Sebagai panduan mommies mendampingi dan mengarahkan anak 3-14 tahun menyelesaikan masalahnya sendiri.
Persamaan kita orang dewasa dengan anak-anak, satu: sama-sama menghadapi masalah setiap hari. Nah, kalau kita orang dewasa sudah terlatih menyelesaikan seorang diri. Tapi bagaimana dengan anak-anak? Kita kan nggak selalu ada buat mereka, begitu juga dengan guru. Satu-satunya cara mengajarkan mereka bagaimana menuntaskan masalahnya sendiri. Harapannya ke depan, mereka bisa menjadi individu yang percaya diri, mandiri dan sukses.
Contoh yang paling mudah, menciptakan dialog ketika kita membacakan buku cerita. Menyelipkan strategi-strategi pemecahan masalah. Misalnya, yang saya lakukan, kasih tahu trik, gimana sih caranya menghadapi kalau Jordy di-bully. Seperti yang disinggung oleh biglifejournal.com berikut ini, dan disesuaikan dengan kemampuan kognitif mereka.
3-5 tahun: “Show me the hard part”
Melatih emosinya
-Langkah 1: validasi bentuk emosinya
-Langkah 2: biarkan mereka memproses emosinya
-Langkah 3: pemecahan masalah
Katakan, “Bilang pada mama, mana bagian yang paling susah?”
Pemecahan masalah menggunakan buku cerita. Menggunakan teknik berdialog.
Atau bisa juga menggunakan simulasi permainan kreatif.
5-7 tahun: Reflect, What worked? What didn’t ?
5 langkah pemecahan masalah di usia ini:
-Langkah 1: apa yang sedang aku rasakan?
-Langkah 2: apa masalah yang sedang aku hadapi?
-Langkah 3: menggunakan solusi seperti apa, ya?
-Langkah 4: apa yang akan terjadi jika aku menyelesaikannya dengan cara A?
-Langkah 5: jadi cara yang mana yang akan aku gunakan?
Pemecahan masalah menggunakan kerajinan tangan. Untuk poin ini, menurut saya, jika masalahnya bisa terukur. Misalnya seputar hitung-hitungan, pengkategorian warna, bentuk dan lain-lain.
Melontarkan pertanyaan terbuka: “Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini?”, menurut kamu seperti apa hasilnya?”
7-9 tahun : Break problems into chunks
Cari masalah utamanya, lalu buat lagi turunannya, berupa masalah-masalah kecil yang mengikuti. Misalnya, sering telat ke sekolah. Masalah kecil yang menyertai, terlalu malam tidur, tidak ada persiapan malam sebelumnya (membereskan buku pelajaran, menyiapkan seragam, dan lain-lain). Lakukan dengan diskusi bersama.
Gunakan pertanyaan terbuka: : “Bagaimana kalau kita bekerja sama untuk menyelesaikan masalah ini?”, menurut kamu seperti apa hasilnya?”
Contohnya menggunakan kasus telat ke sekolah tadi. Kita sebagai orangtua, membantu mengurutkan jadwal kegiatan sehari-hari, dengan melibatkan anak, untuk kenyamanannya. Tapi tetap, anak yang bertanggung jawab 100% menjalankannya. Kita sebatas mengingatkan jika, di tengah prosesnya anak lalai.
Pasang telinga kita baik-baik untuk mendengarkan anak
9-11: Creative problem solving
Di rentang usia ini, gunakan media kreatif untuk memecahkan masalah. Misalnya membuat permainan sendiri dari bahan-bahan yang ada di rumah, berikut dengan aturan mainnya.
Biarkan mereka mengerjakannya sendiri
Kasih semangat
12+ : SODARS (Situation, Options, Disadvantages, Advantages, Solution)
Di usia ini, mommies bisa menstimulasi kemampuan berpikir mereka dengan bermain catur. Atau permainan lainnya yang mengasih kemampuan menganalisa sesuatu.
Biarkan mereka belajar sesuatu yang memiliki unsur coding, seperti permainan catur. Hal-hal seperti ini akan mengantar mereka memiliki pola pikir kreatif, logic, terencana dan gigih.
Dorong mereka untuk memulai atau membuat project yang berarti.
Minta mereka aplikasikan metode SODAS (Situation, Options, Disadvantages, Advantages, Solution). Metode ini menurut biglifejournal.com dapat digunakan untuk memecahkan masalah besar dan kecil.
Di antara mommies ada yang anaknya ada di tataran usia di atas, dan ingin berbagi cerita?