Di usia 24 tahun, Maudy Ayunda masih aktif di dunia seni peran dan musik yang membesarkan namanya. Kini, perempuan bernama lengkap Ayunda Faza Maudya ini juga meluncurkan buku anak-anak pertamanya.
‘Kina and Her Fluffy Bunny’ adalah cerita yang ditulis Maudy saat usia 10 tahun. Diilustrasi dengan apik oleh Kathrin Honesta, ‘Kina and Her Fluffy Bunny’ menjadi buku cerita bergambar berbahasa Inggris dan Indonesia. Buku ini merupakan buku kedua Maudy, buku pertamanya merupakan kumpulan esai, daftar lagu dan puisi berjudul ‘Dear Tomorrow’.
Mommies Daily berkesempatan bertemu dengan Maudy di acara peluncuran bukunya. Kami penasaran, bagaimana sih masa kecil perempuan lulusan Oxford University ini sampai ia bisa seperti sekarang?
Aktivitas aku sebenernya masih sibuk dengan dunia musik, tahun ini akan ada film juga, ada program sosial aku juga yang lagi aku jalanin, ada project buku anak yang sangat spesial ini.
(Maudy punya program beasiswa program S1 lewat Maudy Ayunda Foundation)
Motivasi di luar ide, ini adalah something yang natural. Buat aku, motivasi ekstra untuk bener-bener proper ngelakuin ini karena aku passionate di dunia pendidikan, di dunia literasi. Alangkah baiknya kalau budaya literasi di Indonesia itu dibangun dari kecil.
Jadi project ini selaras sama keinginan aku, dibikin bilingual juga karena jarang ada buku kaya gini. Betul, kemampuan bahasa Indonesia perlu tapi kalau anak Indonesia mau going global juga ya harus bisa bahasa Inggris, makanya buku ini bilingual.
Tantangannya ada di batasan kata dan challenging karena harus ada pesan moral. Makanya di buku ini banyak repetisi, ada bagian yang metaphorical dan tetap ada simbolisme yang mengajak anak berimajinasi.
Aku berharap anak-anak bisa learn something new dari buku ini. I would love it kalau buku ini bisa mendekatkan anak sama orangtuanya, seriesnya as a whole bisa leave a mark di buku cerita anak Indonesia yang bilingual tapi punya pesan moral yang sangat baik.
(‘Kina and Her Fluffly Bunny’ adalah buku pertama dari 4 seri buku ‘Kina’s Story’)
Aku banyak baca self help book, buku-buku dewasa. Terlalu banyak dan terlalu panjang kalau harus disebutkan satu-satu.
Kalau ditanya pengalaman yang membekas pastinya banyak, tapi kalau yang berhubungan dengan menulis dan membaca dulu waktu umur 1-3 tahun itu di rumahku belum ada TV. Aku nggak ngerti apa memang belum ada zamannya atau memang itu pilihan orangtua aku aja.
Jadi permainan yang aku lakukan setiap hari adalah jalan-jalan di tiap sore di sekitar townhouse. Aku inget ada taneman yang ada mie-mie kuningnya itu (tanaman Tali Putri), waktu itu udah seneng banget keluar untuk ambil mie kuning. Simple happiness.
Aku juga di umur 3 tahun udah belajar baca jadi bisa sekolah TK SD lebih cepet. Keinginan aku untuk belajar dan ingin tahu dibangun dari kombinasi banyak hal. Senang baca karena entertainmentnya memang cuma buku. Dulu sering banget ada tamu di rumah mamaku teriak aku suruh turun dari kamar karena aku belajar terus di atas. Itu melekat dan berbekas banget.
Terus aktivitas lain kenapa suka eksplor (dari musik, akting, buku) karena dulu waktu masuk SD aku ikut teater musikal. Di sana itu ada sisi kreatif dan ada banyak hal yang diajarkan di kelas teater. Kita bermain dengan imajinasi, kita harus spontan, aku dulu pemalu tapi di kelas itu aku bisa karena intinya aku suka story telling. Menceritakan sesuatu itu sesuatu yang aku bener-bener enjoy. Semua yang aku lakukan so far ada di dunia seni dan sekarang pendidikan.
Nasihat orangtua sih mereka paling nggak suka sesuatu yang bersifat nggak seimbang sampai satu hal terbengkalai. Aku bisa dimarahin kalau aku terlalu rajin sekolah, itu kan aneh ya. Misal kalau terlalu sibuk sekolah sampai nggak bisa gabung acara keluarga itu aku nggak dibolehin juga. Semua ada porsinya. Kaya sekarang aku ambil film itu salah satunya untuk belajar tanggung jawab. Pendekatan orangtua aku selalu kaya gitu sih, seimbang, holistik.
Wah, inspiring ya. Thank you, Maudy!