Sorry, we couldn't find any article matching ''
Reflection of Childhood: Ucita Pohan, “Jadilah perempuan cerdas, karena perempuan yang cerdas, akan melahirkan anak yang pintar"
Pesan yang Ucita Pohan dapatkan dari ibunya tersebut, ia wujudkan dengan berkarya lewat berbagai bidang. Salah satunya, karya buku “Bicara Tubuh” yang baru saja dia terbitkan.
Perempuan multitalenta yang satu ini tak pernah kehabisan energi untuk berkarya. Setelah menekuni dunia MC, fashion stylist, dan menjadi penyiar, sekarang Ucita Pohan, atau akrab disapa Uchiet berkolaborasi dengan Jozz Felix menulis buku “Bicara Tubuh.” Pesan di balik hadirnya buku ”Bicara Tubuh” menurut saya, sangat penting. Sebagai alarm bagi siapapun, bahwa tubuh juga punya hak dicintai.
Untuk mengetahui lebih detail lagi, kenapa Uchiet menulis “Bicara Tubuh” dan bagaimana, ya, masa kecil dia, hingga menempa menjadi Uchiet yang berkarakter seperti sekarang – silakan simak obrolan Uchiet bersama Mommies Daily berikut ini.
Kegiatan apa yang sedang kamu lakukan, yang sedang menyita perhatian?
Seperti biasa siaran, nge-MC dan berbagi informasi di social media. Tapi yang paling excited dan memenuhi kegiatan saya sehari-hari, adalah promo buku. Saya baru selesai menulis buku, berkolaborasi dengan Jozz Felix, dan kami sekarang sedang keliling untuk “jualan” buku, yang judulnya “Bicara Tubuh.”
Cerita dong, motivasi terbesar kamu menulis buku Bicara Tubuh ini apa?
Motivasi terbesar saya, sebetulnya mengeluarkan isi hati. Karena saya punya pemikiran dan prinsip, jika kita punya sudut pandang akan sesuatu, tidak ada salahnya dijadikan karya. Karena bagaimana pun juga, energi, perasaan dan emosi, sebaiknya disalurkan. Kalau tidak dibicarakan, bisa dijadikan lagu, lukisan dan lain-lain. Nah, karena saya suka banget Bahasa Indonesia, jadi saya menuangkannya lewat buku.
Jadi isi buku ini sebenarnya ada foto dan ada narasi. Fotonya tentang bagian-bagian tubuh, yang sudah disepakati boleh difoto. Kemudian narasinya, adalah “surat cinta” untuk bagian tubuh tersebut. Narasinya agak sedikit puitis, menurut saya.
Selain ingin mengeluarkan isi hati, ada pengalaman lain yang melatarbelakangi kamu menulis buku ini?
Pengalaman saya berhubungan dengan tubuh, dan lumayan panjang. Tapi yang akhirnya membuat saya bergerak untuk membuat karya nyata adalah, saya selama ini punya banyak sekali rencana, dan keinginan yang cara mewujudkannya dengan mendisiplinkan diri dari segi waktu. Selain itu, menjaga dan membentuk tubuh. Sudah banyak sekali yang saya lakukan. Sampai pada suatu hari, gara-gara saya lagi keasikan olahraga, kaki kiri bagian lutut saya cedera, gara-gara salah pemanasan.
Sebetulnya saya sudah merasakan sinyal dari tubuh, lutut terasa ngilu, tapi saya tetap saya pakai lari. Saya pikir akan hilang dengan sendirinya, karena saya sudah tiga tahun jogging, saya juga berpikirnya, sudah menjadi kebutuhan. Tak hanya jogging, saya juga tetap olahraga lainnya. Seminggu bisa 5 kali olahraga, karena lagi semangat banget. Ternyata hal ini, menyebabkan overtraining. Dan pas konsultasi ke dokter, ada bantalan yang robek di lutut sebelah kiri itu. Dokter sudah bilang harus dioperasi. Pas pulang dari sana saya nangis, bukan karena takut harus operasi. Tapi menyesal, saya merasa saya sudah melakukan apa dengan tubuh saya sendiri? Karena sebetulnya “dia” sudah memberikan sinyal, berupa rasa ngilu tadi.
Dari kejadian itu, saya belajar, bahwa sebenarnya ketika kita hidup, bukan hanya ego dan jiwa kita yang mengambil kendali. Karena tubuh itu juga punya kebutuhan, dan kapasitasnya yang harus kita penuhi. Jika tidak, ketika salah satu bagian tubuh itu rusak, kita tidak bisa berbuat banyak.
Ngobrolin soal buku, buku favorit kamu apa?
Saya tuh sebetulnya senang baca buku biografi dan non fiksi. Karena kalau fiksi, saya orangnya suka banget menghayal, jadinya capek, ya. Segala detailnya masuk dalam khayalan saya. Sanking lelahnya, bacanya suka nggak selesai.
