banner-detik
SELF

9 Syarat Calon Menantu di Kelompok Ibu Millennial

author

fiaindriokusumo17 Feb 2019

9 Syarat Calon Menantu di Kelompok Ibu Millennial

Bersabarlah wahai kalian generasi Z dan generasi Alfa, karena syarat calon menantu di kalangan ibu millennial saat ini cukup panjang. Dan ini artinya, perjuangan kalian mencari pasangan akan semakin menantang :D.

Semua berawal gara-gara whatsapp yang saya terima dari Ochell, editor di Female Daily yang mengirimkan screen capture cuitan seorang ibu tentang salah satu syarat untuk calon besannya: Nggak boleh anti vaksin, ahahahaha.

Kemudian saya pun iseng melempar pertanyaan di IG saya @duniapercil: Apa sih yang ingin diketahui dari calon mantu dan calon besan untuk para millennial mommies saat ini? Daaaaaaaan, jawabannya ternyata nggak hanya sekadar satu agama, apa latar belakang pendidikan plus kerja di mana, tapi semakin bikin deg-degan, hehehehe. Ini diaaaa....

 9 Syarat Calon Menantu dan Calon Besan di Kelompok Ibu Millennial  - Mommies Daily

1. Rekam Jejak Social Media

Ternyata, nggak hanya HR di perusahaan-perusahaan yang akan mengulik tentang apa yang tertulis di social media kalian, tapi juga para ibu dari anak yang kalian taksir. Dan, gokilnya lagi, social media yang akan dilihat tak hanya milik kalian, tapi juga milik orangtua kalian.

“Duh, males banget deh kalau punya besan atau calon menantu yang hobi melempar hoax atau berita nggak berbobot di dunia maya. Ketakar kan level kecerdasannya,” demikian salah satu alasan yang diungkap oleh follower saya di Instagram. Noted!

2. Pilihan Politik

WOW. Mungkin ini salah satu risiko ketika pemilu tak lagi menganut paham LUBERT alias Langsung Umum Bebas Rahasia. Di saat semakin banyak orang tak ragu dan tak takut lagi menyatakan pilihan politiknya, maka bersiap kalau anak pun menjadi ‘korban.’ Bahkan urusan ikut demo atau nggak aja bisa berpengaruh :D.

“Orangtua kamu atau kamu memilih siapa pas pilkada atau pilpres kemarin?” Kalau beda pilihan, pikir-pikir lagi ah buat ngasih izin anak untuk pacaran. Daripada nanti huru-hara. Lagipula pilihan politik tuh bisa menjadi tolak ukur lho untuk mengetahui sejauh mana kemampuan bernalar seseorang.”

3. Value Parenting

Kalau menikah dan berencana punya anak, wajib banget sih mencari persamaan bagaimana akan mendidik anak kedepannya. Mempunyai anak dan membesarkan anak dengan visi yang sama aja udah susah, apalagi ditambah visi yang berbeda dengan pasangan.

“Kitanya susah-susah mendidik anak untuk mandiri, eeeh pasangan malah memanjakan luar biasa. Kitanya lumayan disiplin, eh pasangan sangat longgar aturan untuk si kecil. Berasa ada dua orang yang harus diajar itu melelahkan, lho!”

4. Nilai-nilai Kesehatan

Point ini cukup banyaaaaak lho yang menjawab. Coba cari tahu keluarga si calon besan dan calon menantu ini aliran yang mana:

- Anti vaksin atau pro vaksin

- ASI atau Sufor

- Pro MSG atau anti MSG

- RUM atau sama sekali anti obat-obatan

“Kalau anti vaksin, mending anak gue, gue suruh mundur dari sekarang deh. Gue kan nggak mau deg-degan kalau cucu gue kenapa-kenapa.”

5. Perencanaan Keuangan Untuk Lima Tahun Pertama Pernikahan

Mau itu anaknya cewek atau cowok, point tentang perencanaan finansial si calon menantu tetap dibutuhkan. Dengan alasan, bagaimana seorang suami atau isteri mengatur keuangan keluarga menunjukkan seberapa jauh tanggung jawab mereka terhadap keluarga kecil mereka. Jangan sampai, menikah tanpa pengetahuan yang cukup tentang mengatur finansial ujung-ujungnya akan membawa mereka ke masalah keuangan.

