Dalam setiap tahapan usia anak, selalu ada ilmu baru yang saya pelajari sebagai orang tua. Dan kali ini saya belajar menjadi ibu dari anak-anak remaja dan memahami hal ini.
Ketika anak-anak saya memasuki usia preteen dan teenager, melihat reaksi mereka ketika berdebat dengan saya, mendengar cerita mereka tentang sekolah dan lawan jenis, saya merasa dibawa kembali ke masa remaja saya dulu. Seolah saya ingin berbisik di telinga mereka “Mama paham kok nak apa yang kalian rasakan, karena mama dulu pernah seperti ini.” Saya juga akhirnya mengerti, apa yang dulu mama saya rasakan, hahahahaha.
Semakin ke sini, keahlian saya sebagai ibu dari anak-anak remaja semakin terasah. Saya semakin paham. Saya semakin tahu celah untuk mengerti mereka. Dan berikut, beberapa hal yang ingin ceritakan, semoga cerita saya bisa dijadikan bantuan bagi orangtua dengan anak remaja. Well, kalaupun tidak, anggap saja, saya senang berbagi cerita :).
Ini juga yang dulu saya rasakan sebagai anak remaja. Saya, saya dan saya yang serba tahu, serba paham, serba bisa, serba berani. Sedangkan mama dan ayah? Tahu apa? Mama dan ayah adalah orang tua dengan pemikiran kuno. Nggak paham dengan perkembangan dunia.
Sebentar mereka seolah tak butuh kita, orang tuanya. Mereka tidak suka dengan aturan apa pun yang kita berikan. Mereka mungkin akan mengatakan (sambil berteriak) bahwa mereka membenci kita, tidak mau melihat kita, dan tidak membalas WA atau telepon dari kita. Tapi sebentar kemudian, mereka akan meminta kita untuk menjemput mereka, akan mengirimkan pesan yang mengatakan mereka kangen, atau membujuk kita untuk membelikan sepatu bola terbaru.
Dengarkan saja keluh kesah mereka sambil selipkan bahwa fisik bukanlah segalanya. Ajar mereka untuk mencintai diri apa adanya, ingatkan mereka untuk lebih peduli dengan kesehatan dibanding kecantikan atau kadar kegantengan.
Ingat saja bahwa tidak semua keputusan yang buruk berakibat fatal. Jika memang tidak membahayakan diri mereka dan orang lain, biarkan saja mereka merasakan dampak dari mengambil keputusan yang salah. Remember, the teenager who never makes any mistakes will grow into the adult who never takes chances.
Apalagi kedua anak saya adalah anak laki-laki yang nafsu makannya luar biasa. Maklumi saja dan segera isi ulang lemari penyimpanan makanan :D.
Duh, lupakan sudah ajaran yang saya berikan sejak mereka SD. Akan ada masanya ketika memasuki usia remaja, mereka sulit meletakkan pakaian kotor di tempatnya, menyusun buku pelajaran dengan rapih atau membiarkan lemari pakaian enak dilihat. Yang kita lihat adalah kamar tidur yang penuh dengan baju, selimut, buku-buku serta kaos kaki.
Kalau dulu yang kita urus adalah anak susah makan, maka sekarang kita akan memastikan bahwa anak kita tidak bau badan serta kita akan mengecek jadwal dokter kulit karena wajah si kakak yang mulai berjerawat parah.
Keinginan untuk lebih banyak meluangkan waktu dengan teman-temannya, sibuk mengikuti beragam kegiatan di sekolah atau di luar sekolah, tugas-tugas sekolah yang menumpuk membuat ajakan kita untuk jalan ke mall menjadi pilihan kesekian.
Ingat masa si kecil masih menyusu dan susah makan MPASI? Ingat ketika si kecil tantrum serta susah sekali diajarkan membaca serta berhitung? Ingat ketika mereka seriiiing sekali bertanya ke kita? Ya, masa-masa itu telah berlalu. Maka, masa remaja mereka pun juga akan berlalu.
Jadi nikmati saja, karena ini adalah tahapan yang memang harus kita lalui sebagai orang tua.