Tanggal 2 Mei 2017, jadi hari tak terlupakan untuk Dwi Yulianti dan keluarga kecilnya. Suami tercinta berpulang ke pangkuan-Nya. Meninggalkan dirinya, dan tiga buah hati mereka. Alm Dery, diketahui terlambat didiagnosa malaria, mengakibatkan parasit malaria sudah menyerang organ-organ vital alm.
Sosok Dery Irawan (40) di mata keluarga, adalah seorang ayah pekerja keras, dan yang paling dominan alm sangat humoris. Setiap kesempatan berkumpul keluarga besar, lelucon yang ia sampaikan pasti mengundang tawa. Mulai dari suara-suara unik yang ia coba tirukan untuk tiga buah hatinya Alif (15), Nayla (10) dan Rangga (4) hingga bahan candaan khas orang dewasa. FYI, alm Dery adalah adik dari abang ipar saya. Meski jarang bertemu, untuk saya pribadi, sosok Alm Dery selalu menyenangkan untuk dikenang, karena punya seribu satu macam cara mencairkan suasana.
Sampai ketika datang kabar, beliau sedang berjuang melawan sakit, yang awalnya didiagnosa DBD, namun ternyata, diagnosa akhir mengatakan lain. Almarhum sedang melawan malaria stadium 4. Parasit malaria sudah menjalar ke hati, lambung, dan otaknya.
Mbak Dwi Yulianti (39), atau akrab disapa Yuli, istri alm menuturkan kepada Mommies Daily, bahwa Alm Dery selama dua minggu sedang ada proyek pekerjaan di Lampung. Alm pergi tanggal 4 April 2017, namun minta disusul Mbak Yuli karena sudah merasa tidak enak badan, di 22 April. Tanggal 23, mereka memutuskan untuk pulang, saat itu gejala yang alm rasakan, masih berkisar demam dan sakit kepala biasa.
Di hari kedua dirawat di rumah, kira-kira jam 3 dini hari, Alm tiba-tiba merasakan sakit yang hebat di kelapa, masih disertai demam. Mbak Yuli langsung membawa alm ke IGD RS di bilangan Pamulang. RS yang paling dekat dengan rumah mereka. Mbak Yuli sudah menyampaikan dengan jelas, bahwa alm baru saja pulang dari Lampung. Malam itu juga, Alm dirawat dengan diagnosa awal DBD, sesuai dengan pemeriksaan hasil lab trombositnya yang menurun. Demam alm bertahan di suhu 38-39 derajat, disertai sakit kepala, nyeri perut, menggigil dan mual.
Di hari ke-3 dirawat, Alm Dery menunjukkan perubahan berarti. “Alm sudah bisa bangun, bisa ke toilet sendiri, sebelumnya harus selalu saya antar, dan trombosit juga ada peningkatan,” jelas Mbak Yuli tentang secercah harapannya kala itu. Namun ternyata, justru Alm Dery sedang mengalami masa kritis.
“Dihari ke-4 alm mengalami drop, berupa sesak napas sampai harus dibantu oksigen. Pada hari ke-5 dokter baru menyarankan cek malaria, karena saya kembali menyampaikan ke dokter tolong dicek malaria, karena suami saya baru saja pulang dari Lampung. Lalu dokter mengambil sample darah dan hari itu juga alm masuk ICU. Sebelum masuk ICU, trombosit alm sudah sangat rendah, yaitu 5.000. Sampai harus transfusi darah dan transfusi sel darah putih. Nah, hasil laboratorium menunjukkan alm positif malaria stadium 4 (saya lupa istilah medisnya). Artinya, parasit sudah menyerang organ-organ vital, seperti hati, lambung bahkan sampai ke otak,” papar Mbak Yuli, yang kini menjalankan peran ganda, sebagai ibu dan ayah untuk tiga buah hatinya, Alif (15), Nayla (10) dan Rangga (4).
Di hari yang sama, dokter merujuk pasien ke Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, di Jakarta Utara. RS tersebut, mempunyai spesialisasi merawat pasien-pasien yang terjangkit berbagai penyakit infeksi.
Alm sampai sekitar pukul 20.30, menurut Mbak Yuli pada saat itu tingkat kesadarannya sudah sangat lemah dan segera dilakukan tindakan. “Tapi Allah berkehendak lain, pada pukul 23.30 alm menghembuskan napas yang terakhir dan meninggalkan kami semua.”
Mbak Yuli bilang, sebagian keluarga ada yang menyarankan untuk minta pertanggungjawaban dari RS di bilangan Pamulang, yang sebelumnya merawat alm, karena telat mendiagnosa. Namun, Mbak Yuli memilih menolak, karena sekeras apapun usahanya menuntut pihak RS, tidak bisa mengembalikan suami tercinta. Mbak Yuli ikhlas dengan apa yang sudah terjadi pada keluarganya.
Setelah melalui hari-hari terakhir dengan alm, Mbak Yuli mengaku banyak sekali mendapatkan hikmah. “Saya tidak mau menyepelekan penyakit sekecil apapun, terutama pada anak-anak saya, bahkan waktu seminggu setelah alm meninggal, anak saya yang nomor dua sakit demam tinggi dan lemas banget badannya. Mungkin karena paranoid, saya langsung tes laboratorium lengkap, sampai saya minta ke dokternya untuk cek malaria dan hasilnya Alhamdulillah negatif.”
Mbak Yuli sebisa mungkin mengedukasi, ke teman-teman, kerabat dan keluarga yang bekerja di kota-kota terpencil. Terutama di daerah endemik malaria, untuk selalu waspada. Wajib membentengi diri dengan suntik malaria, atau minum obat anti malaria, didahului konsultasi dahulu dengan dokter. “Saya tidak mau kejadian yang saya alami ini, terjadi pada orang lain. Hikmah lainnya, saya berusaha untuk tidak menyesali apapun yang terjadi dalam hidup saya, saya percaya semua sudah kehendak-Nya.”
“Sayangi suami, sayangi keluarga selagi masih bersama. Karena waktu tidak akan terulang, dan yang sudah pergi tidak akan pernah kembali. Selalu peka akan penyakit dan diagnosa dokter, kalau tidak yakin dengan penjelasan satu dokter, coba second opinion dari dokter yg lain. Semoga sharing dari saya membantu para mommies di luar sana,” tutup Mbak Yuli mengakhir obrolan kami.
Terima kasih Mbak Yuli, bersedia berbagi cerita dengan Mommies Daily.