Sorry, we couldn't find any article matching ''
Mom Shaming dan Netizen yang Kurang Kerjaan
Bicara mom-shaming, saya sih udah kenyang banget jadi korban ahahaha. Waktu melahirkan Xylo 4,5 tahun lalu, topik mom-shaming belum seterbuka sekarang.
Apalagi Xylo masuk daycare di usia 3 bulan, wah segala omongan udah saya telen semua. Dari ibunya kok tega (kenapa harus nggak tega?) sampai nuduh saya outsource pengurusan anak (memang iya :))))
Semakin ke sini semakin sedikit komentar tidak penting itu mampir ke komentar blog atau Instagram saya. Antara sayanya selalu balas dengan judes dan ya banyak orang yang sudah sadar tentang mom shaming dan menyindir ibu itu tidak baik, online maupun offline.
Tapi nyatanya sampai detik ini masih banyak saja ibu-ibu yang dijudge karena pilihannya. Terakhir Khloe Kardashian dibully karena kukunya panjang. Ia dituduh tidak bisa mengurus anak dengan baik karena berkuku panjang.
Di dunia hiburan lokal, ada Putri Titian yang dituduh hidupnya enak karena bisa sering update status. Ia berasumsi Tian punya ART dan nanny yang mengurus anaknya. Tian tidak tinggal diam dan menjelaskan di storynya kalau ia tidak punya nanny dan ART.
Tapi dari ke hari, kok tetap banyak orang yang usil dan kepo pada hidup orang lain? Saya yakin mereka ini kaum netizen kurang kerjaan sih.
Iya kaum netizen kurang kerjaan ini punya waktu luang sangat banyak sampai bisa memperhatikan setiap gerak-gerik orang yang dia follow. Saking luangnya, mereka sempat untuk mengetikkan komentar atau pesan, banyak yang basa-basi, banyak juga yang serius memberi saran.
Monmaap anda siapa tiba-tiba kasih artis-artis ini saran? Expert juga bukan. :)))))
Lalu kalau membaca tips-tips di website parenting lain, rata-rata bilang jangan menanggapi serius para mom-shamers ini, balas saja dengan bergurau. Permisiii … saya sih LAWAN!
Misal dulu ada yang nuduh saya ibu macam apa karena meninggalkan anak 3 bulan di daycare, apa tidak kasihan? Jawaban saya:
“Oh nggak kasihan sama sekali kok, di sana miss-missnya jauh lebih pengalaman dari aku, ada dokter, dokter gigi dan psikolog rutin 1-6 bulan sekali. Ada program belajar pula untuk stimulasi sensorik dan motoriknya, kalau ANAKMU rutin periksa ke dokter gigi? Suka ke psikolog? Pakai apa di rumah untuk stimulasinya?”
Mingkem sih biasanya langsung. Paling enak pas Xylo udah makan karena saya bisa tambahkan dengan “anakku makannya diawasi ahli gizi lho, kamu yakin makan yang kamu bikin sendiri dengan cinta itu gizi dan nutrisinya cukup?” :))))
Please note saya hanya begini pada para mom-shamers ya. Kalau kalian rese, ya resein balik. Kalau kalian kalem, saya juga nggak akan lah tiba-tiba lebay gitu nanggepinnya.
Jadi intinya jangan kalah pada para mom-shamers! Kalau kita merasa benar maka lawan! Kalau malas maka block saja sudahlah, nggak butuh juga eksistensi orang usil di hidup ini ya kan. Kalau diblock pasti mereka kesal karena kerjaan mereka berkurang satu.
Mari kita hidup dengan prinsip Chrissy Teigen: we are a proud shamers of mom-shamers!
“Ah kalau gitu kita sama saja dong dengan mereka?” Terserah kalau mau dibilang kaya gini hahaha. Yang jelas mereka kasih saran dan kritik tanpa diminta, kita balas dengan data dan fakta. Lebay sedikit nggak apa-apalah.
Ingat juga untuk tidak usil berkomentar, jangan memberi saran kalau tidak diminta, jangan usil bertanya anak kedua, jangan usil mengomentari pilihan hidup orang lain. Setuju ya!
Share Article
POPULAR ARTICLE
COMMENTS