Sorry, we couldn't find any article matching ''
Saat Anak Usia 9 – 15 Tahun Meminta Tanggung Jawab Lebih
Cari tahu jenis tanggung jawab yang sudah bisa kita berikan dan mana yang belum. Karena bagaimanapun ini adalah bagian penting untuk membuat mereka menjadi manusia dewasa yang bertanggung jawab.
“Ma, aku naik gojek ya ke sekolah?”
Demikian kalimat yang keluar dari mulut Bagus, anak pertama saya yang saat itu berusia 12 tahun. Dibarengi dengan alasan-alasan yang masuk akal lho sebagai usahanya meyakini saya agar mengeluarkan izin.
Alasannya:
- Jarak apartemen ke sekolah hanya 2,5 kilometer.
- Teman-temannya sudah banyak juga yang menggunakan gojek.
- Lebih cepat sampai dan menghindari macet.
- Kalau takut kenapa-kenapa, mama kan yang order gojeknya, jadi mama bisa lihat status dan rutenya.
Alasannya memang masuk akal sih …. Tapi hati mama yang masih menganggap ini anak masih kecil yang belum bisa mengiyakan, hehehe. Padahal setelah dipikir-pikir, apa bedanya dengan dia naik ojek langganan ketika saya atau ayahnya nggak bisa antar? Ahahaha.
Urusan memberikan anak kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar memang gampang-gampang susah ya! Karena berbenturan antara anak yang sebenarnya sudah mampu dengan orang tua yang masih dipenuhi rasa takut :D.
Anak dan tanggung jawab
Padahal, di usia anak saya saat itu, dia sudah seharusnya perlu belajar menerima tanggung jawab lebih banyak karena ini adalah bagian dari path mereka menuju manusia dewasa. Agar anak kelak bisa menjadi orang dewasa yang penuh tanggung jawab.
Dan sebagai orang tua, sudah kewajiban saya juga untuk mengambil peran di dalam prosesnya. Salah satunya dengan membuat perencanaan tentang kapan dan tanggung jawab jenis apa yang bisa kita mulai percayakan ke anak. Tapi mohon diingat, ini bisa berbeda bagi setiap anak dan orang tua.
Kapan memulai memberikan tanggung jawab lebih besar? Yes, No atau Maybe
Kalau bicara kapan, seperti yang tadi saya katakan, kan berbeda-beda ya untuk setiap keluarga. Tapi setidaknya bisa coba melihat berdasarkan beberapa hal di bawah ini:
- Level kedewasaan dari anak kita
- Bagaimana cara anak belajar dari pengalaman yang sudah-sudah
- Legal issue seperti hukum mengenai minuman beralkohol, mengemudikan kendaraan roda dua atau lebih, merokok dan sejenisnya.
- Tingkat risiko
- Dampak keputusannya terhadap orang lain
- Nilai-nilai keluarga
- Hak dan tanggung jawab orang tua
Menyerahkan ‘tampuk’ tanggung jawab ke anak bisa dibilang butuh keikhlasan dari saya sebagai orang tua, karena ini artinya saya harus siap menyaksikan mereka bertumbuh, merelakan mereka dan menerima bahwa ketika waktunya tiba mereka tidak membutuhkan saya lagi, hiks hiks. But life must goes on bukan? Dan ketika anak berhasil melepaskan diri dari bayang-bayang orang tuanya, tandanya kita berhasil dong membesarkan anak yang mandiri (menghibur diri sendiri).
Jadi, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah meminta anak menentukan di mana dia ingin diberikan kepercayaan dan tanggung jawab lebih. Besarkan hati dan ingat bahwa ini adalah langkah awal melatih anak untuk memiliki skills for life.
Sebenarnya, ada tiga pilihan untuk kita sebagai orang tua: Yes, No dan Maybe.
YES: Pilihan aktivitas yang memang kita yakin anak sudah mampu atau akan mampu melakukannya. Tentu ini bisa berdasarkan usia hingga apa yang sudah kita ajarkan selama ini. Ingat untuk mengabaikan ego kita sebagai orang tua yang nggak mau anaknya cepat beranjak dewasa ya, hehehe.
Misal, anak ingin berangkat sekolah sendiri (jika jarak dekat dan lingkungan sekitar aman), memasak camilan weekend untuk keluarga, menggunakan uang tabungannya sendiri untuk membeli yang dia inginkan, memilih pakaian, sepatu atau gaya potongan rambut.
Maka, ketika kita sudah mengizinkan anak menentukan sendiri untuk kategori YES, ya sudah terima saja keputusan yang akan dia ambil walau nggak sreg di kita. Misal, memilih potongan rambut yang alay atau nggak banget :D. Biarkan anak belajar dari pengalaman.
NO: Apa pun yang berkaitan dengan bahaya. Contohnya, jika anak remaja kita meminta izin untuk mencicip alkohol, belajar mengendarai motor atau mobil sebelum waktunya atau jika itu akan memberi dampak buruk ke anggota keluarga lain seperti meminta sesuatu yang akan mengambil bujet besar dari keuangan keluarga. Sampaikan keberatan dengan cara yang baik dan berikan alasan yang jelas.
MAYBE: Nah ini adalah wilayah abu-abu memang. Dibutuhkan negosiasi untuk mengubah si yes atau no ke area maybe.
Jadi tentukan lihat dulu kesiapan anak, kesiapan kita sebagai orang tua baru diskusikan bersama. Selamat memberikan kepercayaan ke anak ya. Ingat saja, bagaimana dulu kita juga berharap orang tua kita memberi kita kepercayaan, ya kan :D.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS