Untuk mommies yang masih galau, si kecil jadi masuk playgroup apa nggak, yuk simak obrolan MD dengan pakarnya berikut ini.
Image: by La-Rel Easter on Unsplash
Jadi inget deh, Jordy anak lanang saya, masuk usia 3 tahun, saya mantap mendaftarkan Jordy ke PAUD dekat rumah. Tujuannya jelas, karena saya dan suami bekerja, jadinya sadar diri, tidak bisa maksimal menstimulasi semua kecerdasan Jordy, selain itu supaya dia pandai bersosialisasi, dan pelan-pelan belajar mandiri.
Tidak fokus pada pencapaian akademik dia, benar-benar santai aja. Kalau Jordy lagi nggak mau sekolah, ya sudah, saya izinkan bermain di rumah dulu. Kalau lagi bagi rapot, daftar pertanyaan yang jadi prioritas lebih ke kecerdasan emosi dia: sudah mampukah berbagi, bagaimana dengan empati dia ke sesama teman-teman, dan sebagainya.
Tapi kan tiap ibu berbeda ya situasinya dengan saya. Bagaimana jika sekarang mommies berada di persimpangan jalan ini, alias masih maju mundur mendaftarkan anak masuk playgroup. Supaya memantapkan langkah mommies, entah itu nanti ujungnya jadi atau nggak. Yang penting ilmu untuk membuat keputusannya sudah mumpuni dulu.
Silakan simak obrolan kami dengan Alia Mufida, M. Psi, Psikolog, Mentari Anakku berikut ini, ya.
Kalau pertanyaannya harus apa nggak, jawbannya nggak harus. Semuanya tergantung. Tergantung karakter anak, kondisi keluarga, ketersediaan Lembaga Pendidikan anak usia dini yang baik, dan lain-lain.
Manusia terlahir pada dasarnya senang belajar. Belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Khususnya anak-anak usia dini memang mengalami perkembangan otak yang pesat, sehingga dibutuhkan stimulasi yang cukup demi perkembangan yang optimal dalam semua aspek (kognitif, bahasa, motorik, sosial emosional).
Jika dirasa, di rumah anak tidak mendapatkan stimulasi yang cukup pada semua aspek (misalnya: jarang bertemu teman sebaya, orangtua bekerja, pengasuh tidak dapat memberikan stimulasi yang cukup di rumah) mungkin sekolah merupakan salah satu pilihan untuk melengkapi kebutuhan stimulasi anak untuk kesiapan sekolah di usia yang akan datang.
Yang perlu diingat adalah, pendidikan usia dini adalah kerjasama antara orangtua, komunitas tetangga, guru, keluarga besar. Orangtua merupakan pendidik utama dan pertama, sehingga, jika anak sudah sekolahpun, stimulasi optimal tetap dapat diberikan di rumah. Justru biasanya orangtua bisa mendapatkan ide-ide lebih banyak dari sekolah.
Yang penting dicatat adalah ketersediaan sekolah yang sesuai dengan perkembangan anak. Pra sekolah yang mampu membuat pengalaman pertama anak sekolah menjadi pengalaman yang menyenangkan adalah sekolah yang baik. Sekolah yang mampu memunculkan minat belajar, menunjukkan hubungan yang baik antara guru dan murid, tidak mematikan rasa ingin tahu anak, menghargai keunikan anak sehingga anak-anak mengalami pengalaman yang bukan menegangkan namun menyenangkan. Karena hal ini akan menjadi modal bagi anak agar mereka memiliki image yang positif mengenai sekolah dan belajar. Modal bagi pendidikan mereka seterusnya.
Syarat-syarat sekolah untuk anak di bawah 4 tahun agak sulit di jawab karena anak-anak usia 2-4 itu masih dalam perkembangan yang pesat banget. Justru biasanya sekolah ikut menjadi agen yang membantu membimbing anak-anak melewati perkembangan itu dengan baik. Tapi kalau bahas kesiapan, biasanya kita akan lihat dari aspek-aspek ini secara umum
Aspek-aspek di atas diliihat kesesuaiannya berdasarkan usia anak.
Nilai-nilai yang diterapkan kepada anak, tidak ada yang khusus harus diterapkan saat anak mau masuk sekolah. Semua nilai-nilai pengasuhan akan diterapkan sambil pengasuhan berjalan seiring perkembangan anak. Karena anak di sekolah, tentu orangtua akan banyak memberikan masukan kepada anak-anak tentang bagaimana berperilaku bersama dengan orang-orang lain. Bagaimana menghadapi orang lain dengan berbagai variasinya, dan sambil terus memberikan input yang mana perilaku yang baik dan tidak baik. Kemandirian juga adalah nilai yang penting untuk diterapkan ke anak sedini mungkin. Di sekolah biasanya akan lebih banyak dilatih untuk mandiri. Sebisa mungkin yang dilatih di sekolah diteruskan di rumah.
- Tanyakan kepada diri sendiri, apa tujuan saya memasukkan anak saya ke sekolah?
- Mengetahui tujuan berarti mengatur ekspektasi diri dan keluarga terhadap anak dan lembaga pendidikan.
- Pahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh anak pada usianya. Kebutuhan stimulasinya, kebutuhan kedekatan emosinya, kebutuhan bermainnya, kebutuhan akademisnya. Dengan kita memahami apa sebenarnya kebutuhan dan tugas perkembangan anak kita di usianya, kita menjadi lebih paham apa yang harus kita lakukan, harapan dan ekspektasi juga terukur dengan baik
-Orangtua perlu siap bahwa anak akan berhubungan dengan lebih banyak orang (dibandingkan di rumah, yang hanya ada keluarga dekat yang kemungkinan besar memahami semua yang ia inginkan). Sehingga ada potensi konflik yang akan terjadi. Entah antar anak kita dengan anak orang lain, atau dengan guru. Anak-anak juga akan terpapar dengan lebih banyak value yang berbeda (cara teman berbicara misalnya). Orangtua yang siap, adalah orangtua yang bisa memanfaatkan situasi tersebut menjadi momen untuk mengajarkan anak-anak (teachable moments.)
- Orangtua juga perlu siap untuk percaya pada lembaga sekolah dan guru-guru agar proses pendidikan berjalan dengan baik. Tentunya kerjasama perlu untuk dijalin terus.
Sekolah playgroup yang baik adalah sekolah yang memiliki program yang jelas sesuai dengan kebutuhan anak-anak usia playgroup. Anak-anak usia playgroup belajar melalui bermain. Stimulasi apapun yang ingin dilakukan, pada semua aspek, dilakukan dalam bentuk bermain (pengembangan komunikasi, aspek motorik halus dan kasar, aspek sosial emosional, bermain bebas, kegiatan tidak terstruktur, pengenalan akan literasi dan numerasi).
Baca juga:
Perkiraan Biaya Sekolah Preschool dan TK Wilayah Jakarta Tahun Ajaran 2018-2019
5 Hal yang Harus Diperhatikan Saat Memilih Sekolah Early Childhood