Oh iya, ada satu buku yang menarik banget untuk saya, penulisnya Alvin Pang asal Malaysia, judulnya What Gives Us Our Names. Bukunya tipis dan kecil, isinya tentang kata sifat tapi dijadikan cerita. Misalnya, kata sifat pertama confident, kata sifat kedua insecure, dan seterusnya. Nah, semua kata sifat tadi, menjadi tokoh dalam buku tersebut. Menurut saya buku ini sangat menarik, semua kata sifat dia jadikan karakter, dan akhirnya kita bisa membayangkan, sifat-sifat ini dalam kehidupan asli, diwakilkan oleh manusia.
Nah, karena kamu juga seorang penyiar. Ada nggak lagu yang jadi inspirasi?
Kalau yang favorit sepanjang masa, saya suka lagu-lagu Disney. Karena dari kecil, saya dibesarkan dengan film-film Disney. Lagu-lagu Disney menurut saya, liriknya luar biasa. Padahal sangat ringan buat anak-anak. Ketika kita sudah dewasa dan mendengarkan kembali. Lagu-lagu tadi punya kekuatan. Selain itu, saya juga terinspirasi lagu-lagu dari Alicia Keys, contohnya Superwoman.
Kalau dari dalam negeri, dari Yura Yunita, liriknya powerfull banget. Yura juga teman lama saya, dan kami sangat suka Bahasa Indonesia. Ketika dia punya lagu dengan lirik yang sederhana, tapi dalam banget. Di itulah justru kekuatan lagu-lagu Yura.
Kita beralih bicara soal karakter diri, ya. Sebetulnya, 3 karakter apa yang paling kamu sukai dari diri kamu?
Saya orangnya cukup optimis, kreatif dan penuh dengan energi.
Ada nggak pengalaman di masa kecil, yang membentuk karakter kamu sampai menjadi sekarang ini?
Satu hal yang saya pelajari sampai sekarang adalah, hidup itu pasti ada naik turunnya. Jadinya sekarang saya nggak baper (bawa perasaan), kalau ada di posisi bawah banget, atas atau tengah-tengah. Karena buat saya, itu adalah sesuatu yang normal. Mungkin karena di keluarga saya, menerapkan nilai-nilai yang sama.
Selain itu, yang paling membekas, momen dimana secara keuangan, keluarga saya mengalami goncangan, karena papa saya resign mendadak. Hal itu terjadinya, pada saat saya SMP kelas 1. Keadaan keuangan keluarga kami pada saat itu, cukup signifikan mengalami perubahan. Yang saya mengerti pada saat itu sebagai anak kecil, awalnya saya bisa membeli mainan apapun, tiba-tiba tidak bisa.
Yang saya lakukan, selama SMP dan SMA, saya banyak mengakali sesuatu, untuk bisa membuat sesuatu yang seru, tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak, contohnya, seputar fashion. Saya mix and match baju, kadang pinjam baju mama dan nenek, tinggal ditambahkan aksesoris. Dari situ, kreativitas saya terasah. Dan pada saat lulus kuliah, pekerjaan pertama saya, adalah fashion stylist, karena sudah kebiasaan mengakali segala sesuatu di bidang fashion.
Dan sekarang ketika sudah bisa mencari uang sendiri. Mudah-mudahan tidak kalap, mengelola sejumlah uang. Sudah bisa memilih, mana yang kebutuhan, atau yang sekadar keinginan. Dan saya juga dikenal sebagai pribadi yang bisa bergaul dari berbagai kalangan. Karena menurut saya, kondisi kita yang sekarang, bisa berubah kapanpun. Semua manusia sama saja, kalau dia baik, bisa berinteraksi dan saling memberikan efek positif, ya tidak ada bedanya dengan manusia yang kekurangan atau berkelebihan dari berbagai aspek.
Selama ini ada nggak pesan orangtua yang sangat membekas, dan jadi semacam quote of life?
Dari papa saya, ya. Dia itu jarang bicara, tapi selalu memberikan contoh. Misalnya soal sholat lima waktu. Selain itu, yang saya selalu bangga dari beliau, dia tidak pernah ingkar janji sama anak-anaknya.
Kalau mama, dia itu kebalikan papa, sosok yang penuh dengan kata-kata. Dia itu, orangnya memerhatikan EYD Bahasa Indonesia. Kalau saya salah ngomong, pasti dikoreksi sama mama. Mungkin karena mama adalah lulusan Hukum, ya. Kan tidak boleh salah kata sedikit saja, yang bisa mengakibatkan beda persepsi.
Satu quote dari mama dan kakek beliau, selalu bilang, “Jadilah perempuan yang cerdas, karena perempuan yang cerdas, akan melahirkan anak yang pintar.”
Terima kasih Mbak Uchiet untuk sesi ngobrolnya dengan Mommies Daily. Sukses untuk perjalanan karier kamu, dan “Bicara Tubuh” bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Indonesia.
Share Article
COMMENTS