banner-detik
SELF

Nggak Nyuci, Nggak Masak, Nggak Mompa, Itu Nggak Dosa!

author

RachelKaloh08 Feb 2020

Nggak Nyuci, Nggak Masak, Nggak Mompa, Itu Nggak Dosa!

Tidak pernah ada standar kita harus jadi ibu yang bagaimana, so loosen up a bit!

DBC454B4-2E66-4517-9B0A-344FE56BF183

Sering, nggak, sih, ketika lagi serius banget kerja mantengin laptop, atau lagi nonton sesuatu yang menegangkan, tiba-tiba ada teman negur, “Woy, kedip, woy!” Saking seriusnya kita memandang sesuatu, sampai-sampai kita jadi sangat nggak santai.

Sadar, nggak, kalau sebagai ibu, kita sering banget tegang, rasanya kepala selalu penuh dengan berbagai macam to do list, yang kemudian berefek pada sumbu kita yang kian memendek. Marah-marah, deh, sama anak, sama suami. Itu pun masih bagus kalau bisa dihempaskan lewat marah, kalau segala macam pikiran hanya mutar dan bikin kepala ngebul terus, kebayang, dong, bagaimana efeknya bila berkepanjangan?

Sebenarnya, siapa, sih, yang menuntut kita?

Nggak ada, sih, hanya society. Tapi, tunggu! Nggak bisa dibilang hanya, karena kenyataannya, kita lebih sering peduli sama what society would say daripada what my mind would say. Memang, kalau dibilang sulit untuk tidak peduli sama “apa kata orang”, ya, sulit, terutama kalau orang lain tersebut adalah pihak yang perannya besar dalam kehidupan kita.

Kalau tetangga yang ngomong, gampang buat nggak dimasukkin ke hati. Tapi, kalau yang menuntut adalah ibu kita sendiri, atau mertua? Kalau nggak dengerin, panjang urusannya. Belajar dari Megan dan Harry, mereka memilih keluar dari kerajaan demi kehidupan yang lebih sehat.

Pada akhirnya, kita sendiri yang menentukan batasan, kapan harus mendengarkan apa kata orang, dan kapan kita ikuti naluri kita, terutama yang berhubungan dengan pengasuhan anak.

Santuy sedikit bukan artinya lepas tanggung jawab. Tidak ada salahnya dengan menunda pekerjaan rumah kalau kita lagi merasa lelah, saat jadwal sehari-hari mesti berubah karena satu dan lain hal, saat mesti pesan makanan karena nggak sempat masak, saat memboyong cucian ke laundry sehabis liburan, saat kita memilih buat ikutan tidur sama anak, nggak mompa demi kejar setoran ASIP, padahal biasanya selalu siap tempur begitu si kecil tidur. Toh, kita hanya melakukannya sesekali, kita tahu betul, kok, kalau hal tersebut tetap jadi tanggung jawab. Apa artinya kita lepas tanggung jawab? Of course not, we’re just being realistic!

Me time and self-care are for the better ME (as a Mom)

Kalau sampai saat ini kita masih beranggapan bahwa Me Time dan Self Care itu self-centered, ingat lagi coba, peran kita ini sudah jelas sebagai ibu. Sehari-hari sudah dipenuhi tanggung jawab terhadap urusan rumah tangga, suami dan anak (yang tentu jauh ngurusin diri kita sendiri). Dasteran, no makeup, lusuh,kumel,wajar,tapi jangan lalu dijadikan hal yang biasa, alias tidak diperbaiki bahkan dipedulikan.

Penampilan, kemampuan dan kewarasan kita tidak bisa selalu jadi nomor dua. Setiap orang punya jenis me time yang berbeda-beda yang sebaiknya TETAP dilakukan, sesimpel nyalon, olahraga, menjalankan hobi, bahkan ikut kursus atau workhsop , ke luar dari penatnya rumah dengan segala urusannya, because we deserve it!

Percayalah, saat kita bisa menikmati waktu buat diri kita sendiri, kita akan merasa jauh lebih baik, lebih sehat secara mental dan hal ini tentu akan membawa pengaruh terhadap keadaan di rumah.

Share Article

author

RachelKaloh

Ibu 2 anak yang hari-harinya disibukkan dengan menulis artikel dan content di media digital dan selalu rindu menjalani hobinya, menjahit.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan