banner-detik
PARENTING & KIDS

Ketika Anak Terlalu Ambisius, Orangtua Harus Bersikap Seperti Apa?

author

?author?09 Sep 2019

Ketika Anak Terlalu Ambisius, Orangtua Harus Bersikap Seperti Apa?

Di satu sisi, anak ambisius bisa membawanya mencapai satu target, tapi yang butuh dapat perhatian khusus adalah mengelola harapannya agar tak berakhir dirundung kecewa berlebihan saat menerima kekalahan.

Ketika si Kecil Terlalu Ambisius  - Mommies Daily

Ide artikel ini muncul ditengah obrolan saya dengan Bani E Wicaksono Head of HR & GA, Female Daily Network. Bani (30) dan Ferika (30) istrinya menemukan anaknya Elora (5), memiliki bakat sifat ambisius. Terlihat dari reaksi Elora ketika kalah dalam suatu perlombaan – “cranky, nangis, bete, sampai dia nanya kenapa dia kalah,” kata Bani. Ferika menambahkan “Elora pernah ikut lomba mewarnai di mall, waktu usianya hampir 4 tahun. Lawannya besar-besar di atas 5 tahun, dia kalah dan ketika mereka dapat piala, Elora mulai rewel dan dikasih pengertian, nggak apa-apa kalah dan mereka lebih besar usianya. Tapi tetap ngambek, akhirnya kami kasih reward supaya dia senang.”

Baca juga: 

Perlukah Anak Mengenal Kompetisi Sejak Dini?

Mbak Binky Paramitha Iskandar, Co-Founder Rumah Dandelion mengingatkan sifat ambisius ini, mempunyai dua sisi. “Sifat ambisius itu, dalam praktiknya berarti memiliki keinginan untuk berhasil, maju, sesuatu yang ingin dicapai, makanya anak ini berusaha semampunya dia, itu kan hal-hal yang positif. Tapi ketika itu menjadi berlebihan, pada kasus orang dewasa misalnya, dia mengincar posisi tertentu, yang akhirnya membuat dia menghalalkan segala cara.”

Hal positif yang dirasakan oleh Bani dan Ferika, Elora termasuk anak yang tidak ragu dengan pilihannya, punya kepercayaan diri yang kuat, dan yang diidam-idamkan sebagian orangtua lainya saat saya membaca jawaban Bani dan Ferika adalah “kami tidak pernah merasakan repot meninggalkan anak di sekolah, adaptasinya termasuk cepat.”

Pekerjaan rumah bagi orangtua yang punya anak ambisius adalah mengarahkan cara-cara anak meraih target-targetnya ini. Kata Mbak Binky, “diarahkan agar menjalani cara yang wajar. Apalagi anak usia 5 tahun, seperti Elora, masih banyak belajar, dan lingkungan sosialnya sangat berpengaruh terhadap apa yang membentuk dia saat itu dan ke depannya.”

Yang Bani dan Ferika lakukan adalah mengingatkan kalah menang itu tergantung dari usaha kita, yang penting anaknya bahagia melakukannya, tidak ada beban. “Banyak yang lebih pintar lebih jago, dan lebih sabar dari elora,” Bani menambahkan.

Dari contoh kasus di atas, rasa kecewa pasti dirasakan Elora. Tapi bukan berarti hal ini tidak bisa dikelola. Mengeloa harapan dari awal juga penting dilakukan orangtua kata Binky, “kalau bicara rasa kecewa ketika tidak menang lomba, sangat berkaitan dengan nilai-nilai yang dianut oleh orangtua si anak. Jika orangtua dan keluarga mengapresiasi pentingnya menjalani proses, maka hasilnya akhirnya akan menjadi bonus. Tapi sebaliknya, jika yang diapresiasi hanya hasilnya, anak jadinya kurang menghargai proses.”

Contoh-contoh kalimat “mantra” yang bisa membantu mommies mengapresiasi proses dari Mbak Binky adalah, “kamu bisa belajar banyak dari teman-teman kamu” “mama papa tahu kamu berusaha sebaik mungkin,” dan lain-lain.

“Kalau nilai-nilai seperti ini sudah ditanamkan dari kecil, maka akan terbawa sampai dewasa. Bagaimana ia memandang sebuah kompetisi dalam konteks apapun. Lebih menghargai proses, tidak sekadar melihat hasil akhirnya,” jelas Mbak Binky.

Sebagai orangtua yang mempunyai anak dengan bibit-bibit ambisius, Bani dan Ferika, memberikan pesan kepada mommies di luar sana yang sifat anaknya mirip dengan Elora. “Keep it going aja, karena menurut saya anak punya tipe yang berbeda-beda dan unik. Selalu kasih tahu kalau menang itu bukan segalanya dan kalah pun nggk harus sampai segitunya. Yang penting anak tahu kalau apa yang dia lakukan itu buat dirinya happy. Dan kami berlakukan, selalu mengingatkan ke arah, anak ini harus bisa bersyukur sama apa yang dia bisa lakukan sekarang, contohnya belum tentu anak-anak lain bisa dapat kesempatan sama ikutan beberapa lomba, seperti yang Elora pernah alami.”

Baca juga:

5 Tanda Anak Kita Terlalu Kompetitif

-

Adakah yang di antara mommies punya kasus serupa seperti yang Bani dan Ferika alami? Semoga kiat-kiat dari pasutri dan Mbak Binky yang kami rangkum ini bisa berguna, ya.

 

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan