Sorry, we couldn't find any article matching ''
Tanda, Penyebab, dan Cara Mengatasi Social Anxiety pada Anak
Social anxiety pada anak sangat mungkin dialami. Kenali tandanya sedini mungkin, agar bisa ditangani dengan cara yang tepat, dan tidak berdampak signifikan terhadap tumbuh kembangnya.
Pengertian dan contoh social anxiety pada anak
Secara harfiah anxiety berarti kecemasan. Menurut website American Psychological Association, kecemasan adalah emosi yang ditandai dengan perasaan tegang, pikiran khawatir, dan perubahan fisik seperti tekanan darah yang meningkat. Hmmm, apa mommies salah satu yang mengalaminya di era pandemi seperti sekarang?
Nah, social anxiety atau kecemasan sosial dikutip dari starthereparents.com berarti rasa takut dan khawatir yang berlebih dan intens tentang bagaimana orang lain melihat diri kita. Sampai ada terbesit di pikiran mendapat perlakuan penghakiman yang tak seharusnya. Terlalu takut akan banyak, sampai bisa mengganggu fungsi dasar seseorang. Bagaimana contoh social anxiety pada anak?
Contoh kasusnya seperti ini mommies, seorang anak yang tidak nyaman dengan situasi pesta ulang tahunnya sendiri. Pas melihat orang-orang di sekelilingnya riuh tepuk tangan dan bernyanyi, dia malah duduk tertegun melihat berbagai momen di dekatnya. Tak lama kemudian reaksinya lebih ekstrim menangis teriak tanda penolakan terhadap apa yang sedang ia alami, bahkan sampai bersembunyi.
Kondisi ini umumnya terjadi pada anak dengan rentang usia 8 - 15 tahun, tapi tidak tertutup kemungkinan terjadi lebih awal. Namun kecemasan sosial yang terjadi pada satu anak dengan anak yang lain tidak sama.
Baca juga: 7 Masalah Kesehatan Mental yang Sering Terjadi di Anak Usia SD
Lantas apa tanda-tanda spesifiknya? Supaya mommies yang mungkin anaknya mengalami hal yang mirip-mirip dengan anak saya, bisa mengantisipasinya lebih awal.
Tanda-tanda khas kecemasan sosial
Tanda atau gejala social anxiety pada anak terbagi dua, yang pertama disebut Official Symptoms dan yang kedua adalah Potential Signs.
Official Symptoms meliputi:
Selanjutnya adalah Potential Signs, apa saja?
Tanda potensi lebih kepada tanda kasat mata. Terlihat dari tampilan fisik anak atau perilakunya.
Jika mommies merasa si kecil memiliki tanda-tanda di atas, jangan panik, konsultasi dengan psikolog anak, ya. Sekarang kita beralih ke penyebabnya
Penyebab kecemasan sosial
Seperti kondisi kesehatan mental pada umumnya, gangguan kecemasan sosial kemungkinan besar muncul dari multi interaksi antara si individu dengan lingkungannya. Penyebabnya antara lain:
Sifat yang diwariskan.Gangguan kecemasan cenderung diturunkan dalam keluarga. Namun, tidak sepenuhnya jelas seberapa banyak hal ini mungkin disebabkan oleh genetika dan seberapa banyak akibat perilaku si anak itu sendiri.
Struktur otak.Sebuah struktur di otak yang disebut amigdala, mungkin berperan dalam mengendalikan respons rasa takut. Orang yang memiliki amigdala yang terlalu aktif mungkin memiliki respons rasa takut yang meningkat, yang menyebabkan peningkatan kecemasan dalam situasi sosial.
Lingkungan.Poin ini berkaitan erat dengan bagaimana seorang anak menyimpan memori di otaknya akan situasi sosial yang pernah dia alami atau yang ia saksikan. Baik itu yang menyenangkan atau memalukan. Misalnya orangtua si anak yang berperilaku cemas dalam situasi tertentu. Dan terlalu mengontrol dan melindungi anaknya, tidak percaya bahwa di usia tertentu, anak sudah bisa, lho, dilepas untuk mandiri.
Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai orangtua?
