Sebelum beranjak ke tindakan yang merugikan keselamatan anak, dan berdampak buruk pada tumbuh kembangnya. Redakan emosi di depan anak mommies dengan lima langkah berikut ini.
Kalau bicara marah, hal yang normal kok terjadi pada manusia. Masalahnya kalau sudah soal anak, kita itu sebagai ibu suka mudah marah, nggak, sih? Di sisi lain sebagai orangtua, kita adalah role model utama untuk mereka. Bahaya banget, kelak mereka dewasa menganggap menyelesaikan masalah, caranya dengan marah, dan respon lainnya yang bersifat agresif.
Lalu apa, sih, yang bisa kita lakukan jika momen puncak marah ini terjadi ketika menghadapi anak? Lima langkah redakan emosi di depan anak yang akan saya jabarkan di bawah ini, datang dari Carmelia Riyadhni, S.Psi, Psikolog Anak Rumah Dandelion.
“Kalau kita tidak melalui tahap ini, kita tidak tahu, saat menghadapi situasi marah, sebenarnya apa sih yang harus kita lakukan? Karena kalau lagi marah, kita ada di situasi sulit berpikir jernih, karena sedang dikontrol oleh emosi negatif,” Mbak Carmel.
Artinya, sebelum kita marah lagi, kita buat komitmen. Tiap orangtua punya bentuk komitmen yang berbeda. Tapi yang sudah pasti harus dilakukan adalah tidak memukul, tidak mengancam dan diusahakan tidak teriak (walau Mbak Carmel akui, bagian ini lumayan sulit *__*). Meski mungkin saja, tidak semua poin ini sempurna dilakukan, kita harus selalu latihan.
Jika sudah membuat komitmen, kita sudah tahu, nih, mommies – apa saja penyebab kita mudah marah ke anak. Setiap orang pasti punya isu yang berbeda, contoh yang sering terjadi:
-Kalau lagi dalam keadaan capek banget sepulang kantor, intinya seputar pekerjaan.
-Atau sumber masalahnya datang dari pasangan.
Dari dua sumber masalah tadi, kita bisa antisipasi, misalnya berucap: “Kak, aku lagi capek banget habis pulang kantor, kakak jangan bikin aku marah ya.”
Yang jadi tantangan, namanya anak-anak, bisa bertingkah kapan saja, dong, ya! Penuh kejutan saudara-saudara, ahahaha. Pada saat ada di critical momen, kata Mbak Carmel inilah waktunya mommies untuk beranjak ke langkah berikutnya.
“Diam sejenak, jangan merespon apapun. Sebetulnya ini juga berlaku tidak hanya jika kita berhadapan dengan anak, tapi juga orang dewasa,” papar Mbak Carmel, selain itu menurutnya poin ini juga paling mudah dilakukan.
Kenapa harus diam dulu sejenak? karena selama diam itu, kita bisa mengontrol napas dan semua yang ada di dalam diri, yang sedang tidak berjalan dengan semestinya. Setidaknya 50 detik, sambil mengulang komitmen yang sudah ada, seperti yang di atas tadi: tidak boleh teriak, tidak memukul, dan tidak mengancam. Boleh lho, dibarengi minum air putih hangat :).
Mantra adalah pernyataan singkat yang membuat kita sadar dan tenang. Mantra setiap orang berbeda-beda, bisa dengan “Keadaan ini cuma sebentar, harus bisa kontrol, harus bisa kontrol.” Disesuaikan saja, bentuk yang paling nyamannya seperti apa.
Mbak Carmel mengingatkan, ini dilakukan jika respon kita sudah keterlaluan, misalnya kelepasan teriak. Karena kita sebagai ibu adalah role mode anak, ia akan melihat bagaimana kita mengontrol emosi. Di satu sisi, jika kita tidak bisa mengontrol emosi. Anak akan berpikir, bisa melakukan hal sama, kelak mereka marah.
Makanya, PLEASE, jangan gengsi minta maaf ke anak sendiri. Yuk, pelan-pelan dilatih. Soalnya menurut Mbak Carmel, jika kita terbiasa minta maaf ke anak, maka akan mengajarkan anak, jika sedang berkonflik atau melakukan kesalahan kepada orang lain, dia tidak segan minta maaf.
Namun ada kalanya, ada momen-momen khusus untuk minta maaf. Ketika kedua pihak sudah dalam keadaan emosi netral. Kalau saya sih biasanya, sebelum tidur, dan diulangi pas bangun tidur.
“Jangan hanya sekadar minta maaf, ciptakan momen diskusi, misal: “Maaf ya, kemarin aku kelepasan teriak sama kamu. Soalnya kamu nggak mau beresin mainan. Apa, sih perasaan kamu?”, tambah Mbak Carmel.
Ini kaitannya dengan hal apa yang sebenarnya membuat kita marah.
Contoh: pulang kantor capek banget. Bisa diakali dengan sebelum pulang ke rumah, kita me time 5 menit di kantor, baca buku dan melakukan hal lain yang membut kita refresh. Atau yang terkait dengan anak, si kecil kalau makan berantakan kemana-mana, dan mommies adalah orang yang resik. Lihat dulu, usia anak ini berapa? Tahapan perkembangannya bagaimana. Jika masih di usia 3 tahunan, Mbak Carmel menekankan, ya, wajar kalau makan masih ada sedikit makanan yang berserakan. Ubah cara pandang berguna untuk menentukan batas diri kita akan sesuatu.