Begini saja, toh, media sosial memiliki aturan masing-masing. Ada usia minimal mereka bisa bergabung dan membuat akun. Tinggal diawasi saja oleh kita. Untuk usia yang belum boleh punya akun sendiri, tapi kemudian karena ada kepentingan tertentu harus membuat akun, pastikan akun tersebut dikelola oleh orangtua, ya. 

    BACA JUGA: Edukasi Seks Untuk Anak Berkebutuhan Khusus

    Keren-kerenan itu nggak apa-apa, kok

    Karena pada dasarnya pada anak remaja atau pra remaja memang ada kebutuhan untuk bisa diterima oleh lingkungan. Supaya terlihat keren dan fit in sama teman-temannya. Hal ini adalah hal yang wajar, apalagi jadi ingin punya sesuatu yang dipunyai oleh temennya.  Tinggal orangtua saja, sih, yang lalu pilah-pilah. Mana yang boleh, mana yang sesuai dengan kebutuhan, mana yang nggak perlu, mana yang bisa dibeli karena harganya terjangkau. Tapi, jangan langsung dilarang apalagi dengan nada ketus saat dia meminta sesuatu. Dengarkan pendapat anak kenapa, sih, dia mau beli itu, lalu kemukakan pendapat kita. 

    Yang penting diketahui, anak yang percaya diri dan yakin dengan kemampuannya, akan bisa mencari jalan lain untuk ‘jadi keren’ tanpa harus konsumtif atau ikut-ikutan teman-temannya. Tinggal kitanya yang support dan bantu dia menemukan minat dan bakatnya, serta kelebihan pada dirinya sendiri.

    Bagaimana, mommies? Jadi paham, ya, sikap konsumtif dan pamer itu nggak bisa begitu saja muncul hanya karena anak punya media sosial. Sikap itu ternyata bisa banget kita yang ciptakan. Bagaimanapun perilaku paling nyata pada anak adalah mencontoh lingkungannya, kita duluan, nih, lingkungan terdekatnya. 

    Image: freepik.com