Sudah beli sedotan stainless steel demi mengurangi sampah sedotan plastik? Sekadar ikut tren atau sudah tahu dampak lingkungannya?
Iya betul, saya setuju kalau mengurangi sampah plastik itu benar-benar perlu. Tapi tulisan ini ter-trigger karena sudah beberapa minggu ini melihat orang yang sudah beli sedotan stainless steel eh lalu beli pula yang bambu dan silikon dengan berbagai alasan.
Jadi tambah yakin kalau sebetulnya mereka tidak 100% paham tentang dampak lingkungan dari sedotan berbagai macam bahan ini. Wow, saya terdengar seperti social justice warrior ya ahahahaha.
Sedotan ini pertama kali muncul setelah gerakan #NoStrawMovement pertengahan tahun 2018 lalu. Katanya, sedotan plastik sekali pakai yang kita pakai sehari-hari sejak dulu itu menjadi sampah sehingga dibutuhkan sedotan stainless steel yang bisa dipakai berkali-kali sehingga lebih ramah lingkungan.
Faktanya, sedotan stainless juga tidak ramah lingkungan lho karena dalam pembuatannya mengeluarkan energi dan emisi CO2 yang sangat banyak dibanding dengan sedotan berbahan lain.
(Baca: Let’s Zero Waste, 5 Cara Kurangi Sampah Rumah Tangga)
Meski memang sebetulnya sulit ya menemukan sesuatu yang benar-benar ramah lingkungan untuk produk seperti sedotan. Namun minimal, mommies paham pada dampak lingkungan sedotan stainless dan plastik.
“Stainless steel dibuat dari biji besi dan padahal tambang biji besi ini non renewable, nggak bisa diperbarui. Di mana kalau kita pakai sedotan stainless, (sedotan) ini harus dipakai 250 kali supaya surpass, melewati dampak lingkungannya. Jadi kalau temen-temen, beli sedotan stainless terus besoknya ilang, nah itu nggak lebih baik dibanding plastik dan itu berlaku untuk barang lain, makanya nggak semua barang zero waste harus dibeli,” demikian tutur Dwi Sasetyaningtyas, founder blog seputar zero waste Sustaination saat wawancara dengan Mommies Daily.
Jadi kalau mau pilih yang terbaik sih tidak pakai sedotan sama sekali ya moms. Karena sedotan kan sebetulnya masalah kebiasaan saja, tidak pakai sedotan juga bisa tetap bisa minum kok. :)
Tas belanja juga punya dampak lingkungan yang sama lho. Kalau satu tas belanja hanya digunakan 52 kali, dampak lingkungannya lebih besar dibanding plastik sekali pakai. (Sumber)
Itu sebabnya, usaha mengurangi sampah ini tidak bisa hanya berhenti di tren saja karena sebetulnya yang terbaik adalah tidak memakai barang baru dan memakai barang yang sudah ada di rumah. Juga tidak membeli barang baru selama yang ada masih bisa dipakai.
Selama bisa pakai yang di rumah maka pakai, selama bisa beli bekas maka beli bekas. Kalau tidak membeli sama sekali itu lebih baik lagi karena jumlah barang yang kita beli, suatu hari nanti berpotensi menjadi sampah. Minimalism has a huge part in zero waste lifestyle!