Sorry, we couldn't find any article matching ''
Nyontek Itu Biasa, Kita Juga Pernah. Bagaimana kalau Anak yang Nyontek?
Ketika anak kita menyontek, coba deh cek kembali harapan kita terhadap anak, jangan-jangan kita menuntut terlalu tinggi?
Siapa yang tak pernah nyontek ketika di sekolah? Oh, wait, saya ganti, deh, pertanyaannya. Siapa yang nggak pernah nggak nyontek? Sebagian besar kita, dulunya, pernah nyontek. Sekadar melirik jawaban di kertas teman, lempar-lemparan kertas contekan, hingga yang menulis semua rumus di balik rok seragam. Nyatanya nyontek sudah jadi bagian dari kehidupan kita saat mulai dari seragam putih merah, hingga putih abu-abu. Ups ada juga yang sampai di bangku kuliah.
Nah, ketika kita jadi orangtua dan mengetahui anak kita (pernah) nyontek, apakah lantas kita menganggap hal itu wajar saja? Toh, kita dulu juga pernah melakukannya. Sayangnya mau seperti apa juga, yang namanya nyontek tetap saja suatu hal yang curang. Dan bukanlah sebuah perbuatan terpuji yang perlu dipelihara. Lantas sejauh apa nyontek itu kita anggap wajar? Apa yang harus dilakukan supaya anak nggak keterusan mencontek?
Photo by Tamarcus Brown on Unsplash
Alasan nyontek
Ada beberapa hal sebenarnya yang mendorong anak menyontek:
Beberapa anak memiliki harapan yang tinggi terhadap diri sendiri, atau bisa juga ia merasa orang lain memiliki harapan tinggi terhadap dirinya. Alhasil ia menyontek untuk memenuhi harapan tersebut.
Ada pula anak yang memang daya kompetitifnya tinggi, sangat ingin menang tapi tidak tahu bagaimana mengatasi kekecewaan ketika kalah. Makanya penting mengajarkan anak belajar menerima kekalahan.
Baca juga:
5 Tanda Anak Kita Terlalu Kompetitif
Tugas atau ujian sekolah bisa jadi terasa begitu sulit bagi sebagian anak, sehingga kegiatan menyontek menjadi salah satu usahanya untuk mengikuti perkembangan pelajaran di sekolah.
Sekali dua kali tentunya tidak bisa dikatakan masalah besar, tapi ketika kemudian aktivitas tersebut didorong oleh rasa tertekan untuk menang, atau menjadi pola seiring bertambahnya usia, nah, ini yang bahaya.
Saat anak kedapatan menyontek
Seperti yang dibahas sebelumnya, terdapat banyak alasan yang mendorong anak untuk berlaku curang. Ini yang bisa orangtua lakukan:
Tanyakan pada anak, kenapa, sih, dia menyontek. Jika jawabannya karena ia ingin menyenangkan kita, misalnya, kita punya kesempatan untuk memberitahu dirinya bahwa hasil itu tidak penting, yang penting adalah proses ia belajar dalam usahanya menyelesaikan tugas atau ulangan di sekolah.
Ajak si kecil untuk bermain game atau permainan di mana ada pemenang dan ada yang kalah. Di aktivitas tersebut ia bisa belajar tentang kalah, dan mengalami kekalahan itu hal yang wajar, kok.
Puji usaha anak saat ia berusaha mengerjakan tugas, pe er, hingga hasil ulangan. Hal ini memberi informasi pada anak bahwa apa yang ia pelajari dan seberapa keras ia berusaha jauh lebih penting daripada mendapatkan nilai tertinggi di kelas, misalnya.
Jadi contoh yang baik buat anak. Misalnya, ketika bermain sebuah permainan bersama keluarga, dan mengalami kekalahan, bersikaplah ksatria, biasa-biasa saja, tetap respek dengan lawan main,tidak ngambek, dan kebanyakan protes yang nggak penting. Oh ya, satu lagi, nggak perlu, deh,menjura glorious moment ketika kita berhasil nyontek di masa kejayaan dulu. Cukup kita, dan diary berkunci saja yang tahu :)
Cek lagi harapan kita terhadap anak. Terkadang harapan kita yang terlalu tinggi pada kemampuannya memberi tekanan berat pada si kecil sehingga ia nekat ambil jalan pintas.
Ajak anak mengikut kegiatan yang beragam. Ketika anak mencoba sesuatu yang baru, ia bisa saja menemukan hal-hal yang dapat ia lakukan dengan baik, serta mengembangkan keterampilan baru. Tentunya ini akan membuat harga dirinya meningkat, auto nambah kepercayaan dirinya.
Bahas tentang pentingnya kompetisi atau permainan yang adil, dalam bahasa yang lebih awam untuk anak. Misalnya saja, nih, ketika kita nonton acara olahraga, tentu akan terlihat tidak menyenangkan ketika kita tahu para pemainnya curang.
Mendorong anak untuk tidak berlaku curang, bisa dibantu dengan mengajarkan anak untuk memahami konsekuensi dari menyontek seperti orang lain akan marah pada kita, atau tidak ada lagi yang mau percaya dengan kita. Usahakan mencari konsekuensi yang langsung terasa kerugiannya dibanding konsekuensi yang bersifat lebih abstrak terutama untuk anak usia SD. Moga-moga nggak ada yang perlu nyontek, ya… :))
Baca juga:
Share Article
COMMENTS