Yang masih punya pertanyaan atau keraguan seputar imunisasi, silakan baca artikel ini sampai tuntas.
Kami merangkum pertanyaan seputar imunisasi yang biasanya ditanyakan para ibu, ketika akan memberikan vaksin imunisasi kepada si kecil. Beberapa di antaranya sudah pernah kami tayangkan. Semoga membantu memberikan pencerahan, ya.
1. Anak saya batuk pilek dok. Boleh tidak diimunisasi? Boleh. Batuk pilek ringan tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bayi sangat rewel, bisa ditunda seminggu.
2. Kalau sedang minum antibiotik bagaimana? Boleh tidak diimunisasi? Boleh, antibiotik tidak menganggu potensi vaksin.
3. Anak saya alergi, sering sekali terkena serangan asma. Amankah diimunisasi?
Pasien asma, pilek alergi boleh-boleh saja diimunisasi. Tapi seandainya ada riwayat alergi berat terhadap telur, pernah ada riwayat anafilaktik terhadap telur (Kemerahan luas di kulit, sulit napas, suara napas ngik ngik sampai syok), jangan lupa menyampaikan ke dokter yang mengimunisasi. Ada beberapa vaksin seperti influenza, demam kuning yang kontra indikasi pemberiannya adalah anak dengan riwayat anafilaktik terhadap telur.
4. Benar kah imunisasi MMR menyebabkan anak autis? Tidak. Berita ini sebetulnya bermula ketika ada seorang ilmuwan yang mem-publish hasil penelitiannya bahwa ada hubungan antara MMR dengan autis pada anak. Tapi setelahnya diketahui bahwa ilmuwan ini memberikan data palsu sehingga jurnal tersebut dicabut dari "peredaran". Setelahnya banyak ilmuwan yang melakukan penelitian serupa dan tidak satu pun yang berhasil membuktikan. Dont worry, ya, mommies! :)
5. Jadwal imunisasi anak 0-18 paling terbaru?
6. ”Katanya” imunisasi itu haram lho dok.
Sepengetahuan saya, hukum suatu benda itu ditentukan berdasarkan keadaannya yang terakhir. Bukan ditentukan berdasarkan asal muasalnya. Misalnya buah anggur itu halal. Tetapi bila sudah difermentasi jadi wine hukumnya berubah jadi haram. Padahal asalnya halal. Bila wine yg haram itu lalu difermentasi jadi cuka. Maka hukumnya berubah jadi halal kembali. Hal itu harus dilihat keadaan terakhirnya. Iya kan ya?
Ada vaksin yang dalam prosesnya pembuatannya menggunakan enzim babi, tapi hasil akhirnya tidak mengandung produk babi. Jadi menurut saya tidak haram, ya :)
7. Kalau habis diimunisasi polio yang diteteskan ke mulut, harus menunggu berapa lama sebelum anak minum susu?
Untuk susu formula, boleh langsung diberikan begitu diimunisasi. Tapi untuk ASI, kalau anak sudah berusia di atas seminggu boleh langsung disusui. Di bawah usia seminggu sebaiknya ditunggu sebentar sebelum disusui. Kolostrum pada ASI yang biasanya terdapat sampai bayi berusia seminggu dapat mengikat vaksin polio oral.
8. Saya ditawari imunisasi DTP yang katanya tidak pakai demam, tapi harganya mahal banget. Memang lebih bagus pakai vaksin DTP tanpa panas ya dok?
Vaksin DTP ada 2 macam, DTwP (yang banyak ditemukan di posyandu atau puskesmas) dan DTaP (yang disebut tidak pakai panas). Keduanya sama-sama mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Bedanya hanyalah pada komponen antigen untuk pertusis. Vaksin DTwP berisi sel bakteri pertusis utuh yang berisi ribuan antigen termasuk yang tidak diperlukan sehingga seringkali menimbulkan panas, bengkak, merah atau nyeri di tempat suntikan. Vaksin DTaP berisi bagian pertusis yang jarang menimbulkan demam (bukan pasti tidak demam ya!). Proses pembuatan DTaP lebih rumit sehingga harganya lebih mahal.
9. Kalau terlewat jadwal imunisasi yang sudah ditentukan, kapan batas maksimal untuk menyusulkan imunisasi?
Boleh melakukan imunisasi terhadap anak meski jadwal terlewat. Karena jika belum diimunisasi, maka belum punya kekebalan. Kalau tertular penyakit tersebut akan sakit berat, lebih lama, bisa cacat dan meninggal. Lengkapi imunisasi yang terlewat sesegera mungkin, hubungi dokter anak Anda untuk informasi selengkapnya.
10. Apakah ada jaminan kalau sudah diimunisasi lalu tidak terkena penyakitnya? Padahal beberapa penyakit anak, saya pernah konsultasi bahwa ternyata virus terus bermutasi atau Apakah itu benar?
Imunisasi adalah pencegahan spesifik terhadap penyakit menular. Perlindungan vaksin memang tidak 100%. Bayi dan balita yang telah diimunisasi masih bisa tertular penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya. Sedangkan bayi balita yang belum diimunisasi lengkap bila tertular penyakit tersebut bisa sakit berat, cacat, atau meninggal.
11. Kalau imunisasi tidak lengkap, apakah akan ada dampaknya kelak anak dewasa?
Anak akan rawan tertular penyakit berbahaya. Banyak penelitian imunologi dan epidemiologi di berbagai negara membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan spesifik yang memadai terhadap penyakit-penyakit menular berbahaya. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak kematian dan cacat. Sangat disarankan memberikan imunisasi lengkap kepada anak.
12. Kalau imunisasi dasar semua lengkap tapi tidak diulang, apakah ada dampaknya? Imunisasi MMR dan lain-lain yang disebut tidak wajib itu kalau tidak diambil bagaimana dampaknya?
Seluruh imunisai yang dijadwalkan diulang harus diulang, karena beberapa imunisasi di masa bayi kekebalannya berkurang pada usia sekolah dan remaja. Maka kekebalannya perlu ditingkatkan lagi dengan imunisasi ulang (booster/penguat) di sekolah dan remaja, antara lain: Campak, DT, Td, Influenza, Tifoid.
Vaksin MMR diberikan untuk untuk mencegah tiga penyakit berbahaya: Mumps (gondongan, bila menyerang buah zakar bisa mandul), Morbili (campak, bisa disertai radang paru, diare), dan Rubella(campak Jerman, bila menular ke ibu hamil bisa keguguran atau cacat janin). Anak yang tidak divaksin MMR berisiko tertular ketiga penyakit berbahaya tersebut.
Baca juga: 9 Fakta Imunisasi pada Anak
Ada yang punya pertanyaan lainnya yang belum terangkum di atas? Silakan tinggalkan di kolom komentar. Nanti kami bantu, membuat artikel Do’s and Don’t Imunisasi bagian ke-2.