“Malas kan, udah berumah tangga tapi tetap kita sebagai orangtua yang harus bantu-bantu secara finansial.”

6. Level Beragama yang Sama

Sudah satu agama tapi level atau alirannya beda, nah bisa jadi masalah tuh kedepannya. Banyak terjadi soalnya di zaman sekarang. Ketika suami atau isteri semakin mendalami agama dan pasangannya tidak mengikuti, rentan banget terjadi pertengkaran. Di saat satu pihak sudah fokus ‘mengejar’ surga dan pihak lain belum, bisa nggak seimbang jalannya.

“Saya sering bertengkar dengan suami karena dari awal memang dia dan keluarganya fokuuuus banget dengan urusan agama dan surga. Sedangkan saya masih dengan prinsip, menjadi manusia baik aja dulu, tanpa memusingkan tata cara ibadah. Akhirnya pernikahan kami terasa nggak nyaman.”

7. Kemampuan Menyelesaikan Masalah

Tanya dulu, selama pacaran, setiap kali mendapat masalah, bagaimana mereka menyelesaikannya? Sebentar-sebentar minta putus, sebentar-sebentar kasar, tukang ngambek? Duh ntar dulu deh. Atau keluarganya tipe yang ikut campur nggak? Males juga kalau setiap bertengkar, seluruh keluarga besar ikut kasih suara.

8. Penilaian Terhadap Posisi Perempuan dan Laki-laki

Point ini banyak banget keluar dari mereka yang memiliki anak perempuan. Ketakutan terbesar? Kalau calon menantu dan keluarganya masih menganut paham: Laki-laki lebih superior dari perempuan. Bahwa perempuan masih bertanggung jawab penuh terhadap pengasuhan anak. Bahwa perempuan nggak boleh kerja. Zaman kini masih ketemu laki-laki yang model begini sih mending ditinggal aja.

Dan untuk yang punya anak laki-laki, mereka juga ingin mencari tahu, apakah calon menantunya tipe yang hanya ingin ongkang-ongkang kaki dan nggak mau berbagi tanggung jawab finansial? Apakah calon menantunya bisa diajak bekerja sama menggapai mimpi-mimpi ke depannya?

9. Career Path Lima Tahun ke Depan

Kooooook macam review tahunan di kantor, ya, ditanya tentang rencana karier kedepannya seperti apa? Ahahahah. Yes, mengingat bahwa saat ini baik laki-laki maupun perempuan bekerja, maka (terutama) untuk anak laki-laki, banyak ibu millennial yang ingin tahu bagaimana rencana karier mereka kedepannya yang ada di pikiran mereka?

“Nggak bermaksud matre, karena aku juga maunya anak perempuan nanti bekerja dan mandiri kok secara finansial. Tapi, seenggaknya, dengan mengetahui rencana karier calon suami dari anakku, aku jadi bisa menilai, sejauh mana ‘keamanan’ anakku di tangan suaminya kelak. Apakah perusahaannya jelas, apakah bisnisnya jelas. Aku nggak mau punya menantu yang nggak punya perencanaan sama sekali dalam hidupnya.”

Jadi, untuk anak-anak saya dan juga anak-anak generasi Z plus Alfa lainnya, mohon bersabar, karena tantangan kalian dalam mencari pasangan akan semakin berat dibanding zaman mamanya.

Share Article

author

fiaindriokusumo

Biasa dipanggil Fia, ibu dari dua anak ini sudah merasakan serunya berada di dunia media sejak tahun 2002. "Memiliki anak membuat saya menjadj pribadi yang jauh lebih baik, karena saya tahu bahwa sekarang ada dua mahluk mungil yang akan selalu menjiplak segala perilaku saya," demikian komentarnya mengenai serunya sebagai ibu.


COMMENTS


SISTER SITES SPOTLIGHT

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan

synergy-error

Terjadi Kesalahan

Halaman tidak dapat ditampilkan