Sorry, we couldn't find any article matching ''
Citra ‘Olevelove’ Ayu Mustika, Bankir yang Senang Berbagi tentang ASI dan Kehidupan Seksual Pasutri
Nama Citra Ayu Mustika dikenal setelah ia sering berbagi soal ASI dan menyusui di Instagram. Menyebut dirinya sebagai #tetegram (bukan selebgram), kini akun pribadinya @olevelove diikuti oleh lebih dari 75ribu pengikut.
Saya pertama kali bertemu Citra di acara Indonesia Maternity Baby and Kids Expo tahun 2017 lalu. Saat itu kami sama-sama menjadi pembicara seputar ASI dan ibu bekerja.
Bedanya, saya sudah berhenti menyusui sementara Citra baru melahirkan sehingga ia masih membawa cooler bag dan pumping di sela-sela acara. Mengingatkan saya pada diri sendiri saat pumping, yang juga seambisius itu ahahaha.
Setelah melahirkan anak kedua, bankir berusia 28 tahun itu mengambil sertifikasi konselor ASI namun ia justru tak lagi hanya sharing seputar ASI. Ia mulai bercerita tentang kehidupan seksual pasutri pasca memiliki anak. Tak disangka, yang curhat banyak! Yang belum pernah merasakan orgasame sepanjang bertahun-tahun pernikahan pun tak terhitung banyaknya.
Citra kemudian membuat hashtag baru #teronglyf yang bercerita seputar hal tersebut. Sempat dimaki-maki karena dianggap vulgar, ibu dari Zaida (21 bulan) dan Fayza (6 bulan) ini tetap tak gentar.
Simak perbincangan saya bersama Citra berikut ini:
Gimana awalnya sampai kepikiran untuk sharing soal ASI di IG?
Berangkat dari pengalaman pahit di awal menyusui karena merasakan drama pasca lahiran anak pertama. Nggak ngerti soal ASI karena kirain nyusuin itu tinggal nemplokin nenen ke mulut bayik. Terus malah gagal nyusuin —> walhasil anak dehidrasi —> kena kuning pula —> masuk perina —> dikasih sufor —> kejar-kejaran pumping dan kirim ASIP pake ojek online ke RS. Semua itu bikin eke patah hati, baby blues iya, menyesal iya, hati hancur lebur, dan hal-hal traumatis lainnya.
Sekalinya googling tentang “menyusui bagi ibu pekerja”, infonya minim banget. Pada saat itu yang keluar cuma tulisannya jeng @annisast doang loh yang manajemen ASIP itu. Info seminar-seminar banyak tapi gue sadar nggak semua ibu sanggup unttk ikut seminar. Entah itu karena kendala biaya, kendala jarak, dan kendala-kendala lainnya.
Insting keibuan gue pun jalan. Nggak kepengen buibu lain merasakan apa yang gue rasakan. Cukup gue ajalah yang merasakan kepahitan ituhhh.
Akhirnya mulailah bikin tulisan sharing ASI di IG dengan harapan bisa dibaca dan dipahami oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Sehingga para moms bisa lebih siap mempersiapkan diri untuk masuk ke dunia menyusui, khususnya bagi ibu pekerja yang tantangan menyusuinya menurut gue sangat luar biasa.
Kenapa sampai kepikiran untuk sekalian terjun jadi konselor ASI?
Setelah menjalani kehidupan sharing pertetean ini, gue seperti menemukan jalan dakwah yang cocok buat gue. Kenapa dakwah? Karena menyusui itu perintah-Nya ada dalam setiap agama. Dari sekiaaan banyak firmanNya, Tuhan sempet banget menurunkan firman tentang menyusui. Itu berarti menyusui dianggap sangat penting oleh Tuhan.
Akhirnya gue menganggap bahwa ini adalah panggilan Tuhan untuk gue, semacam “this is why God sent me to earth”. Gue pun akhirnya mencoba serius di dunia pertetean ini dengan ambil sertifikasi konselor menyusui. Selain untuk menguatkan tekad dan menjaga semangat gue dalam menyusui 2 anak gue hingga 2 tahun, harapannya gue bisa mengestafetkan info-info penting menyusui ke keluarga lainnya. Karena apalah arti sertifikat jika nggak memberi manfaat bagi masyarakat.
Kegiatan gue saat ini sebagai konselor belum banyak karena di satu sisi kan gue kerja kantoran, palingan yang sempet dikerjain cuma:
1. Ngadain mini class untuk para bumil/busui di kantor gue pas jam istirahat di hari Jumat.
2. Ngelola Grup WA yang berisi bumil/busui sekantor.
3. Ngisi mini seminar yang diselenggarakan suatu komunitas / mother & baby product biasanya weekend
4. Private nursing class ke rumah dengan perjanjian.
5. Nengokin temen yang baru lahiran dan bantu pendampingan menyusui.
6. Terbaru gue ngadain namanya #ditengokincitra, program giveaway di mana hadiahnya adalah ditengokin pada gue untuk dapet private nursing class dan hadiah dari para sponsor.
7. InshAllah lagi mau mulai sharing di posyandu-posyandu nih. Doain yes semoga lancar.
Awalnya punya ketakutan nggak sih sharing soal #teronglyf di IG? Apa nggak takut atau malu dibaca keluarga?
Mungkin sekilas dulu gue jelasin apa itu #teronglyf karena barangkali ada yang belum tau.
“#teronglyf itu intinya gue bahas (Sex) Life After Babies yang sungguh seru, challenging, complicated... seringkali pasangan yang baru aja punya anak suka mulai berkurang bondingnya, karena sibuk dengan peran baru mereka sebagai Mother and Father (Pasangan Ayah Ibu), sehingga lupa dengan peran mereka “berdua saja” as a Lover (Pasangan Kekasih).
