Jangan abai ketika kita punya feeling bahwa ada yang salah dengan anak. Bukan berarti parno, tapi lebih kepada waspada aja daripada semuanya malah terlambat dan susah ditangani.
Bukan, bukan berarti parno setiap kali kita melihat si anak belum bisa begini, belum bisa begitu, lalu membanding-bandingkannya dengan anak lain. Feeling ini lain, ketika saya mencurigai ada ‘sesuatu’ pada anak saya yang ke-dua di ulang tahunnya yang ke-3. Mungkin bisa dikatakan insting, ya.
Ketika kita sudah punya feeling itu, mudah sebenarnya untuk menentukan tumbuh kembang anak kita sampai di mana. Nggak perlu banding-bandingin dengan anak lain, cukup berpanduan pada grafik tumbuh kembang yang sudah ada di website resmi IDAI. Nggak sesuai sama nilai rata-rata tumbuh kembang di growth chart? Sudah waktunya memikirkan untuk konsul ke dokter atau psikolog.
“Ah emang anak gue kecil, tapi tetap lincah, kok.” “Biar ajalah nggak suka makan, yang penting tetap aktif.” “Nanti juga ngomong sendiri, kok, kakak gue dulu umur 5 tahun baru bisa ngomong.” Inilah yang paling bahaya. Kenapa? Karena ditakutkan pertolongannya bakal telat. Percayalah, denial itu lebih banyak ruginya. Langkah penanganan yang seharusnya dilakukan sedini mungkin malah terlambat dilakukan, sehingga gangguan tumbuh kembangnya semakin berat untuk ditangani. Walaupun nggak pernah ada kata terlambat.
Baca juga:
Jangan sibuk denial sebagai orangtua!
Walau saat terdeteksi memiliki kebutuhan khusus si anak baru berusia 2 atau 3 tahun, sudah harus serius dan berburu sekolah yang menerima ABK. Kenapa? Karena sekolah seperti itu biasanya punya kuota yang sedikit. Dan biasanya sekolah-sekolah tersebut hanya akan menerima ABK mulai dari TK hingga ke jenjang berikutnya. Jangan sampai kita masukkan anak ke TK biasa, tapi baru mencari SD yang menerima anak ABK. Sudah kalah duluan sama siswa TK yang mulai di yayasan yang sama.
Baca juga:
Daftar Sekolah Inklusi di Jabodetabek
Selalu ada saat-saat berat, frustasi, dan bikin hati sedih saat memiliki anak berkebutuhan khusus. Itu wajar saja, apalagi ketika melihat anak lain yang tumbuh kembangnya sesuai growth chart bahkan melebihi. Sementara anak kita lambat sekali perkembangannya. Sedih boleh banget, down wajar, tapi jangan lama-lama. Karena anak butuh kita jadi orangtua yang suportif. Ketika kita sudah berkonsultasi dengan ahlinya dan diberikan penanganan yang tepat, percayalah, selama kita konsisten dan suportif, perkembangan anak berkebutuhan khusus pasti optimal.
Be the parent your child needs you to be. And begin to appreciate the whole child you have the honor of calling yours.