Ditulis oleh: Febria Silaen
Sebelum memasukkan si kecil ke sekolah Montessori, berikut informasi penting yang perlu mommies pahami.
Suatu hari, ketika kumpul keluarga, tiba-tiba adik saya bilang ingin memasukkan anaknya ke sekolah dengan metode Montessori. Selangkah lebih maju dari adik saya, beberapa teman saya yang punya anak batita dan balita, sudah mendaftarkan anaknya ke sekolah yang berbasis Montessori.
Tentu ada banyak alasan kenapa sekolah Montessori mencuri perhartian para mommies. Apalagi tantangan ibu generasi millennial dan generasi Y, sepertinya membuat sekolah ini menjadi incaran, karena mengajarkan dan melatih kemandirian anak.
Perkara memilih sekolah anak, bukan perkara mudah. Jangan hanya karena ikutan tren. Agar tidak sekadar ikut arus tren, sebelum mensurvei sekolah Montessori yang bakal jadi tempat belajar anak, simak kiat dari Dirra Soewondho, Kepala Sekolah & Pendiri Sekolah Montessori Taman Tumbuh.
Pertama, sempatkan browsing soal definisi dan filosofi Montessori itu apa? Kalau perlu, lihat di YouTube, sekolah Montessori di negara maju itu bentuk dan aktivitasnya seperti apa.
Kedua, usahakan langsung wawancara guru atau kepala sekolah.
“Apakah ini sekolah Montessori murni atau bukan? Kalau bukan, prinsip-prinsip apa saja yang dipertahankan, dan yang mana yang tidak dipakai?.”
Ketiga, Mommies dan anak harus trial dan lihat langsung bagaimana cara guru menangani anak dan berkomunikasi kepada seluruh anak. Di jam-jam yang memperlihatkan
Lalu tanyakan pada diri sendiri, apakah kita sebagai orangtua sudah merasa sreg dengan caranya? Tanyakan pada si kecil, apa dia merasa nyaman dengan lingkungan, teman sekelas dan gurunya?
Keempat, kalau semua kesan dan jawaban yang diterima adalah positif, ini tanda mommies dan anak siap untuk mendaftar masuk sekolah.
Hal penting lainnya, apakah di seluruh support system di rumah sanggup untuk mempraktikkan kembali metode Montessori di rumah? Ini yang menjadi PR dan tantangan, ketika anak masuk sekolah Montessori. Sebaiknya juga harus komitmen untuk melanjutkan dan menerapkan metode Montessori di rumah.
Jangan sampai anak memiliki dua metode berbeda, setengah hari Montessori setengah hari lain, tidak jelas konsepnya apa. Kasihan anak, apa yang ia pelajari di sekolah, hilang begitu saja sampai rumah.
Last but not least, menurut saya, sempatkan ngobrol dengan sesama mommies yang sudah lebih dulu, menyekolahkan anaknya di sekolah berbasis Montessori. Biasanya lewat obrolan seperti ini, banyak informasi berharga yang bisa digali.
Bagaimana mommies? Semoga penjelasan di atas memberikan pencerahan, dan membuat keputusan dengan mantap, tak hanya ikutan tren.