banner-detik
PARENTING & KIDS

Kalau Memang Sayang, Jangan Paksa Anak Melakukan 5 Hal Ini

author

annisast14 Apr 2019

Kalau Memang Sayang, Jangan Paksa Anak Melakukan 5 Hal Ini

Atas dasar sayang, orangtua biasanya merasa punya kekuatan untuk memaksa anak melakukan banyak hal.

Siapa yang senang dipaksa? Tak ada. Jangankan anak, kita saja yang sudah dewasa bisa kesal kan kalau terus menerus dipaksa.

Apalagi dipaksa tanpa diskusi sebelumnya. Ingat, anak juga manusia dan punya hak lho untuk menentukan hidupnya sendiri. Bahkan sejak balita.

memaksa anak - Mommies Daily

Iya, saya termasuk ibu yang selalu berdiskusi dengan anak sejak ia bisa diajak bicara. Karena kenapa tidak? Itu cara saya untuk menghargai dia sebagai individu dan melatihnya rasa tanggung jawab. Anak memang darah daging kita tapi ia bukan kita.

Jadi kalau memang sayang, menurut saya kita harus berhenti memaksa anak melakukan 5 hal ini:

Bersalaman dengan orang

Saya paling kesal pada orang yang memaksa anak untuk salim kemudian melabeli anak dengan “anak pinter mau salim” atau “kok nggak pinter sih nggak mau salim”.

SEBEL. Karena kenapa memang harus bersalaman? Itu bukan skill yang menentukan anak itu pintar atau tidak. Iya betul ini masalah sopan santun tapi saya yakin kok, tanpa dipaksa, kalau memang value lain yang diajarkan benar, ia akan mau juga bersalaman dengan orang lain di masa depan.

Untuk yang satu ini saya punya cerita. Teman sekolah anak saya selalu MAU bersalaman dengan siapapun dan tak pernah menolak. Sebabnya adalah, ayahnya SELALU juga bersalaman dengan semua orangtua!

Monkey see monkey do. Anaknya mau karena ayahnya selalu melakukan hal serupa. Bayangkan, setiap antar dan jemput ia menyalami orangtua lain satu per satu. Kalau kalian belum bisa melakukan itu, janganlah juga paksa anak untuk melakukan itu.

(Baca: Anak Hobi Mengeluh atau Komplain, Hentikan dengan Cara Ini)

Dicium

Maksa cium anak sendiri padahal anak nggak nyaman itu hampir setara bullying lho menurut saya. Anak merasa privasinya diabaikan dan pernahkan terpikir kalau dia juga mungkin melakukan itu pada orang lain?

Saya sih kepikiran banget jadi saya selalu izin dan bertanya dulu. “Cium?” atau “peluk?” kalau nggak mau ya udah patah hati tapi simpan saja sendiri hahaha. Karena rasanya sia-sia ya mengajarkan anggota tubuh yang pribadi tapi kita sendiri yang melanggarnya.

Tampil

Duh ini juga saya nggak sukaaaa. Sejujurnya karena saya waktu kecil sering disuruh tampil padahal dulu saya introvert banget. Saya nggak suka tampil di depan umum tapi ibu saya selalu maksa untuk tampil menari di acara 17-an lah, untuk ikutan acara ini itulah. Saya nggak suka dan saya masih ingat perasaan nggak suka itu sampai sekarang.

Niat ibu saya sih baik, biar saya jadi berani katanya. Tapi ya saya jadi berani sih, berani nolak untuk disuruh tampil hahahaha. Tiap anak kan beda-beda, kayanya keberanian bisa dipupuk dari hal lain deh, seperti main perosotan tinggi atau naik monkey bar. Tak perlu memaksa anak untuk tampil di depan umum.

Belajar

Yang satu ini sih saya percaya pada aliran mengajarkan tanggung jawab ahahaha. Kalau anak nggak suka belajar, tandanya ada yang salah dengan pendekatan kita. Sudah pernah cek gaya belajar anak?

Atau, justru kita kurang menekankan pentingnya tanggung jawab padanya sehingga ia menganggap belajar bukan suatu hal yang penting. Kalau ia sudah menganggapnya penting, kita tak perlu lagi memaksa anak untuk belajar.

Les tambahan

Daripada memaksa anak les yang tidak ia sukai, gimana kalau berdiskusi sejak awal apa saja yang ia suka dan baru dari situ cari tempat lesnya. Alasannya bisa berbagai macam, dari menambah skill sampai mengisi waktu luang.

Kalau dipaksa kan kasihan, malah berisiko membuang-buang uang kalau ia mogok di tengah jalan. Jangan lupa untuk membuat komitmen bersama anak, setiap ia memutuskan untuk ambil les ia harus mengikuti sampai selesai minimal 3 atau 6 bulan.

Memangnya kenapa sih kalau memaksa anak? Memaksa anak menurunkan rasa percaya diri dan self-esteemnya lho. Mereka juga jadi lebih sulit mengambil keputusan sendiri karena selalu diputuskan oleh orangtua.

(Baca juga: 9 Kalimat yang Menghancurkan Rasa Berharga Anak)

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan