Pop Up Class, buat anak bisa cobain beragam aktivitas, sebelum masuk sekolah “beneran”.
Image: by Dragos Gontariu on Unsplash
Buat saya yang dulu pernah mengajar di sekolah yang mendukung early childhood development, rasanya begitu punya anak sendiri, langsung kebelet pingin masukkin anak ke baby class. Masa bodo, deh, sama pendapat, “Ngapain buru-buru masukkin anak ke sekolah, memangnya dia sudah ngerti?” Yang namanya sekolah itu kan aktivitasnya menyesuaikan usia anak. Mungkin dari luar kelihatannya main-main doang, tapi butuh keberanian, lho, untuk anak betah duduk dan ikut serta dalam sebuah kegiatan, di tengah teman-teman seusianya. Buat saya, baby class adalah wadah tepat untuk melatih kemampuan anak bersosialisasi sejak dini, sebelum ia masuk sekolah “beneran”.
Jujur, meski hari-hari ada di rumah, tapi mesti sering standby di depan laptop, jadinya feel guilty kalau anak hanya dibiarkan main sendirian atau sama mbaknya. Ya, pernah sih punya rencana buat bikin DIY sensory play dari barang-barang yang ada di rumah, namun niat sih ada, tapi realisasinya entah kapan terwujudnya. Beda dengan mereka yang menitipkan anak di daycare, biasanya kegiatan seperti menyanyi, bermain, bikin prakarya, dll sudah menjadi bagian dari program daycare itu sendiri.
But then, untungnya sekarang ini makin banyak orang-orang kreatif di luar sana yang mendukung early childhood development dengan menciptakan pop up baby & toddler class, tanpa bersifat mengikat, layaknya sekolah beneran (ada uang muka, ada biaya administrasi, ada biaya seragam, not to mention biaya-biaya dadakan layaknya kalau ada teman anak yang ulangtahun). Meski siap masukkin anak ke baby class, tapi jujur saya belum siap-siap banget sama biaya baby class di sekolah umum, hiksss!
Buat ibu-ibu yang sama kebeletnya sama saya, pingin banget anaknya ikut sekolah, apalagi anak bungsu yang biasanya kepingin ikutan sekolah gara-gara lihat kakaknya sekolah, Pop Up Class adalah pilihan tepat. Selain sifatnya yang nggak se-mengikat sekolah umum, kita bisa pilih sendiri jadwal bahkan tema kelas yang ingin kita ikuti. Nggak perlu khawatir dengan separation anxiety, karena baby class ini mewajibkan para orangtua untuk senantiasa mendampingi anak sepanjang kegiatan berlangsung.
Banyak! Kegiatan di kelas biasanya dimulai dengan free time, di mana anak dibebaskan untuk beradaptasi terlebih dahulu, kenalan sama temannya, gurunya, dan mengeksplor mainan yang tersedia. Sesaat sebelum mulai kelas, anak diajarkan untuk merapikan mainannya sambil bernyanyi. Lalu, lanjut, deh, ke acara singing time, biasanya anak diberikan alat musik sederhana yang bisa mereka pegang sendiri seperti maracas dan tamborin. Lalu, lanjut ke story time sebagai pengantar kegiatan yang akan mereka lakukan, yaitu sensory play dan art and craft sesuai tema.
Baca Juga: 6 Hal Menakjubkan di Balik Kelakukan Si 2 Tahun
Buat saya, mendaftarkan anak ke pop-up class manfaatnya bukan hanya buat anak, tapi juga buat kita orangtuanya. Untuk usia anak yang masih di bawah tiga tahun, bimbingan orangtua masih sangat perlu, oleh karena itu, orangtua harus ikutan selama kelas berlangsung.
Meski ada guru-guru yang memimpin kelas, kita sebagai orangtua juga perlu ikutan aktif. Kalau anak disuruh nyanyi bareng, ya, kitanya jangan diam saja, bernyanyilah juga, supaya anak lebih semangat lagi. Namun, saat membuat prakarya, nggak perlu ngotot hasil karya anak harus bagus dan rapi, berikan anak kesempatan untuk berkreasi, berantakan nggak masalah, yang penting dia berekspolasi.
Demikian juga saat masuk sesi basah-basahan. Makin basah, makin kotor, justru biasanya anak makin semangat. Kita yang mendampingi, tidak perlu membatasi gerak anak. Inilah saat yang tepat buat anak puas-puasin, deh, basah-basahan, toh kita sendiri nggak bisa jamin, kan, kapan anak diperbolehkan main air dan cat sepuasnya kalau lagi di rumah?
Baca Juga: 10 Kegiatan Menyenangkan Batita untuk Maksimalkan Tumbuh Kembangnya
Setelah kegiatan kelas berakhir, anak diperbolehkan untuk bersih-bersih bahkan mandi, kok, plus dapat snack dari pihak penyelenggara. Lalu, sebagai penutup sesi, masing-masing anak akan dibagikan sertifikat karena sudah berpartisipasi dalam kegiatan ini. Serunya lagi, beberapa penyelenggara menerapkan free 1 class kalau sudah 10 kali ikutan, asalkan sertifikatnya dikumpulkan.
Lumayan, kan? Kalau saya hitung dan bandingkan dengan baby class di sekolah berbasis internasional sih, jauhhh, ya, harganya!