Sorry, we couldn't find any article matching ''
Sekolah di Zona Kuning Dibuka, Apa yang Harus Kita Perhatikan?
Sekolah di zona kuning akan dibuka, apa saja yang harus kita perhatikan, tak hanya oleh orang tua dan murid, namun juga oleh pihak sekolah?
Hari Jumat, tanggal 7 Agustus 2020 lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim merevisi kebijakan Pembelajaran Tatap Muka di sekolah. Pada aturan sebelumnya hanya zona hijau yang boleh memulai PTM, kini mas menteri pun menyesuaikan kebijakan di masa pandemi Covid-19 dengan mengizinkan sekolah dibuka di zona kuning. Yang perlu diingat hal ini bersifat ‘diperkenankan’ dan tanpa ‘paksaan’.
Ketentuan ini pun tak ayal menimbulkan pro-kontra terutama di kalangan orangtua. Utamanya karena masih tingginya kekhawatiran akan virus yang vaksinnya belum ada (meski beberapa vaksin saat ini sedang melalui fase ujicoba) dan besar kemungkinannya menulari anak-anak. Namun keputusan ini saya rasa juga didasari berbagai pertimbangan.
Beberapa di antaranya adalah kecemasan akan Pembelajaran Jarak Jauh yang berkepanjangan akan memberikan efek negatif dan permanen. Efek negatif yang ditakutkan adalah pencapaian mutu pembelajaran yang menurun jauh. Pada akhirnya mari kita kembalikan lagi pada kebijakan orangtua dan sekolah di masing-masing area.
Namun jika ternyata sekolah anak-anak kita turut buka dan memulai Pembelajaran Tatap Muka, ini yang harus dilakukan dan diperhatikan.
Yang harus dilakukan sekolah
Pertama-tama sekolah yang berniat memulai PTM harus mendapat persetujuan dari Gugus Tugas Covid-19, pemerintah daerah setempat, atau dinas pendidikan. Hal ini berlaku untuk wilayah zona hijau dan kuning. Selanjutnya kepala sekolah setuju serta mampu mengarahkan satuan tenaga pendidik dan karyawannya menjalankan protokol kesehatan secara ketat.
Beberapa di antaranya adalah:
- Tersedia sarana sanitasi mumpuni seperti toilet bersih, fasilitas cuci tangan lengkap, serta desinfektan
- Akses ke faskes terdekat seperti puskesmas, klinik, serta RS tersedia.
- Wajib menggunakan masker 3 lapis non medis, dan bila memiliki siswa tuna rungu, memiliki masker tembus pandang.
- Sekolah wajib memiliki thermogun untuk mengukur suhu siswa.
- Jika ada siswa, tenaga pengajar, serta karyawan sekolah yang sakit atau memiliki komorbid, maka sekolah wajib melarang mereka untuk masuk sekolah.
- Sekolah wajib membatasi jumlah siswa perkelas hingga 50% dan mampu mengatur warga sekolah untuk jaga jarak minimal 1,5 meter. Jadi besar kemungkinan sekolah harus melakukan sistem shifting.
- Melarang aktivitas siswa yang bersifat melibatkan banyak orang, termasuk di dalamnya aktivitas ekstra kurikuler. Kantin juga untuk sementara wajib ditutup.
Yang paling penting adalah izin atau persetujuan dari orangtua murid. Kalaupun hanya ada 1 atau 2 orang wali murid saja yang tidak setuju, maka sekolah tidak berhak mewajibkan atau memaksa anak-anak mereka melakukan tatap muka di sekolah.
Yang harus diperhatikan orangtua
- Pastikan anak tidak sedang dalam keadaan sakit saat berangkat sekolah. Jika suhu tubuh berkisar di angka 37 derajat celcius ke atas, sebaiknya urungkan saja niat ke sekolah, termasuk ketika anak tidak sedang dalam kondisi yang fit semacam flu, atau batuk.
- Sebelum berangkat ke sekolah anak harus sudah sarapan dengan menu lengkap bergizi. Bawakan juga bekal snack, ya. Jam pelajaran saya rasa akan disesuaikan, dan tidak akan terlalu lama. Namun, boleh juga membekali anak-anak makan siang dengan menu gizi seimbang. Daripada nanti kelaparan di sekolah, atau perjalanan pulang, kan?
- Memastikan gizi seimbang ini bukan hanya berlaku saat sarapan sebelum ke sekolah, atau bekal yang mereka bawa, ya, mommies. Anda juga harus memastikan bahwa anak-anak banyak mengonsumsi makanan bergizi sepanjang pandemi ini. Perbanyak sayur dan buah untuk menjaga daya tahan tubuh, apalagi kalau sudah mulai pembelajaran tatap muka.
Baca juga:
Lepas Usia Balita Anak Rentan Kekurangan Nutrisi
- Ingatkan(terus menerus, terserah, deh, mereka bosan dengarnya) anak-anak untuk tidak saling berbagi snack sementara waktu. Termasuk juga tidak saling pinjam meminjam alat tulis ataupun perlengkapan belajar.
- Sebelum berangkat, pastikan perlengkapan sekolah sudah lengkap semua, ya, mommies. Kalau sebelum pandemi mommies memberlakukan aturan anak harus bertanggung jawab dengan perlengkapan yang ia bawa, kali ini fleksibel dulu, deh. Mommies tetap harus turun tangan memeriksa setiap kali mereka mau berangkat ke sekolah.
- Walau di sekolah sudah disediakan sarana cuci tangan lengkap dengan air bersih dan sabun, bekali juga anak-anak dengan hand sanitizer agar mereka bisa membersihkan tangan selama perjalanan berangkat atau pulang.
- Pastikan juga mereka menggunakan masker 3 lapis non medis saat berangkat, bawakan beberapa masker cadangan, sekaligus wadah tempat masker bekas untuk ia bawa pulang.
- Ketika anak pulang, minta ia segera cuci tangan pakai air bersih dan sabun, lalu langsung mandi sebelum berinteraksi dengan orang lain di dalam rumah.
Baca juga:
Perilaku Anak SD yang Perlu Perhatian Lebih
Sekali lagi, Pembelajaran Tatap Muka di zona kuning bukan merupakan kewajiban atau paksaan, jadi jika tak nyaman dan masih takut melepas anak untuk ke sekolah, please don’t. Anda yakin, tapi anak juga masih takut, jangan dipaksa juga anaknya. Semoga kita semua segera bisa keluar dari kondisi ini, ya. Agar anak-anak kembali nyaman bersekolah, at least dalam kondisi kebiasaan baru.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS