Bicara soal homeschooling, meski saat ini sudah banyak diterapkan oleh beberapa keluarga, nggak sedikit juga dari kita yang masih ragu, apakah kegiatan belajar mengajar yang anak jalani di rumah akan seefektif ketika ia belajar di sekolah?
Sementara, selama masih dianjurkan untuk berdiam #dirumahaja, kita para orangtua mau nggak mau jadi harus menjalani SFH, yakni, ya, sekolah di rumah. Apakah berarti kita menjalani homeschooling? Hmm, di mana, ya, perbedaannya?
Setelah berbincang santai dengan ibu Stella Sutjiadi, yang selama ini menjalankan metode homeschooling pada kedua putrinya, Daffa Alana (8) dan Laluna Elora (4), ternyata homeschooling seru dan menarik juga. Yuk, kita bahas!
Hmm.. alasan kami ada banyak sekali. Tapi yang paling kuat, karena dengan homeschooling kami punya extra flexibilitas, baik dari lokasi, waktu, juga flexibilitas memilih fokus utama materi yang akan didalami.
Apa saja yang perlu disiapkan oleh orangtua sebelum memutuskan untuk homeschooling?
Sebelum memulai, yang harus dipersiapkan justru dasarnya sekali yaitu visi misi belajar keluarganya dulu. Apa sebenarnya tujuan dari anak-anak belajar? Kenapa mereka harus belajar? Kalau sudah ketemu pasti nanti akan mengalir dengan sendirinya persiapan apa saja yang perlu dilakukan.
Yang pasti, pertama, satukan persepsi dulu bahwa 'homeschooling' bukan berarti 'hanya memindahkan materi sekolah formal ke rumah'. Homeschooling terlalu luas untuk diartikan sesederhana itu. Homeschooling sangat custom dan sangat bisa disesuaikan dengan segala kondisi keluarga, ekonomi maupun karakter masing-masing anak yang sangat beragam. Homeschooling artinya bisa belajar di mana saja dan kapan saja.
Nah, dengan begitu seharusnya sosialisasi sama sekali tidak menjadi sebuah masalah. Karena mereka tidak seharian di rumah saja. Anak homeschooling akan mampu bersosialisasi dan bergaul dengan segala usia dan kalangan karena terbiasa bertemu, berkomunikasi dan bergaul dengan beragam orang tanpa terbatas pengelompokkan tertentu.
Selain itu, anak juga bisa kita ajak bergabung dengan komunitas, tak hanya terbatas pada komunitas homeschooling tapi bisa mencari komunitas yang sesuai minat anak. Bergabung dengan kelas-kelas belajar sesuai minat, dan masih banyak lagi cara kreatif lain untuk melatih kemampuan mereka bersosialisasi.
Flexibilitas waktu, lokasi dan pendalaman materi yang diminati. Ditambah kesempatan menerapkan pemahaman bahwa setiap manusia terlahir dengan minat dan kemampuan yang berbeda. Dengan menjalankan homeschooling, saya memiliki keleluasaan memberikan anak-anak saya materi sesuai dengan batas kemampuan penyerapannya, tanpa harus diburu target sehingga tujuan utama yaitu membangun pondasi pemahaman yang kuat dapat tercapai. Saya bahkan bisa tidak memfokuskan diri untuk terus mengejar nilai akademisnya saja tapi jauh lebih luas dari itu, yaitu pembentukkan karakter sesuai minat dan bakat mereka.
Sampai hari ini kami menyusun materi sendiri dengan banyak terinspirasi filosofi dan metode dari metode Charlotte Mason. Filosofi-filosofi Charlotte Mason mengenai manusia dan bagaimana proses belajarnya banyak menginspirasi kami.
Ajak anak-anak berdiskusi tentang kenapa dan apa sebenarnya tujuan mereka harus belajar. Susun jadwal belajar yang disepakati bersama. Tulis jadwal dan tempel di tempat yang mudah dilihat, misal di dekat meja makan. Sehingga satu rumah bisa saling mengingatkan jadwal tersebut. Jalani jadwal dengan disiplin, termasuk jadwal berakhirnya waktu belajar, sehingga anak-anak tetap memiliki waktu bebas berkegiatan di luar jadwal belajarnya.
Intinya, mau itu homeschooling atau School from Home, akan lebih mudah terlaksana kalau orangtua dan anak patuh terhadap jadwal yang sudah disepakati dari awal. Dan tentu, kerjasama yang baik antara ayah dan ibunya. Sekali-kali gantian temani anak belajar, ya, ayah, ya, ibu, toh dua-duanya sama-sama lagi di rumah, kan?
Tips Mengajar Anak Saat Masa Belajar di Rumah