Sebagai orangtua nggak mudah memang mendapati jika anak kita mempunyai masalah dengan emosinya. Tapi yakin bahwa tiap masalah ada jalan keluarnya, asalkan kita tidak denial anak butuh bantuan untuk diintervensi oleh lingkungan sekitar dan ahlinya.
Ada enam langkah yang bisa kita lakukan dari rumah untuk mengatasi social anxiety pada anak:
Latih anak memecahkan masalahnya sendiri
Salah satu reaksi dan kecemasan sosial yang dialami anak adalah pola perilaku yang menghindari masalah. Mommies bisa bantu anak belajar mengidentifiksi dan memecahkan masalahnya sendiri. Percayakan anak bisa keluar dari isu yang sedang dia hadapi, jangan selalu membantu. Contoh sederhanya, anak lupa mengerjakan PR, biarkan dia berpikir dulu, konsekuensi apa yang dia dapat dari guru kelasnya. Misalkan, solusinya, adalah jujur saja dengan guru. Ya sudah, besarkan hatinya bahwa hal yang lumrah lupa, tapi sebaiknya di lain waktu yang diulangi dan berani menghadapi konsekuensi dari guru.
Baca juga: 5 Cara Melatih Anak Mandiri
Praktik bermain peran
Katakanlah anak mommies sedang cemas menghadapi presentasi di kelasnya. Nah, inilah waktu yang tepat untuk mengadakan gladi bersih atau simulasi untuk acaranya tersebut. Mommies berpura-pura menjadi guru, dan aktif bertanya tentang materi presentasi yang akan anak bawakan. Anak akan punya prediksi situasi apa yang akan dia hadapi. Praktik semacam ini akan meningkatkan kenyamanan terhadap dirinya sendiri.
Latih kemampuannya untuk relaksasi
Lakukan bersama-sama beberapa teknik teknik relaksasi atau biasa disebu coping, yang dapat digunakan sebelum atau saat menghadapi situasi yang membuatnya cemas. Misalnya yang paling sederhana adalah menarik napas dalam dan menghembuskannya dalam beberapa hitungan.
Mengubah pikiran negatif
Bantu si kecil belajar mengidentifikasi pikiran negatif yang tidak rasional dan menggantinya dengan pikiran positif yang lebih realistis atau yang menguatkan diri. Contohnya, dari “aku takut ketemu orang-orang baru,” menjadi “aku akan mencoba ketemu dengan orang-orang baru.”
Pikiran negatif tak selamanya terjadi
Coba bantu si kecil bahwa hal negatif yang dia pikirkan untuk dirinya sendiri, belum tentu terjadi. Jadi kita membuat anak berpikir lebih seimbang tentang apa yang dia lakukan.
Contoh:
“Kalau aku tersandung dan menjatuhkan buku, apakah semua orang akan memerhatikan aku, dan benar-benar peduli?”. “Kalaupun peduli, lima menit kemudian apakah mereka tetap ingat apa yang aku alami?”
(IMHO) mengenalkan sikap tidak peduli dengan omongan orang lain, selama kita berbuat hal baik, juga harus dikenalkan kepada anak. Kalau melulu kepikiran apa kata orang, duh lelah sekali hidup seperti itu. Kelak dewasa, anak selalu cemas dengan apa yang dia perbuat.
Berusaha lebih seimbang, untuk berpikir positif
Poinnya lebih melihat hikmah dari apa yang sudah terlanjur jadi. Sebaiknya tak terlalu fokus pada sesuatu yang negatif.
Misalnya hasil pidato dia di depan kelas hasilnya tidak sebagus yang diharapkan, tapi juga tidak seburuk itu juga, kok. Dari kegagalan atau ketidaksempurnaan, kita bisa belajar supaya lebih baik lagi. Melatihnya menggantikan pikiran negatif dengan pikiran positif yang kemungkinan besar juga akan terjadi di kemudian hari.
Jika anak mommies dapat memupuk kebiasaan mengidentifikasi, menantang, dan mengganti pikiran negatif, seiring waktu, hal itu dapat membantunya mengatasi kecemasannya.
Artikel ini diadaptasi dari:
https://www.mayoclinic.org/
https://starthereparents.com/overcoming-social-anxiety-children/
Share Article
COMMENTS