Saat emosi mulai meningkat ketika menemani anak belajar di rumah, mari pahami apa yang harus dilakukan agar kita tidak bersikap ‘kebablasan.’
Ramai berita mengenai kematian anak usia 8 tahun akibat tindak kekerasan yang dilakukan oleh ibu kandungnya. Alasan sang ibu melakukan tindak kekerasan? Karena si anak sulit diajarkan untuk belajar online. Menurut keterangan dari KPAI, anak mendapatkan beberapa pukulan di antaranya menggunakan gagang sapu di area kepala hingga anak merasa lemas hingga kemudian meninggal.
Bicara tentang kondisi pandemi saat ini yang memang tidak ideal untuk siapa pun, memang tidak mudah. Tak bisa sekadar melihat satu kejadian untuk menyimpulkan. Apalagi jika banyak faktor tambahan yang membuat orang tua merasa stress. Finansial yang berantakan, rasa cemas terhadap masa depan yang akhirnya menjadi berlebihan, lelah karena harus bekerja dan melakukan banyak hal sekaligus dan tidak bisa kemana-mana.
Urusan menemani anak belajar itu juga tantangan tersendiri. Bagi yang beruntung karena mampu membayar guru les, maka tugas menemani anak dan mengajarkan anak belajar bisa dengan mudah dilimpahkan ke guru les. Namun, tak semua memiliki kemudahan itu.
Maka, ketika menemani anak belajar menjadi satu-satunya pilihan, kita memang harus bersiap dengan emosi diri sendiri yang belum tentu selalu stabil. Ada kalanya kita lelah, jenuh, kesal dengan anak yang mungkin susah dibilangin, atau kok kayaknya nggak paham-paham. Maka, ketika kita menyadari level emosi kita meningkat, ada baiknya kita melakukan beberapa hal ini sesuai saran dari mbak Vera Itabialliana, Psikolog Anak dan Remaja.
Baca juga: Stop 7 Kekerasan Verbal Ini yang Sering Diucapkan Orangtua Saat Belajar di Rumah
Saya pribadi di saat pandemi ini hanya meminta anak-anak bertanggung jawab dengan tugas-tugas yang mereka dapatkan. Hadir di setiap Zoom Class atau Google Meeting tepat waktu, kerjakan tugas-tugas sekolah dengan baik tanpa peduli dengan nilai yang mereka peroleh. Karena di masa pandemi ini nilai sudah berada entah di urutan keberapa. Bagi saya prioritasnya sekarang, anak tetap menyadari tanggung jawabnya tanpa harus merasa stress.
Pastikan saja tugas dikumpulkan, mau salah atau benar tidak terlalu penting. Saya nggak butuh nilai sempurna dari mereka tapi minimal sesuai dengan syarat kenaikan atau kelulusan. Apakah itu ternyata hasilnya ada di angka batas bawah, ya sudah.
Selalu ingat, inga,t dan ingat, bahwa ini pandemi, tak hanya kita yang berjuang, namun juga anak-anak kita. Sadari bahwa mereka juga tertekan, lho. Maka, setiap kali kita mau marah, ingat saja bahwa anak juga merasakan apa yang kita rasakan dalam bentuk yang berbeda.
Baca juga: Terima kasih Untuk Anak-anak Mama yang Juga Sudah Bertahan di Masa Pandemi
Ketika kita punya tujuan utama yang harus dicapai, maka apa pun yang kita lakukan, putuskan, ucapkan pasti untuk mencapai tujuan utama ini, kan? Maka, jika kita ingin anak-anak sehat fisik dan mental, apakah dengan berteriak atau memukul, tujuan kita akan tercapai? Sudah pasti tidak.
Segera berhenti dari situasi apa pun yang sedang terjadi. Apakah kita lagi bentak-bentak anak, teriak ke anak, atau mulai meninggi suaranya, segera berhenti. Tarik napas lalu menjauh dari anak. Tenangkan diri adalah hal pertama yang bisa kita lakukan. Ambil minum, keluar rumah, atau mencuci muka. Cari cara untuk menenangkan diri dan yang pasti menjauh dari anak.
Mari kita berdamai dengan situasi saat ini yang memang tidak bisa kita kendalikan. Set ulang target dan tujuan kita. Mencoba realistis. Agar tak lagi ada keluarga-keluarga yang terjebak di dalam kekerasan oleh sesama anggota keluarga.