banner-detik
PARENTING & KIDS

Drone Parenting, Untuk Ibu Millennials Anti Gaptek

author

annisast12 Mar 2019

Drone Parenting, Untuk Ibu Millennials Anti Gaptek

Sebagai orang yang menjuluki diri sendiri sebagai ibu millennial, saya penasaran sekali dengan drone parenting ini. Apa dan bagaimana drone parenting? Apa bedanya dengan helicopter parenting?

Setelah membaca berbagai sumber, saya sebetulnya tidak mendapat definisi yang sepakat soal drone parenting ini. Namun intinya kurang lebih adalah gaya pengasuhan di mana orangtua memonitor segala gerak-gerik anak lewat teknologi.

drone

Kalau helicopter parenting kan memantau semua kegiatan anak (terutama di sekolah) dan ikut campur agar anak tidak mendapat masalah serta selalu berprestasi. Contohnya: jika anak punya masalah dengan anak lain di sekolah, helicopter parents langsung menghubungi orangtua anak itu dan bukannya membiarkan anak menyelesaikan masalah sendiri. Biasanya selalu membuntuti anak ke mana ia pergi dan tak mau anaknya terjatuh atau terluka.

Akrab sekali kan dengan kondisi seperti itu? Drone parenting sebetulnya tak jauh berbeda dengan helicopter parenting namun menggunakan teknologi yang memang dekat dengan kehidupan orangtua millennials.

Gaya helicopter parenting ini banyak digunakan orangtua kita dulu jadi kebanyakan millennials sudah menghindarinya. Yang jelas, orangtua millennials sudah bersentuhan dengan berbagai teknologi sejak anak mereka lahir. Mereka menggunakan aplikasi tumbuh kembang, rumah dengan cctv online, baby monitor, dan berbagai hal lain untuk memudahkan kehidupan mereka sebagai orangtua.

Drone parents memantau anak dengan aplikasi berbagi lokasi, menggunakan aplikasi untuk memantau tumbuh kembang anak, bahkan menggunakan teknologi untuk mendisiplinkan anak. Seperti mengubah password WiFi sebagai hukuman atau membolehkan anak punya social media dan aplikasi chat tapi seluruh isi dan akunnya dipantau oleh orangtua.

Atau justru menggunakan teknologi untuk menghalalkan segala cara agar anak tidak kena masalah di sekolah. Seperti membantu mengerjakan tugasnya atau diam-diam chat guru agar anak tidak dihukum. Berbagai contoh negatif ini jadi definisi drone parenting dari psikolog klinis George Sachs PsyD di Huffington Post.

Ia menulis bahwa drone parents adalah helicopter parents yang melakukan tugasnya diam-diam. Drone parents tak ragu aktif di sekolah atau membelikan apapun agar anaknya diterima secara status sosial. Sudah melenceng sekali dari definisi drone parenting yang memantau menggunakan teknologi ya.

Menurut saya tidak ada yang salah dalam parenting menggunakan teknologi ini asal tahu batasannya. Teknologi kan memudahkan segalanya, selama kita tetap tahu risiko yang kita tanggung. Asalkan kita tetap berkomitmen untuk sadar bahwa anak adalah individu sendiri namun masih butuh regulasi yang tepat dari orangtua agar tidak kebablasan.

Karena banyak orangtua yang berdalih menggunakan gadget untuk anak belajar bahasa asing tetapi tidak tegas dalam penggunaannya. Tetap saja jadi lebih banyak efek buruknya kan dibanding manfaatnya kan karena penggunaan gadget memang seharusnya dibatasi di semua usia untuk kesehatan mata dan mental yang lebih baik.

Apalagi jika anak beranjak remaja ya. Kita boleh saja tergoda menggunakan berbagai aplikasi untuk memantau gerak-gerik anak hingga anak selalu diketahui keberadaan persisnya, tapi apakah seperlu itu? Apakah tidak lebih baik membangun kepercayaan satu sama lain?

Jawabannya kembali ke diri masing-masing ya. Jangan sampai terjebak pada berbagai istilah dan jadi melabeli diri sendiri tanpa tahu jelas apa dan bagaimana tujuan kita mengasuh anak. :)

Share Article

author

annisast

Ibu satu anak, Xylo (6 tahun) yang hobi menulis sejak SD. Working full time to keep her sanity.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan