Sorry, we couldn't find any article matching ''
Saat Suami Kecanduan Pornografi, Apa yang Harus Istri Lakukan?
Ketika akhirnya menikah dan memiliki pasangan, masih lumrahkah suami ternyata mengakses dan kecanduan pornografi apalagi sampai kecanduan pornografi?
Apakah di sini ada yang pasangannya suka mengakses pornografi? Dipikir-pikir zaman masih single, menonton film porno, hingga mengakses website porno ala anime, adalah hal yang dianggap wajar. Seringkali opini, “Namanya juga laki-laki,” menjadi tameng. Nah, ketika akhirnya menikah dan memiliki pasangan, masih lumrahkah seorang pria kemudian mengakses pornografi?
Kali ini saya ngobrol dengan Dr. Imelda Ika Dian Oriza, M.Psi, Psikolog. Apa, sih, yang menyebabkan seorang pria yang sudah menikah masih saja suka pornografi? Apa yang sebaiknya istri lakukan ketika menemukan bahwa suaminya ternyata lebih dari sekadar menyukai, alias menjadi kecanduan pornografi?
Sebenarnya sampai di mana batas kewajaran seorang pria yang sudah menikah menonton atau mengakses pornografi?
Adiksi atau kecanduan itu sebetulnya mengandung makna bahwa ada toleransi dan ada withdrawal sindrom. Awal-awal melihat yang terbukanya sedikit sudah kesenangan, lama-lama, ingin yang lebih terbuka, ingin yang bergerak, bukan hanya image tapi harus video, itu masuk dalam kategori toleransi. Nah, ketika kemudian dia tidak bisa akses, merasa gelisah, kemudian cemas lalu jadi marah, ini disebut withdrawal sindrom. Kalau pasangan kita nggak sampai ke sini, ya, tidak bisa dikatakan kecanduan, ya.
Gampangnya gini, jika pasangan mengakses pornografi terbilang jarang, accidental, dan bukan pelampiasan atau pelarian masalah yang ia hadapi, itu masih wajar. Tapi bila kemudian menjadi sangat sering, berjam-jam dalam satu hari, kemudian memiliki perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain secara seksual (misalnya memaksa atau melecehkan istri, bahkan orang lain) akibat terlalu sering menyaksikan adegan porno, barulah tidak wajar.
Apa penyebab utama pasangan bisa kecanduan pornografi?
Pada kebanyakan kasus adiksi, termasuk adiksi pornografi biasanya dilakukan seseorang karena ia ingin menghindari sesuatu. Mungkin dia punya pengalaman internal (pikiran, perasaan, sensasi tubuh) atau eksternal (relasi dengan orang lain, finansial, atau stressor eksternal lainnya) yang menimbulkan situasi kurang nyaman pada dirinya dan kemudian berusaha mengalihkan rasa tidak nyaman itu pada aktivitas mengakses pornografi.
Intinya, ia melarikan diri sesaat dari sesuatu yang tidak nyaman. Jadi mengonsumsi pornografi adalah sebagai mekanisme pertahanan dirinya terhadap hal-hal yang stressful. Penyebab stresnya bisa macam-macam. Bisa karena pekerjaan, atau mungkin relasi dengan pasangan yang kurang baik.
Apa, tanda-tanda pasangan kita kecanduan pornografi?
Bisa soal jumlah waktu yang dihabiskan. Apalagi jika dilakukan terus-terusan dan membuat ia lupa akan kewajibannya. Suami lebih banyak mengakses pornografi dibanding menghabiskan waktu dengan pasangan atau keluarga. Salah satu tanda yang lain adalah ketika ia menyembunyikan aktivitasnya ini dari kita.
Sebaiknya reaksi kita sebagai istri harus bagaimana, agar ia tidak merasa di-judge dan hubungan nggak jadi tegang?
Marah-marah dan menyalahkan suami bisa jadi membuatnya semakin stres dan menjauh. Yang ada malah jadi lingkaran setan. Habis marah-marah, suami stres, lari ke pornografi, istri marah-marah lagi, begitu terus nggak selesai-selesai.Ya, sangat wajar kalau istri merasa berat. Sebagian ada yang merasa terkhianati, tidak berharga mungkin juga malu. Wong, udah ada istri, kok, kenapa pelarian seksualnya malah ke pornografi, ya, kan?
Supaya tidak semakin memburuk, harus dikomunikasikan.
Tanyakan pada suami, apa, sih, yang membuat dia menghabiskan waktu untuk mengakses pornografi?
Berapa jam dalam sepekan menghabiskan waktu hanya untuk melihat hal-hal tersebut?
Adakah rasa nggak nyaman sehingga dia harus mengakses video-video porno?
Dia maunya kita bersikap seperti apa?
Bertanya dengan baik, kalau perlu cari waktu khusus saat relaks, supaya ia juga relaks dan mau jujur. Dengan komunikasi terbuka, suami jadi menganggap kita mau memahami apa situasi yang bikin dia nggak nyaman dan merasa stres.
Yang penting juga adalah komunikasi dan keterbukaan seksual. Misalnya, tanpa tendensi, kita bertanya apa yang ia sukai dari sebuah film porno. Bisa juga mengajak pasangan untuk berempati dari sudut pandang perempuan, bahwa beberapa materi pornografi menempatkan perempuan sebagai objek seksual dan itu menyebalkan, lho.
Pada akhirnya, kita dan suami juga bisa bersepakat mengenai jumlah jam menonton dan akan lebih baik dia minta izin dulu sebelum menonton, karena dengan sembunyi-sembunyi, kita merasa dibohongi ataupun terkhianati.
Kapan sebaiknya kita meminta suami untuk mendapatkan penanganan ahli atas masalah kecanduan pornografinya?
Hubungi psikolog atau konsultan bila dampaknya mulai meluas. Dalam artian:
Suami semakin tidak dapat atasi stres sehingga mengakses pornografi terus-terusan.
Mempengaruhi relasi dengan pasangan, bahkan juga relasi dirinya dengan orang-orang di sekelilingnya, di luar pasangan. Jadi banyak ketegangan dan ia makin emosi ketika tidak mendapatkan waktu untuk mengakses kesukaannya.
Sebenarnya mungkin dalam hati suami sendiri merasa bersalah namun tidak berdaya menghadapi dorongan untuk menonton. Rasa malu bisa menyebabkan dirinya menarik diri, lalu isolasi diri yang berujung pada depresi. Jika ada gejala gangguan depresi atau gejala gangguan kecemasan, segera ajak ke ahli ya. Harus ditangani juga ketika kemudian suami memiliki perilaku yang membahayakan diri sendiri atau orang lain secara seksual.
Baca juga:
30 Tips Seks Setelah Menikah
Lakukan 3 Hal Ini Agar Seks Kembali Nyaman dan Tak Lagi Menyakitkan Setelah Punya Anak
Saat Tingkat Libido Suami Istri Berbeda Jauh, Harus Bagaimana
Cover: Freepik
Share Article
COMMENTS