Kalau untuk bangun bonding dengan anak yang baru lahir itu salah satunya dengan skin to skin, nah kalau bonding skin to skin dengan pasangan itu melalui seks hahaha. Terserah mau setuju atau nggak, tapi coba tanya suami masing-masing, biasanya sih pada setuju.
Awal sharing #teronglyf itu sumpah nggak mikir apa-apa. Nggak ada rasa takut atau apapun. Natural aja, kaya “oh temen-temen followers butuh sharing tentang ini dan kebetulan gue bisa bahas, okesip kita bahas”.
Dan kagetnya bgitu iseng bahas, responnya sangat waaaaawww.
Ortu eke tau, sepupu-sepupu juga kalau pas main ke sini pasti bahas-bahas tulisan teronglyf gue. Kalau ngeliat es batu pasti ngejek gue. Jadi ya udah lah, gue udah dianggep dewasa. Dianggep pantes-pantes aja bahas ini karena udah married ini dan udah tau “surga dunia” hahaha.
Apa yang membuat yakin untuk terus bercerita tentang kehidupan seksual suami istri?
Statistik mak haji yang tidak perlu dibuktikan TAPI PASTI TERBUKTI:
1. Lebih banyak sidik jari suami/istri di layar HP daripada di tubuh pasangan masing-masing
2. Masih banyak pasutri yang masih ngerasa tabu ngomongin seks ke pasangan halalnya masing-masing
Dan mereka selama ini galau menyimpan itu dalam diam, nggak tau mesti kemana. Ketemu sama gue yang cuma modal pengalaman doang, kaya ketemu oase “tempat bertanya” tanpa perlu dihakimi.
Mereka yang curhat menemukan kenyamanan untuk bercerita lepas, bebas, tanpa takut “aib” mereka akan terbongkar, karena merasa kita nggak saling kenal.
Mereka yang bercerita di DM nggak selalu mencari jawaban, karena banyak yang hanya ingin melepas beban meski hanya dalam bentuk tulisan.
What happens in my DM, stays in my DM in silent...
Beban untuk gue adalah gue harus menyimpan rahasia hidup banyak orang tentang kehidupan pernikahan mereka. Tapi di sisi lain, banyak value dari kisah mereka yang akhirnya jadi pelajaran gue dalam menjalani pernikahan gue sendiri juga.
So thanks to all yang sudah percaya untuk cerita sama gue yang bukan siapa-siapa ini. Your trust means a lot to me.
Gimana tanggapan suami soal #teronglyf? Pernah nggak suami dicengin temen kantor atau keluarga gara-gara cerita terong?
Kita pernah diskusiin masalah ini dan ternyata dia sempet insecure sama dirinya sendiri, semacam “omayangat istri gue sekeren ini?? Apakah gue selama ini udh sesuai standarnya dia??” Wakakkaa.
Gue juga tanya apa dia keberatan gue bahas-bahas beginian, dia bilang nggak. Malah seru karena kami jadi punya banyak obrolan baru yaitu respon para temen-temen followers di DM.
Kalau soal dicengin, kayanya nggak ada yang berani cengin dia deh ya. Dia orangnya cukup kharismatik si, uuu tayang.
Gimana cara bagi waktu antara keluarga dan pekerjaan?
Sejauh ini cuma bisa jawab: hire 2 Asisten Rumah Tangga (ART) yang TERPERCAYA. Karena ART (yang nginep) adalah salah satu koentji kestabilan urusan domestik. Nggak usah eke jabarin detail. Yakin satu suara sama buibu lainnya.
Pertanyaan selanjutnya: nyari ART terpercaya di mana?? Wah... nyarinya pake doa orangtua sih itu.
Apa kekhawatiran terbesar sebagai ibu bekerja?
Takut anak-anak kurang kasih sayang, kurang perhatian, kurang pengawasan, kurang didikan... utamanya didikan akhlak. Cuma belajar dari ibu gue sendiri, beliau meskipun bekerja, sepertinya cukup berhasil menanamkan ilmu agama dalam pondasi kehidupan gue (meskipun gue masih sering gesrek, seenggaknya gesrek nya masih tolerable hahaha).
Cara beliau adalah dengan menempatkan kami anak-anaknya di lingkungan Islam friendly di rumah (suka bacain cerita Nabi, ngajarin doa-doa dan shalawat saat mau tidur) dan di lingkungan luar rumah (seperti diikutin les ngaji, masukin ke sekolah Islam, dll). Eh kok jawaban gue jd serius ya? Hahaha.
Punya pesan untuk ibu-ibu bekerja yang juga struggling dengan dua anak balita?
Seringkali kita terlalu sibuk di kantor... tenggelam dalam deadline, dikejar pekerjaan, meeting yang bikin kepala pening, sampai suka lupa kalau di rumah ada anak yang ceria, pinter dan sehat tanpa kurang suatu apapun, yang jauh dari pengawasan kita.. gue sendiri kadang sampai pada level “pas gue pulang kerja dan anak-anak gue masih utuh, itu aja udah cukup” hahaha.
Saat jauh dari anak, jangan lupa untuk titipin anak-anak ke Allah Sang Maha Pelindung melalui doa: semoga Allah selalu menjaga anak-anak dari marabahaya dan perbuatan tercela, slalu mempertemukan anak-anak kita dengan orang-orang baik, dan semoga Allah melindungi anak-anak dari kelalaian kita dalam menjadi orangtuanya.
Khusus untuk para ibu yang masih menyusui, semoga senantiasa diberi kemudahan, kesehatan dan kesetiaan untuk tetap mengasihi hingga 2 tahun.
Aamiin.
Peluk untuk semuanya!
Share Article
COMMENTS