Sorry, we couldn't find any article matching ''
Cari Sekolah Sesuai Keinginan Orangtua atau Sesuai Metode Belajar Anak?
Mencari tahu metode belajar untuk anak yang cocok, penting lho untuk menentukan sekolah seperti apa yang tepat.
“Saya, tuh, pengennya anak saya sekolah yang basisnya agama. Titik!”
“Kalau saya pengennya anak harus bisa paling tidak bahasa selain Indonesia. Jadi kudu bilingual school.”
“Ayahnya anak-anak, sih, yang penting sekolahnya mumpuni jadi nggak harus ada les-les tambahan.”
Begitulah kira-kira percakapan orangtua yang sedang sibuk mencari sekolah untuk anaknya. Maunya ibunya begini, maunya ayahnya begitu. Seringnya, kita (lupa) memerhatikan maunya si anak apa? Seringkali kita memutuskan bahwa sekolah A yang terbaik, padahal nyatanya belum tentu.
Belajar dari pengalaman anak pertama, saya memilih untuk mengonsultasikan gaya belajar anak saya yang kedua terlebih dahulu kepada psikolog, sebelum menentukan pilihan sekolahnya. Saran saya, lakukan sebelum masuk TK. Karena usia TK pun masih masuk usia emas anak.
Dari paparan mbak Irma Gustiana A,M.Psi, Psi, kita bisa tahu kalau gaya belajar anak itu dibagi menjadi 3 kategori.
Gaya belajar visual
Gaya belajar ini memanfaatkan fungsi penglihatan. Artinya, anak visual mengandalkan penglihatan atau melihat dulu buktinya baru dia bisa mengerti atau memercayainya. Biasanya anak visual punya kepekaan kuat terhadap warna dan cukup memahami masalah artistik. Tapi anak visual kebanyakan memiliki kesulitan dalam berkomunikasi, jadi dia bukanlah pendengar yang baik. Dan karena dia cenderung lebih memerhatikan sikap, gerakan, media gambar, ia kurang mampu mengingat informasi yang diberikan secara lisan. Biar pun terlihat pasif dalam kegiatan diskusi, anak visual rata-rata mampu duduk tenang di tengah situasi yang ramai.
Yang bisa dilakukan untuk mendukung gaya belajarnya:
Banyak stimulasi anak dengan gambar, chart, video, bentuk warna warni atau bentuk-bentuk yang menarik misalnya menggunakan spidol untuk meng-highlight kata-kata penting.
Gaya belajar auditori
Umumnya anak auditori mengandalkan pendengaran untuk bisa memahami dan mengingat sebuah informasi. Gaya belajar ini menjadikan alat pendengaran sebagai alat utama menyerap ilmu pengetahuan. Berbeda dengan anak visual, anak auditori sulit menyerap informasi dalam bentuk tulisan secara langsung dan biasanya agak lambat ketika belajar menulis serta membaca.
Anak auditori cenderung ceriwis, senang berdiskusi dan berkomunikasi dengan lingkungannya. Namun, ia kurang tertarik dengan hal-hal baru di lingkungannya, pengumuman yang tertempel di depan pintu kelas, dan sejenisnya.
Yang bisa dilakukan untuk mendukung gaya belajarnya:
Dalam belajar guru dan orangtua seharusnya bisa mengajak anak untuk melakukan aktivitas Read-A-Loud atau membaca dengan bersuara cukup lantang. Hal ini dilakukan agar anak mendengarkan kembali apa yg telah diucapkan. Selain itu metode hafalan dengan irama atau lagu tertentu juga akan lebih mudah membantu anak auditori untuk mengingat informasi.
Gaya belajar kinestetik
Anak yang terlahir dengan gaya belajar kinestetik biasanya wajib menyentuh sesuatu terlebih dahulu dalam menyerap informasi. Mereka cenderung menempatkan tangan sebagai alat penyerap informasi. Tanda yang paling khas dari anak kinestetik adalah selalu menyentuh segala sesuatu yang dijumpainya termasuk ketika belajar di kelas. Ia selalu ingin bergerak, dan sangat anti duduk manis. Sebagai anak kinestetik, ia lebih suka menggunakan objek nyata sebagai alat bantu belajar, dan sulit memahami hal-hal yang bersifat abstrak seperti peta, atau simbol. Pelajaran favoritnya: praktikum dan aktivitas fisik.
Yang bisa dilakukan untuk mendukung gaya belajarnya:
Mbak Irma memaparkan, untuk anak kinestetik, seringkali kita perlu mengajak anak bergerak dan meniru gerakan agar ia dapat mengingat informasi yang disampaikan, atau bahkan dalam mempelajari sesuatu yang baru.
Nah, dalam hal pencarian sekolah, menurut mbak Irma jika memang ada sekolah yang mengelompokkan jadi satu setiap tipe gaya belajar, akan lebih menguntungkan anak dalam menerima materi pelajaran. Sementara jika tidak ada, ada baiknya mencari sekolah dengan guru-guru yang terbuka dan mampu memahami adanya perbedaan gaya belajar anak, agar ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru memberikan metode yang variatif atau gabungan antara 3 gaya belajar tersebut.
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS