banner-detik
ENTREPRENEUR

Kiat Dilirik Investor Sebagai Wirausaha Sosial dari Stephanie Hermawan

author

?author?22 Aug 2019

Kiat Dilirik Investor Sebagai Wirausaha Sosial dari Stephanie Hermawan

Selain menghasilkan pundi-pundi rupiah, jenis pengusaha yang satu ini, juga menciptakan dampak sosial bagi para pekerjanya maupun lingkungan sekitar. Kami punya kiat, bagaimana sebagai wirausaha sosial dilirik investor.

Kiat Dilirik Investor Sebagai Wirasusaha Sosial dari Stephanie Hermawan - Mommies Daily

Ada yang sudah pernah dengar soal Wirausaha Sosial atau Social Entrepreneur? Kira-kira tiga tahun lalu, saya pernah mendengar gaung tren ini, dari hasil pemantauan saya belum terlalu banyak orang yang berani melabeli diri sebagai Wirausaha Sosial. Secara pribadi saya sangat tertarik, karena banyak aspek akan terasah di sini, analisa bisnis harus tajam, tapi juga peka melihat masalah sosial yang bisa diintervensi, dan akhirnya menghadirkan solusi kepada masyarakat.

Makanya begitu tahu ada kelas yang membahas soal “Building Business With Social Impact, bersama Helga Angelina pemilik Burgreens dan Stephanie Hermawan dari Impact Angel Investor dan Managing Director The Goldern Space Indonesia, di Wealth Wisdom 2019, persembahan Permata Bank, saya menyempatkan hadir di kelas mereka.

Wealth Wisdom Mindfully Wealthy in The 21st Century, yang digelar 14-15 Agustus di Ritz Carlton, Jakarta mengulas isu gaya hidup di era percepatan dengan tetap mengutamakan kualitas hidup yang lebih baik. Wealth Wisdom 2019 menghadirkan 39 kelas inspiraitf, dibagi dalam beberapa klasifikasi ( Great Mind, Creator Talk, Joy, Happiness, Mindful, dan Wealth).

Apa itu bisnis yang berdampak sosial?

Kiat Dilirik Investor Sebagai Wirasusaha Sosial dari Stephanie Hermawan - Mommies Daily

Secara definisi, “perusahaan sosial adalah organisasi yang menerapkan strategi komersial dengan tujuan memaksimalkan dampak sosial dan atau lingkungan yang positif, ini mungkin termasuk keuntungan bagi pemegang saham,” jelas Stephanie Hermawan, yang sekaligus menjadi  investor di Burgreens.

Dari pemaparan Stephanie, saya salut dengan insting bisnisnya tajam, tapi tetap mengedepankan unsur dampak sosial. Stephanie nggak mau asal menanamkan modalnya. Ada beberapa faktor yang bisa meyakinkan dirinya, nge-click dengan partner bisnisnya.

Pada saat melirik Burgreens, Stephanie mengakui ada kandidat lain. Hingga akhirnya, memilih Burgreens, pertama karena perusahaan ini punya multiple social impact, yaitu kesehatan, lingkungan dan sosial.

Dampak kesehatan

Latar belakang Helga Angelina merintis Burgreens karena masalah kesehatan dirinya selama belasan tahun, mengalami ashma, sinusitis, exim dan alergi terhadap 20 jenis makanan. Di usianya yang menginjak 15 tahun, ia dirawat karena ada kristal di ginjal dan masalah liver, penyebabnya, akumulasi mengonsumsi obat-obatan untuk berbagai penyakit yang ia derita.

Tak mau terus-terusan menjalankan hidup yang tergantung dengan obat, Helga melakukan riset, di antaranya membaca buku yang ditulis oleh dokter, dengan tema yang berkaitan dengan isu kesehatan yang ia alami.

Salah satu penemuannya dari dr. Hiromi Shinya, The Miracle of Enzyme, “ 85% orang yang sehat, itu 85% makanannya plant based. Yaitu buah-buahan, gandum, buah-buahan, kacang-kacangan dan biji-bijian. Jadi kalau orang yang dikatakan makan sehat, tidak hanya makan sayur-sayuran saja. Harus ada unsur lain, seperti protein dan lemak.

Di akhir tahun 2013, Bugreens berdiri, mengusung konsep mengedukasi masyarakat untuk makan sehat. Ia memulai masuk ke berbagai komunitas, untuk sharing ilmu seputar pentingnya makanan sehat untuk tubuh, gizi seimbang dan sebagainya.

Dampak lingkungan

Pada proses memproduksi makanan, Burgreens berusaha meminimalkan sampah. Contohnya, dari satu jenis bahan baku umbi, dari ujung ke ujungnya bisa diolah menjadi makanan. Lalu dari segi kemasan makanan, kalau mommies memesan lewat jasa ojek online, Burgreens menggunakan jenis plastik yang mudah diurai tanah.

Dampak sosial

Helga membeli pasokan sayuran yang pantas. Hingga para petani punya penghasilan layak setiap bulannya, 1,5 - 5 juta. Selain itu memberdayakan perempuan-perempuan yang secara pendidikan lulusan SMA & SMP, 50% pegawai Burgreens adalah perempuan.

Kedua, terlihat jelas dari dampak-dampak sosial yang muncul, faktor “kenapa” sebuah perusahaan  didirikan, menurut Stephanie sangat krusial. Kalau unsur “kenapa”-nya sudah jelas, hal ini jadi pondasi yang kuat, tak sekadar ikut-ikutan tren.

Ketiga dan yang terakhir, Stephanie juga melakukan pendekatan dengan Helga dan suaminya yang juga berperan sebagai Executive Chef Burgreens. Stephanie bilang, “mereka punya kemauan besar untuk belajar. Bukan tipe pengsuaha yang gagal, terus menyerah,” terbukti dari cerita Helga kepada peserta kelas hari itu, bangkit dari keterpurukan karena pernah ditipu pegawainya, menggelapkan uang perusahaan  500 juta rupiah.

-

Gimana-gimana? Ada yang mau mulai mendalami bisnis yang berdampak sosial ini?

Share Article

author

-

Panggil saya Thatha. I’m a mother of my son - Jordy. And the precious one for my spouse. Menjadi ibu dan isteri adalah komitmen terindah dan proses pembelajaran seumur hidup. Menjadi working mom adalah pilihan dan usaha atas asa yang membumbung tinggi. Menjadi jurnalis dan penulis adalah panggilan hati, saat deretan kata menjadi media doa.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan