Ditulis oleh: Febria Silaen
Sejak tahu kalau anak perempuan saya sudah mendapatkan haid, jujur saya jadi lebih cerewet soal menjaga kesehatan organ kewanitaannya.
Ya, bukan parno atau khawatir berlebihan sih. Tapi beberapa pengalaman dari orang tua yang sudah ada, sebaiknya sejak dini anak perempuan memang diajarkan untuk bisa menjaga kebersihan dan kesehatan organ kewanitaannya.
Tujuannya, tentu saja agar anak memiliki kebiasaan yang baik untuk bisa menjaga kesehatan diri sendiri. Selain itu kebiasaan menjaga kesehatan organ kewanitaan sejak dini berpengaruh besar pada kondisi kesehatan seksual anak perempuan ketika ia beranjak dewasa.
Baca juga:
8 Hal yang Diinginkan Anak Remaja Saya dari Mamanya
Jadi beberapa hal di bawah ini pun saya lakukan untuk anak perempuan saya yang sudah beranjak menjadi gadis kecil.
Pesan membawa celana ganti ini saya dapatkan dari seorang bapak lho! Jadi saya cerita, kok kadang saya suka melihat ada keputihan sedikit di celana anak saya dan Si Bapak itu pun cerita, perihal yang sama tentang kondisi anaknya yang sejak kelas dua SD sudah keputihan. Dari pengalaman Si Bapak itu, saya dianjurkan untuk menyelipkan celana dalam di tas sekolah anak. Menurutnya, aktivitas anak apalagi anak perempuan membuat kondisi organ intimnya mudah lembap. Ya karena keringat atau basah ketika pipis.
Jadi, karena nasihat itulah sejak anak saya mendapatkan haid untuk pertama kalinya setiap hari saya siapkan pouch isi celana dalam. Dan saya pesankan untuk mengganti celana dalam di istirahat kedua yaitu sekitar jam 12 karena anak saya pulang sekolah sore. Selain itu, saya juga mengingatkan untuk membawa bawahan jaga-jaga jika haid sedang banyak dan kejadian ‘nembus.’
Ini juga menjadi concern saya, karena namanya anak-anak apalagi kalau di sekolah maunya buru-buru main. Jadi ketika pipis mereka seringkali terburu-buru saat membersihkan. Jadi saya mulai ajarkan dia untuk tidak buru-buru ketika di toilet. Tunggu hingga pipis selesai baru bersihkan dengan cara dari depan ke belakang. Jelaskan bahwa hal ini bertujuan kuman di anus tidak terbawa ke vagina.
Ingatkan juga anak untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan organ intim dan ajarkan untuk selalu membersihkan area kewanitaan, baik selepas ia berkemih ataupun buang air besar. Dan jangan terburu-buru untuk memakai celana dalam, karena biasanya kondisi basah dan itu yang membuat organ intim semakin lembap. Ditambah lagi dengan keringat karena aktvitas di sekolah.
O ya dari Si Bapak itu juga saya dipesankan untuk memberitahu anak agar berhati-hati kalau menggunakan toilet umum. Sebaiknya tidak menggunakan air di ember, tapi pake shower atau air yang mengalir dari keran saat membersihkan organ intim.
Ini juga harus diberitahu, apalagi pengalaman haid pertama anak saya sempat tidak merasa nyaman ketika mau pipis karena ada pembalut. Untung saja, ketika anak saya haid, guru sekolah membantu untuk menjelaskan kepada anak saya soal tidak boleh menahan pipis. Ya, kadang kita saja orang dewasa suka malas ya kalau lagi haid untuk pipis. Apalagi anak-anak.
Selain menyelipkan celana dalam, saya juga siapkan stok pembalut. Ada dua yang sudah saya siapkan. Anak saya sempat bertanya, kenapa musti dua Saya jelaskan kadang ketika haid ada saatnya haid kita banyak, jadi memang harus sering ganti jika sudah penuh.
Ajarkan untuk mengganti pembalut setiap tiga jam sekali terlepas dari deras atau tidaknya darah haid yang ditampung oleh pembalut. Pembalut yang digunakan lebih dari 3 jam, merupakan ladang subur bagi bakteri dan kuman untuk berkembang biak.
Selain itu juga, dengan membawa dua stok pembalut bisa membantu teman yang mungkin mendapatkan haid pertamanya di sekolah atau tidak membawa pembalut cadangan ketika haid. Jadi, saya sudah siapkan pouch lucu sesuai pilihannya sebagai tempat untuk menyimpan celana dalam dan pembalut untuk ganti di sekolah.
Demikian pengalaman saya menghadapi anak yang pertama kali haid. Bagaimana dengan mommies lainnya?
Baca juga: