Ada perilaku yang sebenarnya normal, namun ada juga perilaku yang perlu diberikan perhatian lebih dari si anak sekolah dasar, karena merupakan tanda adanya sesuatu dan harus segera diatasi.
Namanya anak usia sekolah dasar dan di atasnya lagi pasti sudah ingin menunjukkan bahwa dirinya bisa mandiri. Namun, karena juga namanya anak, mereka tetap butuh kita, orangtuanya, butuh cinta, persetujuan, juga perhatian. Yang pasti mereka masih butuh dibimbing saat bertumbuh dan mengeksplor dunianya. Agar mereka merasa aman dalam menjalani rutinitas di sekolah, menjalani tanggung jawab, bergaul, atau bahkan menjalani aturan-aturan baru baik di rumah maupun di sekolah (yang menurut anak) nggak cocok buat mereka.
Memang susah-susah gampang untuk membantu mereka membuat batasan. Apa lagi kalau diterapkan buat anak jelang remaja. Dikasih batasan dianggap mengekang, di-loose sedikit takutnya bablas. Sebenarnya memang pintar-pintarnya kita sebagai orangtua buat tarik ulur. Ada perilaku-perilaku yang sebenarnya normal-normal saja, namun ada juga perilaku yang perlu diwaspadai dan diberikan perhatian lebih, karena biasanya perilaku ini merupakan tanda adanya sesuatu yang ia alami dan harus segera diatasi.
Sebenarnya merasa cemas adalah sesuatu yang normal untuk anak di usia sekolah. Kita pun sebagai orangtua juga masih sering mengalaminya. Hal-hal yang mungkin membuat anak cemas bisa jadi sesederhana ia takut memberikan jawaban yang salah ketika ditanya guru. Yang bisa kita lakukan adalah meningkatkan kepercayaan dirinya. Memang sedikit lebih menantang untuk anak mengungkapkan kegelisahannya terutama ketika ia seorang anak yang introvert. Namun, jika ia selalu terlihat cemas untuk segala hal, ada baiknya kita ajak ngobrol atau bahkan ajak ke psikolog untuk mencari tahu alasan sebenarnya di balik kecemasan yang ia rasakan.
Baca juga:
Bantu Anak Memiliki Percaya Diri yang Sehat
Siapa dulu yang di sekolahnya nggak pernah nyontek? Rasionya mungkin akan lebih banyak yang nyontek daripada yang tidak. Hampir semua anak pernah mengalami hal ini. Sesekali masih dianggap wajar, tapi ketika menyontek menjadi sebuah pola dan dilakukan setiap kali ulangan atau ujian, kita perlu memberi perhatian lebih. Selalu menyontek biasanya merupakan ketidakmampuan anak untuk mengatasi kekecewaan karena kalah.
Baca juga:
Ajarkan Anak Menerima Kekalahan
Tak jarang ketidaksepakatan antar anak di sekolah bisa berujung pada perkelahian. Kalau hanya berkelahi mulut, atau fisik, kelar di hari yang sama dan sangat jarang diulangi, hal ini sebenarnya masih dianggap wajar. Yang butuh perhatian lebih adalah ketika anak menyelesaikan semua ketidaksepakatan dengan perkelahian bahkan untuk hal-hal yang sepele sekali pun. Jika anak seringkali terlibat dalam hal ini, kita sebagai orangtua bekerjasama dengan sekolah tentunya harus mencari tahu akar permasalahannya dan pastinya apa yang membuatnya memiliki perilaku tersebut. Mencari bantuan dari psikolog juga bisa sangat membantu.
Berkata kasar atau mengumpat memang merupakan luapan emosi dan kebanyakan karena kesal atau marah. Jika umpatan menjadi kebiasaAnnya bahkan untuk sesuatu yang tak perlu diumpat, kita butuh memberikan perhatian lebih. Dari mana ia mendapatkan perilaku tersebut (terutama ketika perilaku ini baru-baru saja kejadian), dengan siapa ia bergaul, apa yang ia tonton, apa yang ia baca, serta lain sebagainya yang mungkin memengaruhinya untuk lancar mengumpat.
Baca juga:
Bahkan anak di usia 4-6 tahun pun sudah bisa berbohong, apalagi ketika ia sudah bertambah besar dan masuk usia sekolah. Bagaimana pun berbohong merupakan bagian dari perkembangan, lho. Sometimes we all even (white) lies. Ya, nggak, sih? Namun ketika ia berbohong layaknya ia bernapas, dan tak punya rasa malu ketika ketahuan berbohong, sudah saatnya orang tua memberikan perhatian lebih, apa yang sebenarnya ia rasakan dan alami sehingga “memaksanya” untuk berbohong.
Baca juga:
Ada perilaku lain yang mau ditambahkan? Cus di kolom komen ya, biar bisa curhat...eh diskusi bersama :)