Sorry, we couldn't find any article matching ''
4 Alasan Pentingnya Edukasi Kesetaraan Gender di Rumah
Kesetaraan gender masih dianggap momok bagi sebagian penduduk Indonesia. Pun bagi perempuan.
Banyak perempuan yang merasa tidak pantas setara dengan laki-laki padahal kesetaraan itu penting sekali lho. Saat perempuan dianggap sejajar dengan laki-laki, ia bisa lebih mandiri dan tidak bergantung pada siapapun.
Hal ini terjadi karena definisi “kesetaraan gender” yang kadang salah kaprah. Kesetaraan gender dianggap sebagai cara perempuan untuk mengalahkan laki-laki. Tentu salah karena hakikat dari kesetaraan gender itu justru menempatkan perempuan sama berdayanya dengan laki-laki.
Ini sebabnya edukasi tentang kesetaraan gender masih sangat perlu digaungkan. Banyak keluarga yang masih menganggap gender itu hanya sebatas perbedaan jenis kelamin secara biologis, bukan peran sosial, perilaku, dan kegiatan sehari-hari.
Contoh, konstruksi sosial “ayah hanya pencari nafkah” atau “ibu hanya mengurus rumah”. Padahal kalau dilihat dari kacamata kesetaraan, ibu bisa saja juga mencari nafkah dan ayah pun tidak masalah kalau mau mengerjakan pekerjaan rumah. Peran sebagai pencari nafkah atau pengurus rumah kan tidak perlu gender tertentu, siapapun boleh melakukannya.
Kenapa edukasi kesetaraan gender di rumah ini jadi sangat penting?
Perempuan bisa berdaya
Perempuan harus bisa berdaya, harus bisa mandiri, harus bisa hidup tidak bergantung pada orang lain termasuk suami. Bukan karena takut pada perceraian tapi bagaimana kalau suami meninggal dunia sebelum anak-anak lulus sekolah? Bagaimana meneruskan pendidikan anak? Kemampuan perempuan berdaya, punya skill, bisa menghasilkan uang sendiri jadi sangat penting.
Kehidupan keluarga bisa jadi lebih baik
Setuju, rezeki dari mana saja tapi kalau memang istri punya kesempatan bekerja untuk meningkatkan taraf hidup keluarga, mengapa tidak? Mungkin dengan istri bekerja, anak bisa sekolah di tempat yang lebih baik, makan bisa jadi lebih bergizi karena tidak perlu irit, rumah jadi bisa cepat direnovasi, tujuan keuangan di masa depan jadi bisa lebih tertata sehingga anak tidak berisiko jadi sandwich generation.
Anak punya role model gender yang baik
Ini tak kalah pentingnya. Ketika anak punya contoh role model yang baik di rumah maka di masa depan ia tak akan mudah tergoyahkan oleh konstruksi sosial. Anak-anak yang melihat ayahnya berbagi peran di rumah bersama ibu, tak akan lagi canggung melakukan hal-hal yang oleh society dianggap tidak maskulin seperti mencuci piring atau memasak.
Beban dibagi bersama
Banyak suami yang stres bekerja karena beban nafkah ditanggung sendiri. Ketika istri bekerja, suami bisa jadi lebih nyaman mengerjakan pekerjaannya dan tidak terlalu stres karena ia sadar kalaupun sampai terjadi sesuatu pada pekerjaannya, istri masih bisa menjadi backup.
Pun dengan beban pekerjaan rumah tangga. Istri yang bekerja di dalam sebuah keluarga yang menerapkan kesetaraan, tidak perlu sangat repot membagi waktu bekerja dan mengurus rumah karena suami pasti bersedia ikut mengurus rumah. Ya wajar saja kan rumahnya juga ditinggali bersama.
Apalagi di masa pandemi seperti ini, pembagian tugas rumah tangga bisa jadi semakin jelas karena sama-sama di rumah. Jadi yuk dukung edukasi kesetaraan gender di rumah!
Seperti kecap ABC yang juga mendukung semangat kesetaraan gender di Indonesia. Kecap ABC percaya bahwa kesetaraan gender bisa dimulai dalam keluarga di rumah.
Komitmen ini dibuktikan kecap ABC lewat program Koki Muda Sejati di mana anak-anak remaja laki-laki dari berbagai sekolah diberi pelajaran memasak sebagai salah satu bekal untuk menjadi pasangan yang siap berbagi tanggung jawab di rumah.
Koki Muda Sejati 2020 akan digelar online bersama Ruang Guru melalui banyak artikel yang mengajarkan tentang pemahaman kesetaraan gender. Program ini adalah kelanjutan dari program Akademi Suami Sejati yang dibuat kecap ABC pada 2018.
Sudahkah mommies berbagi peran di rumah bersama suami?
Share Article
COMMENTS