Sorry, we couldn't find any article matching ''
Jangan Katakan Ini Kepada Anak Korban Bullying
Ketika anak menjadi korban bullying, ada kalimat-kalimat yang sebaiknya kita hindari untuk dikatakan.
Saat anak yang kita sayang menjadi korban perundungan atau bullying, tentu saja reaksi yang sangat wajar untuk marah dan sedih. Namun tak jarang, ada juga orangtua yang mungkin dengan niat baik mau membuat anak tak patah semangat, mengajarkan anak untuk tangguh dan nggak gampang merasa tertindas, mencoba menciptakan kesan bahwa bullying bukanlah sesuatu yang perlu dibesar-besarkan.
Padahal seperti yang kita semua tahu, korban bullying bisa jadi berakhir dengan mental health issues seperti depresi, anxiety, rendahnya rasa percaya diri hingga physical health issues semacam sakit kepala terus menerus, masalah perut hingga gangguan tidur dan pola makan. Belum lagi bicara mengenai prestasi akademis yang menurun.
Berikut beberapa kalimat yang baiknya kita hindari untuk diucapkan ke anak korban bullying:
1. Udah abaikan saja/ Udah cuekin ajalah
Berharap kasus per-bully-an ini akan menghilang begitu saja bisa dibilang semacam khayalan belaka ya. Ini malah mengajarkan si pembully bahwa tindakannya itu tidak salah plus menunjukkan bahwa kita kurang peduli dengan apa yang dirasakan oleh anak kita yang menjadi korban. Anak akan merasa diabaikan, dikucilkan dan merasa sendirian menghadapi masalahnya.
Menurut Parenting Expert, Barbara Coloroso di huffpost.com “It’s okay untuk mendorong anak mencari solusi meminimalkan kontak dengan para pembully, tapi itu bukanlah long term solution. To avoid is hard, to ignore is almost impossible.” Ketika kita menyarankan anak untuk mengabaikan orang-orang yang menyerang dan mengejeknya, maka anak akan berpikir bahwa dia memang layak menjadi target!
2. Jangan cemen ah, yang kuat dong jadi manusia
Biasanya ini dilakukan oleh orangtua dari anak laki-laki yang kerap menuntut anak laki-laki untuk menekan rasa takut, jangan menunjukkan rasa lemah, tidak mengizinkan anak untuk menangis dan sebagainya. Tanpa kita sadar, kita membentuk pola pikir yang salah di dalam kepala anak laki-laki kita dan ujung-ujungnya bisa membuat anak mengalami anxiety bahkan depresi.
3. Kamunya terlalu drama kali
Biasanya sih kalimat semacam ini paling sering dilontarkan ke anak perempuan yang seringkali dianggap sosok penuh drama. Ketika kalimat ini kita lontarkan, nggak menutup kemungkinan di kemudian hari saat anak mendapat masalah lagi, dia memutuskan menyimpannya sendiri karena tak ingin dianggap lemah atau lebay. Coba sadari, ketika hal yang kita anggap sekadar drama ternyata membuat seorang anak ingin mengakhiri hidupnya?
4. Coba kamu belajar menangani masalah ini sendiri
Paham kok bahwa mungkin kita ingin anak kita tumbuh menjadi pribadi yang tangguh dan mandiri. Tapi pahami, bahwa ketika anak sudah datang ke kita meminta bantuan, ya itu tandanya memang dia butuh bantuan kita. Apa dipikir anak kita mau menjadi korban bullying? Anak kita butuh bantuan kita sekarang juga, bukan tough love! They need help to stop something they can’t on their own.”
5. Udahlah, namanya juga anak-anak seumur gitu ya memang seperti itu
Jangan mentang-mentang usia anak-anak memang perkembangan otaknya belum sempurna, atau memang usia anak-anak masih lebih didominasi emosi, bukan berarti kita hanya diam, menerima begitu saja dan menganggap itu normal di tatanan masyarakat. Masyarakat yang mana? Yang jelas bukan di lingkup masyarakat saya.
Jadi apa yang sebaiknya kita katakan sebagai orangtua?
1. Ini bukan salah kamu
Pastikan bahwa anak paham ketika dia menjadi target bullying, itu sama sekali bukan kesalahan dia.
2. Mari kita cerita ke pihak sekolah
Jika bullying terjadi di area sekolah atau dilakukan oleh teman sekolah, maka ajak anak untuk menceritakan kronologi kejadian ke pihak sekolah. Pihak sekolah di sini bisa saja guru atau kepala sekolah.
3. Kamu tidak akan menghadapi ini sendiri
Biarkan anak memahami dan merasakan ada banyak orang yang mendukung dan menjaganya. Mulai dari orangtua, saudara, teman, guru, dan banyak orang di luar sana yang siap membantu.
4. Tidak ada salahnya berbagi cerita dengan teman-teman
Ajak anak untuk berbagi cerita ke teman-teman dekatnya. Karena selain membuat anak merasa memiliki teman seperjuangan, kisah atau pengalaman yang dirasakan oleh anak kita bisa menjadi pelajaran berharga juga untuk anak-anak lain. Dan bisa jadi teman-temannya akan memberikan masukan-masukan lain yang berharga yang selama ini tak pernah terpikirkan di kepala kita sebagai orang dewasa.
5. Ini pasti membuat kamu sangat tidak nyaman, apa yang bisa mama/ayah bantu?
Dengan menunjukkan empati dan menciptakan percakapan serta tanya jawab, ini membuat anak merasa tenang dan nyaman. Anak tahu bahwa ada orang lain yang sangat memahami apa yang dia rasakan. Dan bertanya apa yang bisa kita bantu, membuat anak menjadi lebih mudah melewati ini semua.
Mari kita didik anak-anak kita untuk tidak menjadi pembully :).
Share Article
COMMENTS