Mainan Bisa Jadi Sarang Penyakit, Sudahkah Dibersihkan?

Activity & Destination

RachelKaloh・30 Sep 2019

detail-thumb

Paham betul, kan, risiko kuman berpindah tempat dari mainan, ke tubuh anak?

Gara-gara dapat notifikasi newsletter (langganan) dari New York Times Parenting, yang isinya cukup mencolek, yaitu mengingatkan kita untuk menjaga kebersihan mainan, terutama mainan si kecil.

20 Pertanyaan, yang Bisa Mommies Ajukan untuk Anak Toddler - Mommies Daily

Kebetulan anak saya sudah masuk tahap ke mana-mana ada aja yang dibawa-bawa, entah si Owl, Teddy Bear, Panda, Kelinci, sampai pajangan Stormtrooper milik ayahnya. Sehari-hari, keberadaan si boneka bisa dibilang sangat random. Kadang dikekep, dicium-cium, digigit, lalu kemudian singgah di boksnya, terkapar di lantai, di bawah kasur, sampai akhir-akhir ini sering banget ikut mandi.

Saking “sibuk”nya saya ngurusin hal lain, saya menganggap bahwa membersihkan bonekanya bukanlah hal penting untuk dilakukan, padahal… anak saya bisa terancam berbagai penyakit akibat kelalaian saya.

Sebelumnya, saya mau tanya, seberapa sering Mommies mencuci mainan si kecil? Biasanya hal ini tergantung dari bahan mainannya, bener nggak?

Mainan yang bahannya plastik cenderung lebih sering dicuci, karena lebih mudah kering. Kadang, dilap pakai tisu basah juga bisa bersih sekejap. Beberapa hari lalu, saya kembali memanggil pasukan pembasmi debu dan tungau untuk melakukan pembersihan rutin kasur dan lemari di kamar.

Thanks to them, debu yang nempel di rak dinding yang isinya koleksi Star Wars si ayah pun sekejap langsung hilang. Itu baru debu di raknya, belum di mainannya, termasuk si Stromtrooper kesayangan anak saya. Ya sudahlah, daripada ribet ngelapin satu-satu, mandiin aja semuanya sekaligus, lalu dijemur.

Bagaimana dengan boneka kain? Sekarang ini memang sudah makin banyak jasa pencuci mainan anak dan boneka. Yang nggak mau ribet, antar saja ke laundry terdekat. Tapi, namanya dicuciin orang lain, risiko rusak pasti ada. Masalahnya, bukan di harga si boneka, tapi lebih nggak bisa bayangin ekspresi anak kalau lihat si Panda matanya tinggal sebelah. Jadi, saya pilih untuk memandikan si Owl and the gang sendiri. Nggak memakan waktu lama, kok, cukup direndam saja di ember, tuang detergen, pelembut dan pewangi secukupnya, tinggalkan sebentar, lalu bilas dan jemur.

Kemudian, ada squeaky toys yang berbahan karet. Masih ingat, nggak, beberapa waktu lalu, sempat ada kasus ditemukan adanya jamur pada teether jerapah yang selama ini dianggap sebagai mainan favorit bayi. Alkisah ada seorang ibu yang menemukan bau tidak sedap yang berasal dari lubang teether. Karena penasaran dengan bau yang timbul, ia pun membelah teether untuk melihat ada apa di dalamnya.

Cukup menjijikan karena ternyata lumut yang hitam pekat sudah memenuhi hampir semua bagian dalam si jerapah, yikes! Kebayang, nggak kalau itu setiap hari dihisap sama anak? Memang, mainan berbahan karet perlu dibersihkan lebih ekstra, karena memiliki rongga, tempat udara keluar masuk. Tidak ada salahnya untuk lebih jeli memilih mainan. Apabila ada bagian-bagian tertentu yang sulit dibersihkan, lebih baik urungkan niat untuk membeli. Demi keselamatan anak!

Di usia 12-36 bulan, anak memang sedang nempel-nempelnya sama boneka, ia hanya mengerti kalau boneka itu adalah temannya bermain, dari bangun pagi sampai tidur lagi. Ia bisa terlihat seposesif itu sama bonekanya, habis dicium, digigit, lalu diseret-seret, kemudian dimutilasi pakai sepatu. Tentunya, hanya kita, orangtuanya yang paham betul risiko kuman berpindah tempat, yakni dari boneka, ke tubuh anak.

Kita nggak bisa memutus hubungan anak dengan kecintaannya tersebut: kotor sedikit, dibuang, karena pada dasarnya, mainan dan boneka memiliki peran istimewa bagi anak. Seorang psikolog dan dokter anak, Donald Winnicott, mengistilahkan boneka sebagai “objek transisi”. Kecintaan anak terhadap objek transisi tersebut perlu kita hargai, karena bonekanyalah yang membantu anak belajar menjadi pribadi yang independen.

Jadi, pastikan untuk lebih rajin lagi membersihkan bonekanya, ya!