Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mengelola Kemarahan dengan Mindful, Gimana Caranya?
Sedang dalam situasi tidak ideal seperti ini, emosi rasanya campur aduk ya. Dari sedih memikirkan tak bisa berlebaran bersama keluarga sampai kegelisahan bertanya-tanya kapan pandemi ini akan berakhir?
Salah satu efeknya adalah kita jadi dengan mudah tersinggung dan marah-marah. Mengontrol emosi itu jadinya sulit sekali, semua terasa salah.
Padahal ternyata kalau dari sudut pandang mindfulness, marah itu boleh lho. Setiap emosi itu netral sehingga kemarahan, seperti juga emosi lainnya, tidak perlu dilabeli sebagai sesuatu yang positif atau negatif.
Saat mengobrol dengan praktisi mindfulness Adjie Santosoputro di Instagram Live @mommiesdailydotcom beberapa waktu lalu, mas Adjie menjelaskan, bagaimana sih caranya mengelola kemarahan dengan lebih mindful?
"Untuk emosi marahnya sendiri, yang perlu kita lakukan adalah hanya menyadari saja, ketika baru marah, atau sekarang ini kan emosi yang santer di diri kita kan panik, takut, cemas, ketika emosi itu datang, perasaan itu datang, ya kita menyadari saja oh saya sedang merasa marah, kita sedang merasa takut, cemas, panik. Dan ketika kita mulai menyadarinya, maka kita akan mulai lebih bijak dalam melampiaskan,” papar mas Adjie.
Mengenali emosi yang hadir ini harus dilatih dengan memberi jeda setiap kali akan melakukan sesuatu. Tarik nafas, buang. Memberi jeda dan mengatur napas memberi kita ruang untuk melatih kesadaran. Nafas bisa menjadi anchor untuk berada di masa kini. Karena dengan menyadari setiap tarikan nafas, kita sudah pasti berada kembali di masa sekarang karena tidak ada nafas masa lalu dan masa depan.
Jadi ketika kita marah, kita ambil nafas dan sudah sadar penuh kita sedang marah, kita jadi bisa melampiaskannya dengan aman. Apalagi energi marah itu biasanya besar, bisa dilampiaskan ke hal positif atau setidaknya yang tidak menyakiti orang lain.
"Sadari marah, energi marah itu bisa digunakan untuk bersih-bersih rumah, berkarya, nyiramin taneman. Itu adalah salah satu pengelolaan energi yang tepat guna,” sambung mas Adjie.
Yang tak kalah menarik, mas Adjie juga mengungkapkan satu kemungkinan kenapa orang lebih sulit mengontrol emosi di masa PSBB seperti sekarang ini. Bukan, bukan melulu karena kondisi tidak ideal, tapi ketidaksiapan bertemu terlalu sering dengan diri sendiri.
"Saya perlu sampaikan dulu, kalau kamu tidak sendirian. Banyak orang di kondisi sekarang ini mau tidak mau, suka tidak suka, berada di gejolak emosi yang tidak mudah. Penyebabnya adalah, di kondisi begini, lebih sering di rumah aja itu kita mesti bertemu dengan orang-orang yang mungkin selama ini kita hindari. Puncaknya adalah kita bertemu dengan diri kita sendiri dan itu yang bikin kita sebel, jengkel, bosen, karena kita ketemu diri kita sendiri,” jelas mas Adjie.
Wah, ini saya baru sadar banget sih. Selama ini kita mungkin jarang sekali ketemu diri sendiri, setiap ketemu sesuatu yang tidak kita sukai dari diri sendiri kita kabur, ngemall atau ketemu teman. Sekarang ketika semua dibatasi, kita belajar bertemu diri sendiri terlalu lama dan ternyata sulit atau jadi pengalaman kurang menyenangkan.
"Saran praktisnya adalah, kalau saat ini merasa takut panik cemas dan merasa overwhelmed meluangkan waktu untuk pause dulu. Berhenti sejenak, sebelum ngapa-ngapain berhenti dulu sejenak. Sebelum marah pada anak misal karena di rumah terus jadi emosi marah meluap-luap, meledak-ledak, sebelum melampiaskannya, press pause dulu. Berhenti sejenak dulu,” tutup mas Adjie.
Baca:
10 Tips Melatih Kesadaran Diri dan Belajar Jeda dari Adjie Santosoputro
Rutin Meditasi Selama Sebulan, Ini Perubahan yang Saya Rasakan
Share Article
COMMENTS