Sorry, we couldn't find any article matching ''
Begini Perbedaan Parenting 20 Tahun Lalu dan Sekarang
Kaum millennials kini telah jadi orangtua. Bagaimana mereka jadi orangtua anak-anak mereka yang jatuh di generasi Alpha dibanding generasi orangtua baby boomers mengurus millennials?
Dari pengalaman saya sih yang berubah secara aturan resmi saja sudah banyak ya. Ibu saya dulu mengikuti aturan WHO dengan MPASI saat bayi 4 bulan. Kini di Indonesia MPASI disarankan di 6 bulan.
Dulu anak perlu dibedong, diberi gurita, sarung tangan, dan selalu dibuat hangat. Sekarang anak diselimuti seperlunya saja, tidak selalu pakai topi apalagi sarung tangan karena dianggap menghambat pertumbuhan motorik.
Selain orangtua bergantung pada Google dan anak bergantung pada screen time sebagai alternatif bermain, bagaimana perbedaan signifikan antara parenting 20 tahun lalu dan sekarang?
Akses lebih mudah pada akademik anak
Semua dilaporkan via email atau website sekolah. Dulu, saya masih bisa membolos les dan tidak terjadi apa-apa. Sekarang, anak yang seharusnya les dan tidak muncul di tempat les, orangtuanya akan dapat notifikasi via sms mengapa anaknya tidak hadir. Talk about 24 hours kids surveillance.
Hampir semua orang punya group chat keluarga
Dari keluarga inti sampai keluarga besar yang namanya pun tak hapal semua. Demi kesehatan mental, ikutlah group keluarga yang tidak bikin sakit kepala ya. Grup keluarga menurut saya penting untuk bisa saling menyapa meski sedang berjauhan.
Cyberbullying merajalela
Bully tak lagi harus mendorong anak lain di kantin sekolah. Bully bisa berupa kata-kata kasar di media sosial, bahkan di area privat seperti direct message. Bekali anak dengan kemampuan cukup untuk selalu bilang pada kita tentang bullying.
(Baca: Waspada Trend Cyber Bullying pada Remaja)
Anak tak lagi main di luar selama dulu
Bukan hanya karena gadget tetapi juga karena kondisi yang tidak aman. Banyak orangtua yang memilih anaknya diam saja di rumah daripada di luar tanpa pengawasan. Kalau dulu kan anak SD saja boleh main ke luar sendiri entah keluyuran ke mana selama masih di sekitar kompleks. Sekarang? Takut diculik!
Terapi jadi sangat umum
Baik sebagai orangtua ataupun anak yang diterapi. Orangtua biasanya merasa butuh terapi untuk menyembuhkan luka masa lalu agar bisa mengasuh anak lebih baik lagi, sementara anak diterapi dengan berbagai alasan. Tapi ini hal baik karena berarti kesehatan mental mulai jadi perhatian.
(Baca: Narcissistic Personality Disorder pada Anak Ternyata Memerlukan Terapi)
Uang yang dikeluarkan jadi lebih banyak
Dulu punya anak tak perlu memikirkan uang. Anak hadir dengan rezekinya sendiri. Tapi sekarang ada hitungannya dan perhitungannya kadang sulit ahahaha. Sekolah bagus (yang biasanya mahal) jadi banyak pilihan sehingga orangtua tak mau memasukkan anak ke sekolah yang biasa saja. Belum lagi biaya daycare, car seat, stroller, hal-hal yang tidak dipakai 20 tahun lalu.
Single mom semakin banyak
Seiring dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan, perempuan menjadi tak segan menggugat suami yang KDRT atau selingkuh. Dua puluh tahun lalu, saya kenal banyak sekali orang yang bertahan dalam pernikahan tidak sehat hanya karena tak mau jadi janda. Sekarang, para single mom ini bisa membagi waktu dengan baik antara bekerja dan mengurus anak. Yo go, girl!
(Baca: Tips Keuangan untuk Single Mom)
Pesan makanan dan bukannya masak
Ini berkat peran teknologi juga. Kalau bisa pesan katering non msg dengan harga tak terlalu jauh dengan masak sendiri, mengapa harus masak, kan? Hahahaha.
Orangtua menjadi lebih tua
Orang menunggu sampai benar-benar siap untuk menikah dan punya anak sehingga kebanyakan teman saya kini menikah di usia di atas 25 tahun. Berbeda dengan 20 tahun lalu di mana pernikahan adalah sesuatu yang harus sesegera mungkin dilakukan.
Share Article
COMMENTS